"Tidak, bukan cinta, aku tidak percaya itu, cinta tidak akan menyakiti, tolong katakan sesuatu, aku benar-benar membencimu!"
"Bila, tenang Bila, aku mencintaimu, tolong percaya, aku hanya ingin bertanggung jawab tidak akan menyakitimu lagi, aku minta maaf, Bila. Tolong berikan aku kesempatan untuk menebus dosaku untuk mempertanggung jawabkan semuanya," kata pria itu sendu.
Ayah Bila yang berniat menjenguk putrinya berhenti di ambang pintu, tak sengaja mencuri dengar perbincangan mereka, hatinya sakit melihat interaksi keduanya. Di belakangnya juga mematung orang yang sama, Ayah dan Ibu Bisma nampak hadir di sana. Setelah menerima kabar lewat sambungan telfon, nampak kedua orang tua itu kompak menyambangi rumah sakit.
Bisma dan Bila yang menyadari itu langsung terdiam. Bu Mita berhambur menghampiri perempuan yang pernah menjadi menantunya itu. Mungkin sesama wanita akan lebih paham, dan sedikit melunak.
"Bila, atas nama keluarga, dan Bisma, Mama Minta maaf sayang, begitu Bisma mengabari kamu hamil, Mama sangat bahagia, tolong beri kesempatan Bisma untuk menebus dosanya," mohon Mama Mita yang begitu tulus. Mantan Ibu mertuanya itu berusaha membantu Bisma untuk melunakkan hati Bila.
Ya Tuhan ... kenapa semua orang di sini tidak ada yang memahami perasaanku. Rasanya dunia ini tak adil, setelah semuanya terjadi padaku, kenapa Engkau malah menghadirkan kehidupan lain di rahimku.
Bila nampak bingung mengambil keputusan, satu orang, lawan empat, jelas ia sendiri, ditambah Bunda yang tengah sakit juga ikut mendengungkan kata kesepakatan atas lamaran Bisma. Bila benar-benar tidak mampu berpikir dengan jernih lagi.
"Bukankah orang hamil itu tidak boleh menikah ya?" sela Bila meminta pendapat.
"Ada sebagian ulama yang mengatakan boleh dan sebagian lagi tidak boleh, untuk kasusmu sendiri, sebaiknya menikah saja, sebelumnya Papa sudah berkonsultasi sebaiknya kalian menikah secara agama dulu, dan selama itu kalian tidak boleh bercampur, baru setelah anak itu lahir kalian menikah ulang," tutur mantan mertuanya itu. Pria paruh baya yang biasanya tak banyak cakap itu begitu serius menjabarkan kalimat demi kalimat dari mulutnya.
"Bila, berdamailah dengan keadaanmu sayang, Mama akan membantu memulihkan traumamu." Wanita itu mengusap belakang kepala Bila lembut.
"Tapi Ayah, Ma, bukankah Bila punya masa iddah, bahkan belum genap dua bulan Mas Gema menceraikan aku?" tanyanya mengulur waktu, berharap menemukan jawaban atas penundaan pernikahannya yang tak diinginkan itu.
"Kamu janda yang belum tersentuh oleh Gema, jadi tidak ada iddah bagimu, Nak, kamu boleh menerima pinangan Bisma," tuturnya lembut, jelas dan lugas.
Bila terlihat sangat Bingung, mendadak wajahnya memucat. Sepertinya takdir tengah bermain-main dengannya. Sementara Bisma sendiri terdiam membisu, menunduk untuk hal yang tak mampu diselami hati. Rasa gelisah jelas tergambar, takut Bila tetap keras kepala dengan pendiriannya, apalagi sampai berencana menerima pinangan orang lain selain dirinya.
"Aku bersedia, asal menunggu sampai Bunda pulih terlebih dahulu," pasrah Bila di tengah putus asa yang melanda. Bukan karena sudah menerima Bisma, tapi Bila punya pertimbangan lain yang tersimpan rapi di hatinya.
Bisma mendongak mendengar jawaban perempuan itu, haru, dan sedih bercampur menjadi satu. Entah itu apa yang ada dipikiran pria itu, yang jelas, ia juga tidak menginginkan pernikahan yang diawali kisah stragis ini. Sedikit harapan itu membuat binar cerah di wajah Bisma, ia terlihat sedikit lebih lega setelah melibatkan banyak keluarga. Walaupun Bila menunda sampai keadaan Bu Rima membaik, setidaknya ada harapan untuk Bisma maju.
"Bila, berbicaralah yang lembut dengan calon suamimu sayang, Ayah lihat, kamu terlalu berlebihan memaki Bisma," tegur Pak Rama sebelum keluar ruangan. Para orang tua seperti tengah menyiapkan sesuatu, sementara Bisma sendiri masih diam di tepi ranjang, sedikit berjarak dengan posisi Bila yang duduk di atas kasur.
"Terima kasih sudah memberikan kesempatan untukku, Bila, aku janji akan membuatmu bahagia," ucapnya sungguh-sungguh.
"Kamu nggak usah banyak berharap dulu Bis, aku menerima bukan berarti aku setuju atau memaafkanmu, aku bahkan sangat membencimu," selanya cepat.
"Iya, aku tahu, tapi aku tetap akan berusaha menjadi suami yang baik dan orang tua yang baik untuk anak kita," jawabnya tenang.
"Aku menerima pertanggung jawaban ini untuk anak ini, aku ingin pernikahan kita hanya terjadi selama aku hamil, dan kita akan bercerai setelah anak ini lahir," jelas Bila mantap. Bisma jelas kecewa dengan pikiran dangkal perempuan itu. Namun, untuk menjadikan semua mulus, ia akan mengiyakan saja tanpa berniat mengaminkan.
Pernikahan itu bukan mainan Bila, aku tidak pernah main-main dengan hal ini.
Bisma paham, mungkin Bila masih tidak percaya dengan dirinya setelah semua yang telah ia perbuat. Bisma juga paham, cinta Bila ke Gema masih terlalu besar, seandainya pria itu yang datang memintanya kembali, Bisma yakin, Bila akan dengan enteng mengiyakan. Mencintai sendiri itu memang sakit, tapi ia tidak pernah menyesali, masih ada harapan terbentang luas di depannya.
"Kamu pulang sana, aku nggak mau kamu ada di sini," usir perempuan itu ketus.
"Aku akan menemanimu selama kamu dirawat, kita juga bisa sekalian memantau kesehatan Bunda," jawab Bisma datar. Selalu tak ada raut marah atas sikap Bila yang kelewat jutek padanya. Bisma menerima dengan tenang.
"Aku tidak nyaman berada di satu ruangan denganmu, tolong mengerti Bis," mohonya memelas. Bila merasa banyak hal yang tersimpan pada pria itu, pribadi yang hangat itu ia temui kembali lagi pada pria yang pernah bertahun menjadi sahabatnya, tapi kenapa ia harus melakukan hal itu. Bila masih belum tahu sebenarnya apa yang disembunyikan pria itu.
Setelah dirawat di rumah sakit selama dua hari, Bila sudah boleh pulang. Perempuan itu hanya butuh istirahat dan jangan terlalu stress, tentu hal itu sangat wajar mengingat kondisi saat ini yang banyak tekanan, namun Bila menurut, mencoba memahami dan mulai menata hatinya kembali yang sempat tak berbentuk.
Bila bahkan walaupun ogah-ogahan, tetap menerima ketika Bisma berniat baik mengantar pulang.
"Ayo, Bila, aku bantu," pinta Bisma yang langsung ditolak mentah perempuan itu. Alhasil calon ibu itu dibantu Bu Mita menuju kursi roda sampai parkiran mobilnya. Mereka sengaja menjemput Bila di rumah sakit setelah dokter menganjurkan perawatan di rumah.
Sesampainya di rumah pun, Bila menolak dipapah Bisma, padahal jelas, kamar perempuan itu ada di lantai dua. Bisma hanya bisa bersabar atas penolakan terhadap dirinya, ia juga tidak boleh terlalu terlihat memaksa. Bila masih sedikit takut berdekatan, apalagi jika hanya berdua. Bisma paham itu.
"Sayang, Mama pulang dulu ya, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi Mama segera." Wejangan itu diangguki Bila dengan patuh, berharap Bisma juga segera pulang dan meninggalkan dirinya dengan tenang. Dua hari berada di ruangan yang sama membuat Bila benar-benar jengah. Untung ada mantan mertuanya yang begitu baik membantunya.
"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Bila tak suka. Bisma nampak menghela napas dalam, mengumpulkan kesabaran yang banyak untuk menerima setiap penolakannya.
"Sebentar lagi aku akan pulang, jaga dirimu baik-baik, tolong hubungi segera jika terjadi sesuatu." Perkataan yang sama terlontar antara anak dan Ibu.
"Hmm," jawab Bila dengan gumamam. Bisma sebenarnya berat, enggan meninggalkan perempuan itu sendirian. Walaupun ada Bik Lastri, entah mengapa ia menjadi begitu khawatir.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
gia nasgia
Gama belum menyentuh Bila sebab Gama di takdir kan untuk bang Bisma 🤭
2024-05-22
0
Marhaban ya Nur17
iy y klo janda belum campur ama suami se g ada masa idah yyyyy
2024-03-26
0
Ayas Waty
gimana kabarnya pandu
2023-04-30
0