"Sayang, kamu mau ke mana? Kenapa berkemas malam begini, mana suamimu, kenapa pulang sendirian?" Mertua Bila bertanya-tanya. Perempuan setengah abad itu menyorot penuh selidik.
"Maafkan Bila, Ma, tapi Mas Gema sudah menalak Bila, dan semua itu gara-gara Bisma," curhat Bila sendu.
"Lho, memangnya ada apa, kenapa dengan Bisma?" Mama semakin tidak mengerti dengan apa yang dimaksud anak mantunya.
"Gema, coba jelaskan! Apa yang terjadi? Itu kenapa muka Bisma penuh luka lebam, kalian ribut?"
"Semua gara-gara anak kesayangan Mama yang kurang ajar itu Ma, semua gara-gara Bisma!" tunjuk Gema murka, ia tak habis pikir dengan jalan adik tirinya itu. Bisa-bisanya meniduri kakak iparnya sendiri.
"Lantas, kenapa kamu membiarkan Bila pulang sendiri? Kalau ada masalah diselesaikan dengan kepala dingin, bukanya ribut begini."
"Aku sudah melepas Bila mulai malam ini juga, aku tidak sudi mempunyai istri bekas Bisma." Mama Mita semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan putra sulungnya. Keributan mereka pun sampai di telinga Pak Han. Sama dengan Mama Mita yang kebingungan.
Sementara Bila hanya bisa menangis tanpa menyela, hatinya hancur, semuanya hancur, malam pengantin yang digadang-gadang paling romantis dalam hidupnya bersama orang tersayang berantakan sudah, rasa benci dan muak semakin menggerogoti hati melihat Bisma yang hanya diam, seakan tanpa penyesalan.
Mereka satu kampus dan cukup akrab di bangku kuliah. Bisma juga dulunya merupakan seorang aktivis kampus yang terkenal anti kekeras. Apa waktu hampir tiga tahun secepat kilat merubah karakter pria itu? Mengapa semua harus berakhir tragis begini, ke mana Bisma yang supel dan hangat itu. Mereka memang jarang bertemu semenjak kelulusan dulu. Saat menjalin hubungan dengan Gema, Bila baru tahu ternyata Bisma adalah saudara tirinya pria itu.
Setelah mendengar penuturan dari putra sulungnya, kedua orang tua itu hanya bisa menyesali perbuatan anaknya. Mereka syok lebih tepatnya, bahkan Papa mengamuk dengan Bisma. Anehnya, pelaku kebejatan itu hanya diam dan datar saja, tidak menunjukkan penyesalannya sedikit pun. Bila semakin muak dengan muka datarnya yang sok bijak.
"Mama tahu kamu marah, tapi sebaiknya pulangnya besok saja."
"Bila sudah memesan taksi Ma, lebih cepat lebih baik," pamitnya sendu, tak tahan rasanya berada di situasi di mana dirinya tak dianggap lagi.
Gema berlalu begitu saja, sementara si Bisma kepa*at itu hanya menunduk tanpa mengucap sepatah kata pun. Bila melangkah lebar dengan hati hancur tak berbentuk, rasa sakit dan nyeri ia abaikan karena rasa marah yang melanda. Sepanjang perjalanan pulang, tak henti buliran bening itu terus menyambangi pipi. Sang supir yang mengantar hanya menyorot prihatin dengan penumpangnya itu.
Cukup larut Bila sampai di kediaman Bunda. Gadis itu melangkah dengan sendu, terasa berat untuk mengetuk pintu. Baru kemarin ia pergi meninggalkan rumahnya, dan baru kemarin dirinya menjadi seorang istri, sekarang ia pulang dengan status janda ternoda. Miris sekali memang.
"Bila!" Bunda terperangah mendapati putrinya termangu di depan pintu dengan mata sembab.
"Ma." Tanpa berkata apapun, gadis itu langsung berhambur ke dalam pelukan begitu tubuh berisi Bunda menyembul dari balik pintu.
"Apa yang terjadi sayang, kenapa pulang sendirian, mana suamimu?" tanya Bunda kebingungan. Netranya nyalang mencari sosok yang baru kemarin berikrar janji suci di hadapan Tuhan untuk putrinya. Bila menggeleng lemah, Bunda semakin gusar dengan seribu dugaan di kepalanya.
"Bila sendirian, Bun, Mas Gema sudah menalakku," ucapnya sendu.
Wanita paruh baya itu membimbing putrinya menuju sofa. Dipeluknya erat dengan sayang, membelai rambutnya lembut. Perlahan, tangis Bila mereda, gadis itu masih terlihat tidak baik-baik saja, hanya diam dengan tatapan kosong.
Bunda memutuskan melanjutkan obrolannya besok saja, sepertinya Bila sangat beban untuk cerita sekarang. Bunda mengantar putrinya menuju kamar, walaupun sejuta tanda tanya ingin terlontar, Bunda sabar menunggu esok hari.
Sampai di kamar Bila masih sesenggukan, ia kembali menangis dalam diam, seakan tidak ada semangat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Diceraikan dalam pernikahan semalam, dan diperkosa oleh sahabatnya sendiri, sungguh kemalangan yang tidak bisa diterima dengan mudah.
Keesokan paginya, Ayah begitu murka mendapati kabar putrinya semalam pulang dengan sangat kacau tanpa suaminya. Terlebih setelah mendengar penuturan istrinya, bahwa anaknya telah ditalak dalam semalam. Hatinya ikut berdenyut sakit mendengar putrinya dipermainkan.
"Apa maksud kamu, Bila, coba ceritakan pada Ayah dan Bunda?" serbu Ayah tak sabar.
"Maaf Ayah, tapi Mas Gema sudah menjatuhkan talak, karena .…" Bila nampak berat mengatakan apa yang menimpa dirinya. "Bila ternoda oleh adiknya," pasrah Bila akhirnya.
Bunda dan Ayah terperangah bersama, syok pastinya dengan kejadian yang ada. Tak menyangka putrinya yang selalu dijaga mendapatkan kemalangan yang tak berarti.
"Ini namanya penghinaan, seenak saja lepas dari pertanggung jawaban, bagaimana dengan kamu, tega sekali Gema membuangmu, Papa akan buat perhitungan. Bila perlu, Bisma harus menggantikan kakanya menikahimu, enak saja mereka berbuat seenak jidat!" murka Ayah menggebu.
"Jangan Ayah, aku tidak mau ada keributan, Bila juga tidak mau menikah dengan Bisma, Bila hanya butuh waktu sendiri dulu," ucapnya sendu.
"Kamu tenang aja sayang, Ayah hanya tidak suka cara keluarga itu bersikap, bagaimanapun ini tidak benar, seandainya melepasmu, seharusnya Gema mengembalikan ke Ayah dengan baik, apalagi ini jelas pencorengan nama baik keluarga dan tindakan amoral yang dilakukan anggota keluarganya, bagaimanapun Ayah tidak Terima putri Ayah diperlakukan secara tidak adil begini, kamu nelangsa sendirian, sedang mereka bahkan nyaris tidak peduli."
Ayah dan Bunda mendatangi rumah besannya siang itu juga, mereka tidak terima anaknya pulang sendirian tanpa perasaan. Sampailah di hunian dengan cat berdominasi putih itu. Rumah yang lumayan megah dan besar. Namun, terlihat hampa tanpa kehangatan.
"Silahkan duduk Pak, Bu." Mama Mita mempersilahkan, dengan Pak Han di sampingnya dan Gema yang nampak tenang di antara mereka. Sementara Bila sendiri tidak ikut, gadis itu masih syok dan sakit hati atas apa yang menimpa dirinya. Setelah belum genap satu hari menjadi istri harus berakhir dengan tragedi menyakitkan begini.
"Kami keluarga sangat kecewa dengan tindakan nak Gema, mana tanggung jawabmu yang telah berikrar dihadapan Tuhan, ini sangat merugikan putri kami, terlebih dia sebagai korban dicampakan begitu saja." Tanpa basa-basi Ayah Bila langsung pada pokok masalahnya.
"Mohon maaf atas kelancangan putra kami, Pak, semua diluar kendali kami, dan kami merasa gagal mendidiknya, saya pribadi merasa bingung dan sepakat menyerahkan keputusan ini pada anak-anak kami."
"Maaf, Ayah, Gema terlanjur kecewa dengan kenyataan yang ada, Gema tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, takutnya malah akan menyakiti di antara kita," ucapnya sendu.
"Kalau kak Gema tidak mau, biar aku yang bertanggung jawab." Bisma langsung menjawab dengan lugas dan jelas.
"Ya, sebaiknya begitu, kamu telah membuat semuanya kacau, dan saatnya kamu mempertanggungjawabkan semuanya."
"Bila tidak mau menikah dengan Bisma!" suara melengking itu tiba-tiba hadir di tengah sidang keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
bisa dilaporin polisi tuh atas kasus pemerkosaan
2024-07-27
0
Marhaban ya Nur17
iy tuh seharusnya se gema nganterin pulang lah masa bila e pulang sendiri 😜 egois tuh
2024-03-26
0
Qaisaa Nazarudin
Bener banget tuh,Gema gak gentlemen banget, Cinta di ukur dgn keperawanan,Ntah2 Gema juga udah gak Perjaka..
2024-01-31
0