Part 6

"Bila, ada apa denganmu sayang, kamu tidak terlihat baik-baik saja?" Bila masih enggan untuk diperiksa, saat tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, gadis itu ambruk tak sadarkan diri.

Bu Rima berhambur meneliti putrinya, "Mbak, mbak Lastri!" seru perempuan itu panik, nampak art rumahnya tergopoh-gopoh menghampiri.

"Ada apa dengan Non Bila, Bu?" cemas Lastri ikut berjongkok.

"Bantuin cepet, ayo angkat ke kasur, kamu telfon Bapak segera."

"Siap, Bu, 86." Wanita bertubuh kurus itu mondar-mandir seraya melakukan panggilan.

"Lastri! Kamu bisa diem nggak sih, kaya setrikaan bikin aku pusing."

"Bisa, Bu, bisa," jawabnya seraya mengambil duduk supaya tenang.

"Mohon maaf, Bu, sepertinya Bapak sedang sibuk, handphonenya tidak diangkat," lapor Lastri masam.

"Ish ... gimana sih, minta tolong siapa kek cepet, kita bawa Bila ke rumah sakit saja." Art itu meluncur ke tetangga sebelah.

"Hallo ... permisi! Spada! Assalamu'alaikum ... ada orang!" Lastri berseru kencang.

"Ada apa mbak?" Seorang pemuda berwajah tampan menyembul dari balik pagar.

"Mas, Om, ganteng, kasep, siapalah namanya, punten, bisa minta tolong!"

"Tolong, apa mbak?" jawab pemuda itu kalem, diketahui rumah samping tersebut merupakan penghuni baru.

"Ada yang pingsan, Mas, tolong bantuin, saya dan Ibu tidak bisa gendong dari lantai atas," cemas Lastri. Pemuda berstatus tetangga barunya itu langsung bergegas menghampiri setelah mendapat laporan dari art tetangganya.

"Kamarnya di atas, Mas, ayo naik!" seru Lastri berjalan cepat.

Begitu sampai di lantai atas, pemuda itu langsung mengangkat tubuh Bila, dan membawanya ke mobil.

"Terima kasih nak, jadi ngrepotin," ucap Bu Rima lega.

"Sebaiknya saya antar saja Tante, biar saya yang bawa mobilnya."

"Apa tidak merepotkan?" Bu Rima jelas merasa sungkan, sebelumnya belum saling mengenal.

"Tentu saja tidak, Tante, kita harus segera membawanya ke rumah sakit." Perempuan itu mengiyakan, dan menggumamkan banyak terima kasih sebelum mobil melaju.

"Saya, Pandu, Tante, salam kenal, baru pindah kemarin sore." Pandu memperkenalkan diri sopan. Netranya melirik gadis yang tengah berbaring dalam pangkuan Ibunya.

"Iya Pandu, terima kasih ya?"

"Sama-sama." Pandu melajukan mobilnya dengan cepat. Sampai di rumah sakit, Bila langsung ditangani tim medis, nampak Bu Rima sibuk di ruang daftar. Sementara Pandu sendiri ikut menunggu dengan gusar, seakan ikut merasakan panik dan kasihan melihat gadis cantik yang entah siapa namanya itu tergolek lemah di atas brankar.

Bila masih di UGD ketika sadar, perempuan itu langsung mendengungkan kata bundanya setelah kesadarannya terkumpul kembali, membuat perawat yang menangani keluar dan mencari keluarganya untuk ditemui.

"Maaf, Mas, keluarga pasien di dalam?" Suster menyeru, Pandu yang bingung celingukan mencari sosok perempuan seusia Ibunya itu, namun batang hidungnya belum lekas muncul.

"Mas, ditanya malah bengong, pasien sudah sadar mencari Ibunya, tolong hubungi orang terdekat, atau temui pasien sebentar."

Pandu yang bingung mengiyakan begitu saja, ia masuk dan menghampiri Bila.

"Mbak sudah sadar? Apanya yang sakit?" Bila masih lemas, selang infus sudah menghiasi di tangan kirinya.

"Kamu siapa? Apa sebelumnya kita saling mengenal? Bunda mana?" Sederet pertanyaan keluar dari mulut mungil itu begitu saja.

"Saya Pandu mbak, tetangga baru di kompleks." Bila menyipit dengan raut bingung, namun ia lekas mengerti kenapa tiba-tiba dibawa ke rumah sakit.

"Bunda mana?" Netra Bila menyapu di sekitar.

"Sepertinya keluar sebentar, ada yang mau dibutuhkan?"

"Saya mau pulang, sekarang!" ucapnya yakin.

"Tapi mbak, mbak masih terlihat pucet, apa tidak sebaiknya menjalani rawat inap saja."

"Saya sudah sehat, Mas, bisa tolong bantu saya, saya mau pulang."

"Tunggu Ibu kamu ke sini dulu, nanti kalau beliau datang nyariin."

"Ish ... " Bila mencebik kesal, ia mencabut infus yang terpasang dengan kasar, darah segar langsung mengucur lewat tangannya.

"Mbak, jangan nekat, suster tolong!" Pandu kuwalahan menahan gadis itu yang berontak. Karena merasa kesulitan Bila sampai di tangani beberapa orang, dan terpaksa mendapat suntikan penenang.

Bu Rima datang tergesa, "Apa yang terjadi Pandu, Ibu baru keluar sebentar kata suster Bila mengamuk, ya Tuhan ... kasihan sekali anakku," cemas perempuan itu tertunduk lesu.

"Sudah ditangani Dokter, Tante, jangan khawatir." Tetangga baru bernama Pandu itu menenangkan.

"Eh iya nak Pandu, terima kasih sudah menolong, nak Pandu kalau mau pulang nggak pa-pa, maaf sudah merepotkan."

"Sama sekali tidak Tante, saya senang bisa membantu tetangga," tutur Pandu kalem.

"Kamu pemuda yang baik, btw tinggal di rumah sebelah sama siapa?" kepo Bu Rima.

"Sendirian Tante, belum ada teman, belum menikah juga. Hehe." Pandu nyengir.

"Owh ... belum berkeluarga to nak, Tante pikir sudah," timpal Bu Rima dengan senyuman.

"Otw Tante, yang pasti sudah ada dan disiapkan Tuhan, tapi mungkin belum saatnya bertemu."

Obrolan basa-basi itu terjeda karena Bu Rima dipanggil suster untuk menemui dokter yang menangani putrinya. Tentu untuk menyampaikan informasi atas keluhan anaknya. Sementara Bila sendiri sudah dipindah ke ruang rawat. Bu Rima terbengong sesaat, ibu dari satu anak itu cukup syok mendengar penuturan dokter, hasil tes darah dan pemeriksaan Bila sehat, namun ada satu hal berita yang entah itu harus disyukuri atau disesali. Di mana hari ini mendapat pernyataan putrinya telah berbadan dua. Mendadak Bu Rima mumet, segera menghubungi suaminya yang sedang perjalanan ke rumah sakit.

Entah bagaimana nantinya kalau Bila tahu hal itu, Bu Rima pening sendiri, ia mengira Bila belum tahu keadaan tubuhnya sendiri. Sejenak ia berpikir, keluar ruangan untuk memasok oksigen yang terasa menghimpit dada.

"Mas," panggil Bu Rima begitu mendapati suaminya mendekat, ia langsung berhambur ke dalam pelukan suaminya, berharap mendapat ketenangan di sana.

"Apa yang terjadi dengan Bila? Dia sakit?" Bu Rima menggeleng pelan. "Terus, kenapa Bunda menangis?" Pak Rama mencoba menenangkan istrinya yang tengah sesenggukan.

"Kita akan punya cucu, Mas, aku takut Bila tidak bisa menerimanya, tadi saja dia mengamuk dan histeris untuk diperiksa, bagaimana kalau dia tahu dirinya hamil, Bunda takut Bila mendapat tekanan." Kekhawatiran Bu Rima bukan tanpa alasan, siapapun yang mempunyai kasus pelecehan pasti mempunyai trauma mendasar, dan Bu Rima jelas takut Bila tidak bisa menerima anaknya.

"Ya Tuhan ... benar begitu Bun, bagaimana ini, apa kitah harus memberitahukan Bisma tentang hal ini?"

"Aku rasa Bisma perlu tahu, tapi kita harus memberitahukan Bila dulu lalu mendengarkan pendapat putri kita, aku tidak mau memaksa jika Bila tidak menginginkan, ini terlalu berat ujian untuk keluarga kita."

Kedua orang tua itu masuk ke dalam ruang rawat, nampak di sana ada Pandu yang masih setia menjaga. Tetangga barunya itu baik sekali. Pandu pun mengangguk sopan, mengulurkan tangannya dengan takzim, seraya memperkenalkan diri.

Perlahan Bila membuka mata, ia menemukan dirinya sudah di ruangan yang berbeda. Ia baru ingat, masih di rumah sakit. Pak Rama dan Pandu memberikan kesempatan untuk dua perempuan beda generasi itu mengobrol.

"Bila sayang." Bunda duduk di bibir ranjang seraya mengelus kepala putrinya lembut. "Ada yang ingin kamu pingin mungkin?" Bila menggeleng, ia lekas memeluk bundanya seraya menangis sesenggukan.

"Yang sabar ya sayang, Bunda yakin kamu bisa, dan kuat menjalani ini semua." Tanpa banyak kata- kata, sorot matanya sudah cukup memberi jawaban, seakan tak harus diungkapkan dengan lisan, tersirat jelas Bila menyimpan sejuta luka dan beban. keduanya menangis dalam.

"Kamu tidak sendirian, tolong tetap pertahankan, dan Bunda akan menghubungi Bisma untuk meminta pertanggungjawaban."

"Nggak Bun, Bila nggak mau nikah sama Bisma," tolak Bila cepat.

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

cpt atau lambat Bisma akan tahu kalau kecebong nya sdh tumbuh di rahim nya Bila

2024-05-22

0

Ayas Waty

Ayas Waty

semangat Bila.... jangan digugurkan

2023-04-30

1

gia nasgia

gia nasgia

Ingat Bila janin yg kamu kandung nggak berdosa mungkin itu takdir yang harus kamu terima, kalau memang jodoh mu bersama Bisma

2023-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Promo novel Mama Reni
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Promo novel Mama Reni
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!