Ica mengekor di belakang Jihad dengan hati yang sudah tak karuan, jika hanya berdua seperti ini mulai terasa perasaan rindu, gugup dan canggung. Mendadak burung beo menjadi keep silent, dan Ica tak suka ini. Ia bukan tipe wanita dengan kadar melow yang tinggi, ia selalu bisa menyembunyikan suasana hatinya serapi mungkin dengan semua kekonyolan dan candaannya. Ica selalu berusaha untuk menjadi gadis yang tangguh, merupakan prinsipnya tak ingin terlihat rapuh di mata orang lain, walau sebenarnya hatinya begitu butuh sandaran, sekonyol konyolnya Ica ia tetaplah perempuan, ia tetap memiliki perasaan sensitif. Setidaknya nama Jihad sudah ikut terpatri di hatinya. Ica mencoba mengusir perasaan tak enak ini dengan menyalakan lagu dari ponselnya yang lama, ponsel yang sudah ia pensiunkan karena kejadulannya dan terkadang mamposs tak jelas, untunglah hari ini si ponsel lawas bukti sejarah sedikit baik, Ica lantas mendengarkannya dengan headset di sebelah telinganya. Tak mampu ia menatap Jihad, Jihad tau jika Ica sedang menghindar darinya.
Bagaimanapun mereka harus membereskan masalah hati ini, Jihad sadar betul jika Ica tak ingin berurusan dengan masalah hati, gadis ini masih sangat kapok dan insecure.
Ting !
Suara lift itu menjadi satu satunya suara diantara keduanya.
Jihad membawa Ica ke dalam ruangannya.
Ceklek,
"Masuk, " pinta Jihad, Ica sedikit ragu..ini sudah sore, bahkan para karyawan saja sudah membubarkan diri.
"Loe tenang aja, gue ga akan macem macem, gue ga sampai hati dorong orang yang gue sayang," langkah Ica terhenti mendengar kata terakhir Jihad. Asupan oksigennya seakan tersendat, jika dulu saat masa SMA ia masih biasa biasa saja, tapi tidak dengan sekarang. Keduanya sudah sama sama dewasa.
"Ji, "
"Kita bicara di dalam, gue ga mau ngomong di muka pintu gini !" jawab Jihad.
Ica akhirnya masuk ke ruangan ini lagi, seakan kata sayang bisa mengubah seorang Ica yang biasanya tak pernah kehabisan kata kata untuk menyela orang menjadi pendiam.
Jihad berjalan menuju jendela ruangannya, menyalakan lampu ruangan.
"4 tahun Ca, ditambah 2 tahun masa SMA, gue nungguin loe," ucap Jihad, waktu yang lumayan lama untuk ukuran laki laki tampan dan mapan hanya sekedar menunggu kepastian.
Ica mematung di tempatnya, lagu yang diputarnya malah semakin membuatnya terhanyut dengan suasana. Jihad mencabut headset sebelahnya dari telinga Ica tanpa perlawanan dari Ica.
"Gue tau loe kaya gini cuma mau menghindar, buat apa Ca? apa loe masih terjebak masa lalu loe?" tanya Jihad.
"Liat gue Humaira Khairunisa !" pinta Jihad.
"Selama itu loe nunggu gue Ji, " Ica buka suara.
"Apa loe ga malu suka sama cewek yang banyak kekurangan kaya gue ? gue ga sepintar dan secantik Kara, gue ga sekaya dan seanggun Ka Juwita, gue cuma cewek kampung yang bodoh dan naif, Ji. Sedangkan look at you !" tunjuk Ica.
"Sepicik itu pikiran loe Ca, gue tidak sejahat Revan, apa waktu 6 tahun belum cukup, buat buktiin kalo gue sayang sama loe tulus?" Jihad meraih Ica dan memeluknya, membuat Ica terkejut, gadis itu tak berontak ataupun membalas.
"Bilang kalo loe pun suka sama gue Ca, bilang kalo loe pun sayang sama gue !" bisik Jihad. Mata Ica terpejam, ia memang rindu dengan pelukan Jihad, setidaknya pelukan yang ini dengan rasa yang berbeda.
"Gue kangen sama umpatan loe sama gue, gue kangen sama sikap konyol loe, " kembali ucap Jihad menunduk melihat Ica.
"Ga usah ngomong deket deket, polusi ! nafas loe tuh polusi buat gue Ji !" Ica mendongak seraya tangannya mendorong jidat Jihad. Senyum mengembang terlihat jelas dari Jihad.
"Loe tuh jahat Ji, udah balik ga nemuin gue ! malah ngerjain gue, loe ga tau jantung gue udah dag dig dug, nungguin loe nyariin gue, gue udah kaya jomblo ngenes nungguin loe, liat bang Riski pangkuan sama teh Mira, gue sirik !" Ica bercerita mendumel seraya matanya berkaca kaca dan memukul mukul dada Jihad pelan. Jihad semakin mengeluarkan tawa renyahnya.
"Ga usah ketawa loe peakkk ! liat ka Erwan sama Ayu, gue udah kaya anak tenyom lepas dari gendongan bapaknya !" omel Ica lagi seraya menitikkan air mata kerinduan, Jihad menyimpulkan itu balasan perasaannya dari Ica. Cara mereka memang seaneh itu untuk saling memahami.
"Come to daddy," jawab Jihad memeluk Ica erat.
"Gue udah kaya tante kun di pohon, cuma bisa mandangin langit tanpa tau kabar loe disana gimana, masih inget gue apa engga ! gue nyesel Ji !" Ica membalas pelukan Jihad.
"Dan waktu tau loe dah balik ke Indo dari ka Erwan tanpa loe nyari gue, gue nyesek Ji. Pengen rasanya gue cekek loe sampe loe ikutan sesek juga !" omel Ica membenamkan wajahnya di dada Jihad.
"Sayangnya gue lagi pake jas sama kemeja, gue ga bisa masukkin loe ke t shirt, atau mau gue masukkin ke tong sampah di depan kantor?" tanya Jihad.
"Nah kan kaya begitu bukti sayang loe sama gue, mana ada cowok sayang tega gitu !" omel Ica.
"Loe ga kangen sama bau ketek gue Ca?" tanya Jihad tertawa.
"Engga ! gue kangen sama perut roti sobek loe !" jawab Ica.
"Kalo ternyata roti sobek gue udah jadi tahu bulat gimana?" tanya Jihad menggoda Ica.
"Ya udah ga jadi gue meweknya, pergi loe jauh jauh dari gue, gue mau cari ka Raka aja !" dorong Ica.
Jihad mengusap pipi Ica dengan kedua jempol tangannya.
"Nikah yukk !" ajak Jihad.
Grekkkk !!!
Ica menginjak kaki Jihad.
"Dipikir gue anak kambing, main nikah nikah aja, gue mau proses perkenalan dulu..kan gue juga mau masa masa pacaran dulu Ji, kaya orang lain, jangan bikin gue pengen dorong loe ke bawah !" jawab Ica.
"Kita dah kenal paukkk ! apa 7 tahun kenal, loe ga cukup kenal sama gue ?" tanya Jihad.
"7 tahun, kan 4 tahun loe di LN, mana gue tau loe berubah apa engga ! siapa tau loe jadi lebih suka keju dibanding singkong ! atau loe tiba tiba tiap malem berubah jadi serigala, " jawab Ica.
"Asem !"
"Dukk !" Ica mengusap jidatnya yang sengaja di adu kan dengan jidat Jihad, oleh siempunya.
"Jadi loe mau pacaran sama gue ?"
"Iya. Ji..."
"Hm ?"
"Kita backstreet ya kalo di kantor. Perlakukan gue sama seperti karyawan lainnya waktu jam kerja, disini ga perlu ada yang tau kalau kita pacaran, " pinta Ica. Ia sudah memikirkan masalah ini matang matang. Akan jadi masalah jika ketahuan ia pacaran dengan bos besar mereka, apalagi Jihad terbilang merupakan idaman para karyawan wanitanya. Akan banyak karyawan yang tidak menyukainya, Ica tak mau diribetkan dengan drama pelakor seperti kisah Kara dan Milo.
"Kenapa?" tanya Jihad.
"Gue mau kerja dengan tenang disini, " jawab Ica. Jihad menghargai keputusan Ica.
"Kalo itu bisa bikin loe bahagia, gue ikut ! tapi loe jangan terlalu deket sama Budi sama Asep, gue ga suka !" jawab Jihad.
"Loe percaya sama gue kan Ji? selama 6 tahun ini apa pernah gue pacaran sama orang lain? " tanya Ica. Jihad tersenyum dan mengacak rambut Ica.
"Ini udah selesai kan, gue sampe ga masuk kuliah hari ini, ini juga udah mau maghrib, gue ga mau sampai nanti ada yang liat kita lagi berdua duaan di kantor malem malem," ucap Ica.
"Paling di arak ke KUA, " jawab Jihad enteng. Ica memicingkan matanya.
"Loe beneran ga bawa oleh oleh buat gue Ji? " tanya Ica.
"Bawa !"
"Apa?! mana?" mata Ica sudah berbinar.
"Hati gue !" jawab Jihad terkekeh.
"Cih, ga mau lah ! " decih Ica melihat lihat ruangan Jihad.
"Haaaa ! daebaek ! ko gue ga pernah liat ada foto ini sebelumnya !" tunjuk Ica pada pasfoto yang menampilkan foto 4 remaja SMA.
"Nah kan, loe kerja ga bener ! makanya gue nanya dan nyuruh loe buat beresin rak buku ! loe nya kelewat oon, males !" jawab Jihad duduk di kursinya.
"Ya gimana ga males, loe nyuruh gue beresin sejam sekali. Dikira lantai mall !"
"Tok tok tok !" seseorang mengetuk pintu Jihad.
Sontak Ica dan Jihad kelabakan, Ica dan Jihad yang panik, tak bisa berfikir jernih, Ica malah bersembunyi di bawah meja kerja Jihad dengan Jihad yang duduk di kursinya.
"Sat !!!"
"Dukkk !"
"Awww, pala gue peakkk !" omel Ica.
"Iya, "
"Saya kira bapak sudah pulang, " ucap pak Muni.
Ica membekap mulutnya.
"Belum pak, sebentar lagi, saya bereskan dulu pekerjaan !" jawab Jihad.
"Kalau bapak mau pulang, silahkan pulang saja, " lanjutnya.
"Baik pak, terimakasih. Kalau begitu saya pamit undur diri !" pak Muni kembali menutup pintunya.
"Udah pergi belum?" bisik Ica.
"Udah, "
"Awas minggir !!" Ica menepuk nepuk kaki Jihad, tapi seakan tak puas mengerjai Ica selama beberapa hari belakangan ini, Jihad malah menahan kaki dan kursinya.
Ica mencubit kaki Jihad.
"Aawww, sadis !"
"Gue masih mode baik ya Ji, kaki loe belum gue bikin buntung !"
Jihad malah terkekeh, "ya udah yu keluar, mau pacaran kemana kita?
"Gue mau mandi !"
"Loe ngajak gue mandi ?!" tanya Jihad.
"Bukkk !!" Ica menimpuk kepala Jihad dengan tas selempangnya.
"Bener kata Kara, otak loe mesti gue cuci !"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lalisa
wah gercep si Daddy
2024-09-21
0
Lalisa
ahhhh kalian ya
2024-09-21
0
Alfiyah Hasna
cerita nya bikin,ketawa jangan ada pelakor Thor,g baik emosi puasa begini
2024-03-17
4