Bisma terpaksa keluar ruangan meninggalkan Bila yang ketakutan melihat dirinya. Hatinya sakit, Ingin sekali membawanya ke dalam pelukan hangat dan mendekapnya untuk tenang, tapi itu tidak mungkin, Bila sepertinya trauma.
Ya Tuhan ... ampuni aku
"Bisma, kenapa di luar, seharusny kamu menemani Bila, malah meninggalkan sendirian," tegur Mama Mita.
"Bila mau istirahat, Ma, bagaimana keadaan tante Rima, apa keadaannya baik-baik saja?" Bisma mengalihkan pembicaraan.
"Kamu boleh menemuinya, mohon ampunanlah nak, Mama yakin dia orang tua yang bijak." Nasihat Mama membuat Bisma tenang. Pria itu lekas ke ruangan di mana ibunya Bila dirawat. Kondisinya tidak lebih baik, walau bisa ditemui namun cukup lemah.
"Maaf, Om, boleh aku bertemu dengan tante?" pinta Bisma menghampiri Pak Rama. Rama mengangguk, sejauh ini Bisma cukup baik di mata keluarganya, entah dengan alasan apa pria itu melakukan itu pada putrinya.
"Bisma, Om mau bicara!"
"Boleh Om, silahkan," jawab Bisma tenang.
"Om sebenarnya marah denganmu, om menyayangkan tindakanmu itu, kenapa kamu tega melukai hati Bila, Nak, bukankah kalian mengenal baik sejak di bangku kuliah?"
"Bisma akan bertanggungjawab Om, tolong restui kami, maafkan atas apa yang telah aku perbuat untuk Bila."
"Om tidak bisa mengambil keputusan ini sepihak, semua Om serahkan dengan Bila, itu tidak mudah untuk putri om, dan kalau boleh jujur, om sangat kecewa denganmu."
Setelah menggumamkan kata-kata maaf, Bisma ke ruangan Bu Rima, ia juga meminta maaf di sana, entah perempuan yang tengah berbaring dengan menutup mata itu dengar atau tidak, yang jelas, Bisma berucap tulus.
Sementara Bila ngeyel melihat kondisi ibunya, walaupun dokter melarang karena tubuhnya masih lemas, perempuan itu sudah tidak sabar dan ingin segera bertatap muka.
Pandu membantu perempuan yang belum genap dua puluh empat jam berkenalan itu ke ruang rawat Bu Rima.
"Makasih, Du, tolong tinggalkan kami." Pria itu mengangguk.
"Aku tunggu di luar, panggil saja jika kamu membutuhkanku," ucap pria itu bergerak menjauh. Kasihan Bila, ia terlihat terpukul dengan keadaan ini.
Bila mendekati ranjang, Bu Rima masih terlelap, Bila tidak mau mengganggunya, ia menjadi merasa sangat bersalah dan berdosa, Karena telah membuat orang tuanya kepikiran.
"Lekas sembuh, Bun, Bila butuh Bunda. Maaf membuat Bunda banyak pikiran, Bila janji mau nurut kalau Bunda sehat," ucap Bila sendu. Mata tua itu terbuka, tersenyum melihat putrinya menemuinya dan menggenggam tangannya.
"Bila, kamu sudah baikan sayang," ucap Bu Rima tersenyum. Bila mengangguk, ia harus terlihat tegar dan baik-baik saja walau hatinya remuk. Ibunya akan kembali kepikiran dan memperburuk keadaanya kalau Bila sendiri terpuruk.
"Bila sudah sehat Bun, kata dokter, Bila sudah boleh pulang, Bunda cepet sehat ya, kita pulang bareng," ujarnya mengulas senyum.
"Bila, Bisma datang dan menemui Bunda, ia menangis dan meminta maaf, ia juga berjanji akan bertanggung jawab," jelas Bu Rima lirih, entah mengapa kata-kata itu lebih sakit diterima Bila, tapi perempuan itu tidak bisa menyela, ia terlalu takut memperburuk keadaan Ibunya.
"Bunda lekas sehat ya, kita pikirkan nanti saja setelah Bunda sehat," mangkir Bila mencari alasan. Bu Rima terlihat kecewa, Bila bisa menangkap hal itu dari sudut matanya, perempuan itu pun menjadi galau sendiri.
"Apa yang membuat Bunda begitu yakin dengan pria yang telah membuat aku hancur, Bun?" tanyanya sendu.
"Bisma mencintaimu nak, Bunda yakin dia orang yang baik, hanya saja kemarin keliru, anak dalam rahimmu butuh ayah, ini tidak adil kalau kita tidak memberi tahu pria itu."
"Beri Bila waktu untuk berpikir Bun, Bila tidak bisa mengambil keputusan ini secara tergesa," ucapnya sendu. Bu Rima mengangguk lega, akhirnya putrinya sedikit melunak.
Keputusan yang diambil keluarga memanglah sulit, namun itu yang terbaik sekarang. Bila benar, jika masalah ini sampai dilaporkan pada pihak yang berwajib, semua orang akan tahu, dan Bila akan menanggung aib itu lebih malu. Belum lagi, cibiran mulut pedas yang kadang tak tahu empati, bukannya iba malah bisa menjadi ghibah. Keluarga mantap mengubur kasus ini rapat.
Perempuan dua puluh tiga tahun itu dibuat galau sepanjang malam. Menerima Bisma bukan solusi, namun melihat Bunda yang sakit jelas terluka. Apa iya laki-laki itu mencintainya? persetan dengan perasaan yang ada, cinta tidak akan menyakiti.
Bila berusaha berdamai dengan keadaan, walaupun berat dilalui, ia harus semangat dan terlihat baik-baik saja di mata Bunda. Dua hari perempuan itu dirawat, akhirnya sudah boleh pulang. Berbeda dengan Bu Rima yang harus menjalani perawatan intensif, karena gejala penyakit jantung yang terindikasi padanya.
Selama Bu Rima dirawat, Bila bolak-balik ke rumah sakit, di rumah juga hanya berdua dengan artnya saja, sebenarnya Bila takut kalau Bisma menyambangi rumahnya. Tapi untung saja sejauh ini pria itu tidak nekat. Pandu tetangga barunya itu juga cukup perhatian, hampir setiap malam mengirim makanan, takut ia kelaparan. Aneh sekali orang itu, di rumah Bila berdua, tidak seperti dirinya yang sendiri kesepian.
"Morning!" sapa seseorang dari sebrang, terlihat sosok jangkung berdiri tegak menyandar besi pembatas. Bila yang sedang menikmati mentari pagi dari balkon kamarnya terkesiap kaget, mendapati suara pria itu begitu dekat, ia pun mengikuti sumber suara tersebut.
"Pagi Bila," ulang Pandu seraya melambai dan tersenyum manis.
"Pagi," jawab Bila irit bicara.
"Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?" tanyanya perhatian. Bila hanya mengangguk tanpa kata.
"Muka bantalmu imut, aku mengambil gambarmu!" ujar pria itu seraya menunjuk ponselnya. Kamar mereka bersebrangan jadi pembicaraan mereka cukup jelas. Bila melotot mengenai hal itu.
"Hapus, Du, itu terlihat jelek," cebik Bila kesal.
"Biarin ajalah, biar menjadi pajangan di kamarku." Pria itu terkekeh. Bila kembali melotot garang.
"Aku curi nanti ponselmu, akan aku hapus sendiri," ucapnya yakin, seandainya dirinya sedang tidak berbadan dua, ingin sekali perempuan itu melompat ke balkon tetangganya yang hanya sejengkal.
"Coba kalau bisa!" tantang Pandu. Bila hampir saja nekat jika laki-laki itu tidak segera mencegahnya.
"Eits, jangan! Iya-iya aku hapus sekarang, padahal cantik lho, sayang banget dihapus," katanya menyayangkan.
"Kamu hari ini tidak ke rumah sakit?"
"Nanti siang," jawab Bila seadanya.
"Hati-hati ya, maaf tidak bisa mengantarmu karena aku harus bekerja."
"Dih ... siapa juga yang mau minta tolong, bisa berangkat sendiri."
"Yakin? Tubuhmu sedikit berat dalam gendonganku, siapa tahu kamu pingsan lagi."
"Kamu mengataiku? Awas saja, nanti aku balas."
"Boleh, aku menanti hal itu, jangan lupa tutup pintu, baca doa sebelum pergi, sampai ketemu nanti sore," ucap pria itu berlalu.
Bila baru saja mengenal tetangga barunya itu, tapi ia merasa cukup akrab, terlebih Pandu pintar mencairkan suasana. Bila masih sibuk dengan pikiranya sendiri, termenung di pinggir pagar ketika sekilas seperti menangkap bayangan Bisma di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
gia nasgia
Bila tahu klai Bisma pribadi nya baik tapi karena Bila melihat dari sudut emosi aja😄
2024-05-22
0
Ayas Waty
aq yakin Bisma orang baik
2023-04-30
0
gia nasgia
Bisma semangat untuk menaklukkan hati nya Bila💪
2023-03-04
0