Part 5

"Bila, kamu nggak pa-pa?" Bila yang baru saja menyembul dari balik pintu tersentak kaget dengan kedatangan pria di depannya.

"Ngapain sih, ngikutin aku?!" Bukannya menjawab, Bila justru bertanya dengan nada ketus. Ia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Bisma yang masih terlihat khawatir.

"Kita perlu bicara, Bila," ucap Bisma gusar, tangannya mencekal lengan gadis itu. Bila yang tidak mau disentuh langsung menghempaskan dengan kasar.

"Lepas! Jangan sentuh aku, aku tidak sudi tubuhmu terlalu dekat!" desis Bila geram. Bisma terdiam sesaat, langsung melepaskan tangannya.

"Aku minta maaf, Bila, kamu terlihat tidak baik-baik saja, sebaiknya kita periksa ke rumah sakit."

"Nggak usah sok peduli, aku semakin muak dengan sikapmu yang sok care itu, Bisma! Apa salahku? Kamu membuat hidupku hancur!"

"Aku akan bertanggung jawab, Bila, tolong beri aku kesempatan untuk menebus dosaku," kekeh Bisma pada pendiriannya. "Bagaimana caranya, biar kamu bisa memaafkan kesalahanku?" ratap Bisma dengan pilu.

"Pergi, Bis, aku tidak ingin melihat dirimu, pergi dan jangan pernah menemuiku lagi!" usir Bila tak peduli, tubuhnya bergetar, lelehan bening itu terus berdesakan keluar, membuat orang-orang yang tak sengaja melihat pertengkaran itu menyorot aneh. Bila segera meninggalkan tempat itu, ia tidak kembali ke meja resto melainkan langsung pulang. Tak lupa perempuan itu memberi pesan singkat, mengabari kepada teman-temannya kalau dirinya merasa tidak enak badan dan langsung pulang.

Sementara Bisma tertunduk lesu, ia hanya mampu terdiam mengamati punggung perempuan itu yang berjalan menjauh, seonggok daging di relung hati terdalam terasa teriris, pria itu mencoba menguatkan hatinya. Walau sakit, ia tentu harus menerima konsekuensi dibenci Bila seumur hidup.

Sesampainya di rumah, Bila langsung menuju kamar, hunian terasa sepi, Bunda entah pergi ke mana, dan Ayah seperti biasa belum pulang dari bekerja. Bila yang tadinya hendak membersihkan diri, merasakan perutnya bergejolak hebat, tiba-tiba ia merasa enek dan lapar sekaligus.

Dulu sebelum menikah, Bila ada asam lambung, atau mungkin saja kumat karena belakangan pola makan dan istrihat Bila berantakan. Atau indikasi penyakit lainnya, atau bahkan kemungkinan terburuknya adalah ... benar adanya kehidupan lain di rahimnya.

Bila mulai gusar, tak ingin menduga-duga sebelum semuanya jelas. Ia juga harus berpikir logis untuk mengambil langkah, kalau-kalau apa yang tidak diinginkan terjadi nyata.

"Bila, melamun sayang." Bunda Rima menghampiri putrinya.

"Eh, Bunda, dari mana Bun, kok rapi aja." Perempuan itu terkesiap, namun terus menormalkan ekspresinya, tak ingin membuat wanita setengah abad itu khawatir.

"Bunda baru saja pulang habis belanja, kamu sudah makan?" tanyanya seraya membelai rambut Bila dengan lembut.

"Belum, Bun, sedang tidak nafsu makan, tapi perutku sangat lapar," jujur Bila.

"Kalau begitu lekas isi perutmu dengan karbohidrat, kamu jaga kesehatan sayang, Bunda hanya punya kamu, tolong jangan membuat Bunda cemas." Belakangan memang Bunda mulai sakit-sakitan, tensi yang tinggi membuat wanita yang tak lagi muda itu harus pintar menguasai emosinya.

"Iya, Bun, Bila makan sekarang." Menuju ruang makan, art rumah nampaknya sudah menyiapkan hidangan untuk makan siang. Bila langsung bergegas membuka piring di atas meja dan mengisinya dengan segera.

Ayam goreng mentega buatan art rumahnya yang biasanya pas di lidah terasa hambar, entah indera pengecap rasa Bila yang bermasalah, atau makanan ini yang tidak enak. Karena penasaran, Bila sampai mendatangi art yang tengah sibuk di belakang dan menenteng satu paha ayam yang telah di masak.

"Mbak, sini deh!" panggil Bila menyeru.

"Iya, Non, kenapa?" Art itu menghampiri dengan cepat.

"Coba mbak makan ini, terus komen." Art itu nampak bingung tapi menurut.

"Gimana rasanya?" Bila cukup penasaran, ia berharap mbak Lastri merasakan hal yang sama.

"Enak, pas, sesuai selera Non Bila."

"Masa' sih, jujur lho ya?"

"Beneran Non, coba saja tanya Ibu," saran Lastri mantap.

"Iya deh makasih." Saat Bila kembali ke meja makan, menemukan Bunda Rima mengisi salah satu kursi di sana, siap memulai santapan menu yang cukup menggugah selera. Bunda makan dengan nyaman, tak ada yang berbeda dengan lauk yang Bila bilang hambar.

Ya ampun ... fiks ini gue yang bermasalah.

Karena makan tak merasa enak, Bila memutuskan untuk ngemil saja. Buah yang segar-segar, cukup memberi solusi, ditambah biskuit sebagai pengganjal perut yang terasa begah. Saat ia tengah bingung dengan tubuhnya, ia memberanikan diri memesan barang lewat ponselnya, yang mungkin bisa memecahkan kegamangan hatinya.

Keluar rumah jelas malas, terutama takut bertemu pria itu lagi. Satu-satunya jalan membelinya secara online saja. Sore hari saat Bila tengah di kamarnya, Bik Lastri mengetuk pintu dengan membawa bungkusan kecil di tangannya.

"Non Bila, paket." Art itu menyorot Penuh selidik.

"Makasih, mbak," jawab Bila mengambil dengan cepat. Bunda yang tengah melintas di depan kamar menyeru.

"Apa ya mbak?" tanyanya kepo.

"Bukan apa-apa, Bun." Bila menyahut.

"Biasa Bun, keperluan wanita," jawab Bila datar. Ia lekas mengunci pintu setelah Bunda keluar dari kamarnya. Rasanya mendadak waswas untuk memulai, takut ekspektasi tak sesuai harapan. Dengan perasaan campur aduk, Bila lekas menuju kamar mandi, membuka bungkusan tersebut dan mengaplikasikan sesuai petunjuk yang tertera.

Jantungnya berpacu dengan cepat, sesaat setelah benda kecil itu sedang bekerja. Ia menerawang dengan perasaan gamang, mendadak kakinya lemas tak mampu menopang tubuhnya yang terasa berat, hancur, marah, benci, dan merasa kehilangan arah saat hasil itu tertera dengan nyata di depan matanya.

Bila menggigit bibir bawahnya agar tangis pilunya tidak terdengar sampai luar. Ia sengaja memutar keran untuk menciptakan suasana berisik, demi meredam tangis yang tak terbantahkan.

"Seharusnya kamu tidak tumbuh di sini, kamu tidak boleh ada di sini!" Bila memukul-mukul perutnya, rasa benci terhadap orang yang membuat kehancuran itu bertambah berkali-kali lipat. Dengan kasar Bila menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Berusaha tegar, dan kuat untuk menerima kenyataan. Sembari terus berpikir mencari solusi yang baik ke depannya.

Bila masih setia menutup rapat mulutnya, untuk tidak memberi tahu perihal kondisinya saat ini. Ia mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Kehadiran makhluk tak berdosa itu jelas bukan keinginannya. Jadi, Bila sudah memutuskan untuk tidak membuat ia hadir di sana.

Satu-satunya jalan, tentu saja melenyapkan ia agar tidak tumbuh di rahimnya. Hari-hari Bila ia lewati dengan perasaan gamang, sudah mencoba seaktif mungkin berkegiatan, bahkan berlari-lari untuk membuat yang di dalam sana terguncang, mengingat masih terlalu kecil akan mudah untuk lenyap bukan?

"Sial, kenapa kau kuat sekali, pergilah dari tubuhku, kamu sama sekali tidak diinginkan, tolong lenyaplah!" rutuk Bila lirih. Ia frustasi sendiri setelah hampir satu minggu menyibukan diri namun belum ada tanda-tanda kontraksi di perutnya. Bukan gejolak perut yang ia dapat, namun malah tubuhnya yang panas, Bila demam tinggi, sudah menenggak obat yang disarankan Bunda, perempuan itu tidak mendapatkan suhu tubuh yang baik.

"Sebaiknya ke rumah sakit saja, kamu terlihat sangat pucat," usul Bunda pada suatu sore. Tak tahan melihat putrinya yang terbaring di atas ranjang namun terus menolaknya untuk di bawa periksa.

"Bila, ada apa denganmu sayang, kamu tidak terlihat baik-baik saja?" Bila masih enggan untuk diperiksa, saat tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, gadis itu ambruk tak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

kamu belum tahu aja rasanya bagaimana jadi ibu🥲

2024-05-22

0

Marhaban ya Nur17

Marhaban ya Nur17

se keras" nya usaha buat ngilangin janin tp Tuhan tdk ngijinin ttp aja bakalan idup

2024-03-26

1

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kasian Bila, dia ngk berdosa rahim kamu aja yg kuat, jgn siksa diri

2023-06-15

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Promo novel Mama Reni
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Promo novel Mama Reni
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!