Bila menyorot jengah pria yang masih betah menunggu dirinya di kamar. Walaupun sudah jelas Bila menolak dan bersikap ketus padanya, pria itu tetap belum mau beranjak. Bila sibuk sendiri dengan ponselnya, berbaring memunggungi Bisma yang tengah duduk di sofa.
Sementara Bisma sendiri terlihat sibuk dengan gawai di tangannya, entah mengerjakan apa, pria itu juga sibuk sendiri. Sesekali melirik Bila yang masih setia dengan posisinya.
Cukup lama dalam pengawasan pria itu, Bila merasa tidak bebas dan tidak nyaman. Perutnya mulai terasa lapar, namun malas beranjak. Perempuan itu mendes@h lelah saat berbalik menemukan orang yang paling ia benci masih di sana.
Ini orang ngeselin banget sih, di suruh pulang dari tadi, bukanya pulang, eh malah duduk dengan santuynya. Lama-lama kesel juga.
Bila bangkit dari kasur dengan muka masam. Menyorot penuh benci seseorang yang duduk bersahaja di sofa kamar. Berjalan melewatinya begitu saja, sebenarnya masih malas dan tak ingin beranjak dari ranjang, namun rasa lapar membuat ia harus bangkit segera.
"Mbak, mbak Lastri!" seru perempuan itu nyaring. Berteriak lantang diambang pintu. Mendadak tubuhnya merasa lesu hanya untuk melangkah lebih jauh.
"Kenapa harus teriak-teriak, Bil, kamu butuh apa biar aku aja," sela Bisma langsung menghampiri.
"Dih ... emang bisa? Aku pingin makan scrambled egg, bisa emang buatnya?" cibir Bila menyangsikan. Bila mendadak tiba-tiba menginginkan makanan itu, walaupun sudah ditahan-tahan sepertinya tak bisa ditunda.
Bisma nyengir, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pikir Bila butuh sesuatu barang atau yang ingin dibeli ternyata olahan makanan, tentu saja pria itu belum pernah membuatnya.
"Belum pernah sih, tapi kalau kamu menginginkan makanan itu, aku usahain buatin demi kamu," ujarnya cukup percaya diri.
"Nggak usah, biar Mbak Lastri aja. Kamu pulang aja sana, ngapain sih masih di sini aja," usirnya dengan nada cukup menjengkelkan.
"Om Rama bilang, aku suruh nemenin kamu dulu, kata bik Lastri kamu suka parnoan di rumah ini," jelas Bisma tenang.
"Duh ... mbak Lastri ember banget sih, pakai ngadu ke Ayah juga, sampailah ke telinga tuh orang," Bila terus menggerutu. Bisma hanya menggeleng pelan menatap calon istrinya itu.
"Iya, Non, ada apa?" Perempuan berkisar tiga puluh tahunan itu menghampiri majikannya dengan tergesa.
"Mbak lagi sibuk nggak, tolong buatin scrambled egg ya mbak, aku mendadak pingin itu, sama yang seger-seger deh, salad atau apa aja, buah yang tersedia di kulkas," pintanya.
Art itu melirik Bisma yang tengah menyorotnya juga dengan gelengan kepala. Berharap pembantu itu akan kerepotan dan menolak keinginan Bila.
"Apa sih, kok malah bengong, Mbak? Cepet, aku udah lapar," titahnya kesal. Bila yang merasa aneh langsung memindai matanya dari Lastri ke Bisma, jelas Bisma pura-pura tidak tahu menahu, sementara perempuan itu bingung sendiri.
"Mmm ... maaf non Bila, sebenarnya tadi saya lagi beberes baju, mau izin pulang kampung untuk beberapa hari ke depan, kebetulan ada kerabat dekat yang mau nikahan, jadi ... saya mohon cuti."
"Lho, kok mendadak gitu, mbak 'kan tahu sendiri aku di rumah sendirian, jangan pulang kampung mbak, aku nggak mau ditinggal," keluhnya mendadak cemas.
"Gimana dong mbak, jangan pulang sekarang, setidaknya nunggu Ayah dan Bunda pulang."
"Waduh ... gimana ya Non, saya udah kadung janji menyanggupi untuk pulang sore ini," ujarnya merasa tak enak.
"Berapa hari bibik cutinya? Jangan lama-lama bik, kasihan Bilanya."
"Iya, Den, mungkin satu minggu."
"What! Satu minggu? Yang bener dong mbak, itu sih lama." Bila semakin cemas, sementara Bisma cukup senang dan tenang mendengar kabar itu, itu artinya Bila sedang memikirkan posisi dirinya saat ini yang pasti akan sangat membutuhkan orang lain.
"Mbak, apa nggak bisa ditunda besok saja gitu pulangnya?" mohon Bila gusar.
"Maaf Non, tidak bisa. Tadi saya sudah menghubungi Bapak, beliau juga mengizinkan, jadi ... saya bisa pulang dengan tenang."
Mbak tenang, akunya yang nggak tenang. Duh ... gimana nasib gue terdampar sendirian di rumah.
"Mbak, kalau aku ikut ke kampung boleh nggak, nggak pa-pa deh selama seminggu, dari pada di rumah sendirian. Lagian Ayah pasti ngijinin kalau ikut Mbak Lastri." Bisma nampak melongo mendengar penuturan perempuan itu, saking mau menghindari dirinya, Bila sampai segitunya.
"Rumah saya jelek Non, nanti Non Bila nggak betah, di sana juga jauh dari pusat kota." Bila nampak menimbang-nimbang, namun akan lebih baik dari pada di rumah sendirian, dengan Bisma yang kadang akan menemani, jelas itu bukan solusi, lebih baik Bila ikut dengan pembantunya itu.
"Nggak pa-pa mbak, sekalian liburan ke Desa, siapa tahu di sana bikin aku betah," sela Bila meyakinkan.
"Non Bila masih dalam tahap pemulihan, nanti Bapak bisa marah."
"Ah, mbak, biar aku yang minta izin langsung sama Ayah, aku yakin Ayah pasti ngijinin."
"Bik, pulangnya pikir nanti dulu, Bila tadi katanya minta apa itu namanya, lapar 'kan?" Bisma mengalihkan pembicaraan.
"Udah kenyang, nggak pingin lagi, pinginnya mbak jangan pulang, please ya Mbak," mohon Bila memelas.
"Aduh ... gimana ya Non, orang rumah udah menanti-nanti kedatangan saya, nggak enak atuh Non, kalau nggak pulang."
"Ya udah, aku ikut," final Bila pada akhirnya. Bisma ikut gamang dengan keputusan Bila.
"Bila, kondisi tubuhmu sedang tidak bersahabat untuk perjalanan jauh, jadi pikirkan lagi kalau mau ikut."
"Bener Non, belum lagi nanti naik bus, gerah, panas, nggak nyaman, lebih baik Non Bila tunda dulu mainnya, nunggu pulih atau setidaknya saat udah nggak mabok, gitu Non. Takutnya nanti Non Bila lemes, mana nggak bisa putar balik 'kan repot."
"Ya udah deh, Mbak, aku nggak jadi ikut, tapi sebelum berangkat, tolong buatin aku scrambled egg dulu ya Mbak, laper," ujarnya seraya berpikir keras mencari solusi yang paling masuk akal namun bisa dinalar. Bila tak ingin terlihat konyol hanya berdua dengan pria yang telah merenggut mahkotanya. Ia pun begidik ngeri membayangkan kesendiriannya nanti. Satu-satunya jalan, ikut nungguin Bunda di rumah sakit, atau kalau nggak nginep di rumah teman.
Tapi, Bila sendiri bahkan yang paling sering mangkir kalau urusan bertemu, semenjak menikah hanya sekali walaupun sudah menemukan weekend beberapa kali. Sahabat-sahabatnya juga mempunyai kesibukan yang sama.
"Mbak, beneran mau pulang?" Bila melepas dengan hati berat, seketika ia juga langsung mendadak waswas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
gia nasgia
Next
2024-05-22
0
N Hayati
bila have to strong
2022-06-28
0
Arnissaicha
paling" ini sudah direncanakan dua keluarga, termasuk bisma...
2022-05-13
2