"Anakmu main terlalu jauh Sya." suara yang mampir di telinga mereka, membuat kedua wanita seumuran itu mendongak bersama.
"Hai, Bisma ... di sini juga?" sapa Disya ramah, berbeda dengan Bila yang langsung membuang pandangan ke arah lain.
"Iya, kebetulan lewat, lihat Reagan dan Realy sedang asyik main bersama. Lucu ya mereka, cepet gede aja," jawab Bisma seadanya, tatapan matanya tak lepas dari gadis di depannya yang enggan menatap balik.
"Gue duluan Sya, masih ada urusan," pamit Bila tiba-tiba. Bangkit dari sana dan bersiap meninggalkan tempat yang tengah di dominasi pria yang saat ini paling ingin Bila hindari.
"Yah ... kok cepet-cepet sih, katanya mau makan siang bareng, udah terlanjur hubungi Hanum dan Sinta, mereka otw semangat empat lima. Udah kangen pengen curcol abis."
Bila terlihat galau, ia memang butuh sekedar ngumpul untuk mengurai penat yang melanda, namun kehadiran Bisma jelas cukup mengganggu, apalagi sejak kejadian itu Bisma terbukti rajin menghubungi ponselnya, walau tak satu pun pesan Bila balas.
Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, ia datang begitu tiba-tiba dalam hidup gadis itu dan menghancurkan segalanya. Sampai detik ini, Bila sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran pria yang kini betah berlama-lama menatap dirinya.
"Bisa kita ke sana sekarang, sepertinya cacing di perutku sudah berdemo," ajak Bila mengalihkan pembicaraan. Ia sengaja berkata demikian berharap dengan maksud mengusir pria itu secara halus. Bukan maksud kasihan atau menjaga perasaannya, namun lebih kepada tak mau sampai apa yang menimpa menjadi santapan banyak orang.
Sudah kadung mengiyakan, tak enak rasanya membuat janji malah mengingkarinya begitu saja. Bila hanya malas bertemu Bisma, apalagi pria itu terus menatapnya.
"Wah ... mau pada kumpul ya, kebetulan belum makan siang juga, boleh gabung ya?" pintanya antusias. Bila jelas kesal, seakan Bisma tidak memahami jeritan hatinya.
"Nggak boleh," jawab Bila cepat. Bisma tersenyum menimpali, sementara Disya menatap aneh sahabatnya yang tiba-tiba bersifat ketus itu.
"Kakak ipar jahat banget neng, masa' nggak boleh, ya boleh dong, kecuali ada yang marah kalau lo gabung sama cewek-cewek," seloroh Disya menimpali.
"Marah sih nggak, tapi mungkin ngamuk iya, sepertinya begitu deh respon calon istriku kelak kalau tahu aku sering gabung ma ibu-ibu. Hahaha." Bisma tertawa hambar. Bila jelas muak mendengar gurauan tak bermutu Bisma.
"Gas lah, mereka sudah nunggu di resto, tunggu apalagi Bil." Disya menarik tangan Bila begitu saja, dirinya bahkan belum sempat mengelak.
"Sayang, ayo ikut mommy!" seru Disya menghampiri dua anaknya. Reagen dan Realy untuk menggandeng ibunya.
"Mom, mau itut Ante." Realy yang imut lebih tertarik mengikuti mobil Bila, padahal sebelumnya gadis itu sudah berencana minggat dan mencari alasan lain untuk tiba-tiba membatalkan lunch bersama. Kalau sudah begini, gimana caranya minggat dari teman-temannya, masalahnya Bisma hendak ikut bergabung, bahkan motor pria itu mengikuti mobil Bila bak penjaga siap siaga.
"Sial, kenapa harus bertemu di sini sih, benar-benar menyebalkan." Bila menggerutu pelan selama perjalanan. Kalau saja di samping tempat duduknya tidak ada bocil, mungkin bahasa umpatan sudah ia luncurkan secara gamblang. Satu bulan mati-matian berusaha menghapus bayang-bayang kelam. Sekarang alam berseru mempertemukan mereka kembali.
"Realy anak pintar, kamu kenapa memilih bareng Tante sayang?" ucap Bila basa-basi, bocah manis yang belum genap tiga tahun itu nampak happy bermain dengan jarinya sendiri.
"Malas catu mobil tama Egen, usil, Ily kecel ama kakak." Rupanya anak sekecil itu sudah tahu rasa kesal, Bila tersenyum menimpali, anak Disya ini imut sekali, cantik dengan mata bulat, membuat perempuan itu gemas sendiri.
"Kamu pinter banget ya, 'kan kakak Reagen baik, tadi aja main bareng, hayo ...!"
"Macih kecel, es tim ku diminta sepalo," curhatnya yang membuat Bila ngakak sendiri. Senyum yang selama sebulan ini menghilang, terpecahkan hanya karena lontaran muka gemas bocil, Realy benar-benar berjasa hari ini.
"Karena kamu udah bikin mood tante hari ini baik, gimana kalau nanti tante ganti es krim Realy yang diminta kak Reagen, oke sayang."
"Acik ... ote ante." Realy berseru senang. Keasyikan mereka berakhir setelah sampai di depan resto. Resto langganan mereka dulu, sedikit nostalgiaan untuk mengubur rasa kangen di antara mereka berempat yang memang jarang ada waktu bertemu.
"Hallo beb, kangen ...!" Hanum dan Sinta langsung berhambur saling memeluk. Terlebih, hampir sebulan ini Bila memang tidak aktif di sosial media, namun kendati demikian, tiga sekawan maklum karena menganggap Bila tengah menikmati masa bulan madu tanpa gangguan."
"Wah ... pelanggaran, kok lo ngikut, saking sayangnya kak Gema pasti nyuruh jagain Bila ya?" tebak Sinta sok tahu. Bisma hanya menanggapi dengan senyuman, ambyar sudah mood hati Bila, semua orang salah paham.
"Bisma, apa kabar lo, nggak nyangka yang dulu sering kita gunjingin di kelas buat dicomblangin malah sekarang jadi saudara ipar, yang akur ya kalian," jelas Hanum nyerocos tanpa beban. Mendengar itu lengkungan di sudut bibir Bisma semakin merekah. Berbeda dengan Bila yang benar-benar muak dan enggan mendengar.
"Kalian sudah pada pesen?"
"Udah gue pesenin, rice bowl chicken teriyaki untuk Disya dan cumi goreng krispy spesial for Bila. Bener 'kan makanan kesukaan lo pada." Keduanya mengangguk kompak, ternyata sahabatnya itu ingatannya masih bisa diacungi jempol, dengan minuman kesukaannya sekali pun hafal di luar kepala.
"Lo pesen apa Bis, gue nggak ngeh selera lo." Bisma sibuk sendiri dengan kedua bocil yang duduk di sampingnya. Anak-anak Disya memang mudah akrab dengan siapa saja, apalagi bagi mereka yang sudah sering bertatap muka.
"Samain kaya Bila saja," jawab Bisma spontan. Entahlah dirinya mendadak ingin makan cumi juga, padahal sebelumnya tidak begitu suka. Mendengar itu tentu Bika kesal, namun ia memilih diam, ia benar-benar merindukan perkumpulan kecil yang tercipta seperti saat ini. Terasa begitu berharga dan mampu merefresh otak yang rasanya mumet sejak kemarin, sayangnya kehadiran Bisma di antara mereka cukup membuat mood Bila ambyar.
Tak berselsng lama mereka duduk, seorang pelayan datang mengantar pesanan ke meja, saat hendak mulai menyuap makanan kesukaan itu, mendadak perut Bila mual. Spontan gadis itu menutup mulutnya.
"Kenapa Bil, kamu nggak suka sama cuminya?" koor tiga sekawan kompak. Menyorot Bila heran.
"Enggak tahu, gue kamar mandi dulu ya, bentar," pamit Bila dan segera menuju belakang.
Gue kenapa sih, udah jelas lapar dan cumi itu kesukaan gue, kenapa ini perut mual terus. Ya Tuhan ... semoga dugaanku salah! Gue nggak sanggup menerima kenyataan kalau sampai terjadi.
Setelah dirasa cukup enak badan, Bila segera berkumur dan merapikan sedikit tatanan rambut yang berantakan, Bila keluar dengan perasaan gamang.
"Bil, kamu nggak pa-pa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
gia nasgia
Ternyata bang Bisma tokcer juga😂🤭
2024-05-22
0
Vera Wilda
Bibit unggul 😁
2024-03-31
0
Marhaban ya Nur17
ajaib se bisma
2024-03-26
0