Jihad meninggalkan Ica yang masih terlelap.
"Sleepwell baby, sebentar lagi kita ketemu !" gumam Jihad. Sari segera berlari untuk bersembunyi.
"Ada hubungan apa Humaira sama pak Alvian?" Sari bertanya tanya sendiri.
"Heh, k3bo ! istirahat dah abis !" Sari mengguncang guncang tubuh Ica dengan kasar. Ica mengerjap dan menggeliat seperti ulat sutra.
"Aaahhh..lumayan seger badan gue !" ucapnya menguap malas.
"Ilihhh males !" decih Sari.
"Kenapa harus mbak Sari sih pemandangan pertama yang gue liat ! langsung mendung deh hari gue !" gumam Ica.
"Heh ! ada hubungan apa kamu sama pak Alvian ?!" tanya Sari to the point, Ica mengerutkan dahinya. Jangankan menjalin hubungan, tau wajahnya saja tidak. Hubungan apa yang dia maksud, apa seperti hubungan atasan dan bawahan atau hubungan tuan dan budak.
"Kenapa emangnya?" tanya Ica.
"Barusan pak Alvian liatin kamu tidur ! kaya tidur kamu cantik aja diliatin, " omelnya membubuhkan kembali lipsticknya yang sudah setebal dosanya.
"Ah masa ! "Ica segera merapikan rambutnya,
"Gue ngiler ga ya? atau gue ngorok ? ngapain juga liatin gue ? kaya ga ada kerjaan aja !" gumam Ica meraba raba sekitaran mulutnya.
Tiba tiba Asep datang.
"Asep datang !!!!!" di tangannya ada paper bag.
"Udah segeran Ca?" tanya Asep.
"Udah, "
"Nih !" Asep menyerahkan paper bag itu pada Ica.
"Apa ini sep ?" tanya nya bengong.
"Dari pak Alvian, katanya dimakan ! biar kamu kuat menghadapi kenyataan nanti, " jawab Asep.
"Kenyataan apa?" tanya Ica, Asep menggidikkan bahunya tak mengerti.
Sari ikut penasaran, setaunya pak Alvian terkenal ramah, tapi tak pernah ada karyawan yang dia spesialkan begini. Baru Ica lah yang diberi sesuatu.
Ica mengeluarkan isinya.
"Makan siang, " gumamnya.
Satu kotak nasi dan iga bakar, dan satu cup minuman ber boba. Ica mengernyitkan dahinya.
"Wahhhh, rejeki nomplok Ca !" ujar Asep.
"Tumbenan amat, kesambet apa bos, jadi sebaik ini ! dia ga lagi sekarat kan ?" Ica membuka kotak nasi itu, hingga menguarkan aroma daging bakar yang sontak memancing cacing di perutnya dug3man. Ica langsung melahapnya. Ada apa hari ini dengan orang orang mendadak baik, bu Warni...pak Alvian...
***************
Ica bukanlah gadis yang lemah, mentalnya sekeras baja, tubuhnya sekuat gatot kaca. Hanya karena sakit dan tak enak badan tidak menjadikannya mendadak jadi manusia lemah.
Ia kembali bergulat dengan pekerjaannya.
Seorang gadis cantik berambut ikal di bagian bawah, dan penampilan modisnya masuk ke dalam gedung pencakar langit ini, ia rindu dengan aroma Indonesia, aroma hiruk pikuk Jakarta, terlebih pada sahabatnya yang sudah lama ia tinggalkan.
"Baby, aku langsung ke kantor Jihad !" Kara mengangguk.
Gadis itu kemudian di dampingi pemuda tampan lainnya.
"Mbak, pak Alvian !" ucap Milo.
"Dengan pak siapa? sudah buat janji?" tanya resepsionis.
"Sudah, Armillo Dana Aditama !" ucap Milo. Resepsionis itu mengangkat gagang telfon, tak lama menyuruh Milo naik ke lantai 40.
"Baby, kamu mau ikut atau mau nemuin Ica?" tanya Milo.
"Aku nemuin Ica dulu, udah rinduuu !" jawab Kara.
"Oke nanti kutelfon, " ucap Milo. Kara mengangguk, Milo berlalu masuk ke dalam lift. Mata Kara menyipit melihat seorang office boy sedang mengepel lantai.
"Mas, " panggilnya.
"Saya?" tanya nya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, mas ob disini? kenal sama office girl yang namanya Humaira Khairunisa ?" tanya Kara.
"Ica ?" tanya Budi, Kara mengangguk. Akhirnya disini Ica tetap memakai nama panggilannya, tak akan sulit mencari gadis modelan Ica, ia selalu mudah ditemui, eksis dimanapun dia berada.
"Mbak ini ?" tunjuknya.
"Saya Caramel, teman Ica !" jawabnya.
**************
"Ca !!! ada yang nyariin, " ujar Budi mendekati Ica yang tengah mengepel lantai 30.
"Siapa ?"
"Temen loe katanya, siapa ya gue lupa namanya ! Caramel apa siapa gitu ?!" ujar pemuda yang rambutnya tersisir rapi ini.
"Kara ??!!! seriusan Bud? dimana ?" tanya Ica.
"Di bawah, di deket meja resepsionis !" jawab Budi, dengan segera Ica berlari, sudah seperti menyambut belahan jiwa yang telah lama hilang dan kini kembali.
"Kenapa ga hubungin gue sih, kalo mau balik ke Indo, kan gue bisa manggilin ondel ondel !" gerutunya.
Seorang gadis berdiri menghadap ke arah taman kantor, Ica tak percaya bisa bertemu dengan sahabatnya lagi.
"Kara !" sapanya.
Caramel berbalik, "Ica !!!!" keduanya berpelukan bagai teletubbies.
"Ra !!!! gue kangen tau !!!"
"Ca, gue juga kangen loe peakkk ! kenapa hape loe ga aktif ?!" tanya Kara mengusap pelupuk matanya yang sudah basah, sudah 4 tahun ia tak bertemu dengan partner kamvreet nya.
"Ya Allah, loe berubah sekarang Ra, dulu masih cupu aja, sekarang loe udah kaya model !" ujar Ica.
"Model apa Ca?" tanya Kara.
"Model buku yasin, " kekehnya, keduanya tertawa.
"Enak aja, "
"Loe kesini bareng siapa Ra? eh iya, loe tau darimana, gue kerja disini?" Ica memberondongnya dengan pertanyaan.
"Sama siapa lagi lah Ca, masa iya sama pacar orang ! tau dari seseorang, ada yang pengen ketemu sama loe ! " Kara menaik turunkan alisnya.
"Ck, main rahasia rahasiaan ! siapa? ka Milo? " omel Ica yang langsung terkekeh.
"Si Jihad kurang aj4r banget Ra, katanya dah balik ke Indo, tapi sombong banget, ga pengen nemuin gue !" kesal Ica, Kara mengulum bibirnya.
"Loe lagi kerja, Ca? gue pengen banget ngobrol bareng loe !" ucap Kara.
"Iya, tapi bentar lagi juga beres ko ! udah mau selesai jam kerja !" Ica melihat jam di tangannya.
"Kalo gitu gue nunggu loe di cafe kantor aja, gimana?" tanya Kara.
"Boleh Ra, nanti 15 menit lagi gue kesana ! loe tinggal naik aja ke lantai 3, " ucap Ica.
"Disitu cafe ?" tanya Kara.
"Bukan, kuburan ! ya iyalah !" sarkas Ica, Kara tertawa mendengar ocehan Ica ini, itu tandanya Ica masihlah tetap Ica.
"Ya udah, gue kesana !" Ica dan Kara masuk lift, tapi keduanya berpisah, saat Kara masuk ke lantai 3.
Ica bukan tak curiga dengan seseorang yang dimaksud Kara, ia mematut dirinya di depan cermin toilet, perasaan gugup tiba tiba melanda.
"Hofff ! udah kaya mau ketemu presiden aja ini gue !" Ica membuka ikatan rambutnya, menyisir rambutnya, hanya menambahkan bedak di wajahnya.
"Gue bau engga ya?" Ica mencium cium ketiaknya.
"Engga lah ! anak emak mah wangi !" gumamnya, menjawab sendiri seperti orang tak waras.
Ica keluar dari toilet, ia menuju lantai 3 dimana cafe kantor berada. Seumur bekerja disini, ia belum pernah jajan ataupun memesan makanan dari sini.
Kara sudah duduk bersama 2 pria yang membelakangi Ica. Jika yang satu sudah dipastikan Milo, lalu yang satu apakah itu Jihad ?
"Ko tangan gue dingin gini sih ! ini Ac ga bisa dimatiin bentar gitu !" gumamnya, Ica melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe.
"Ca !" pekik Kara melambai, Milo menoleh.
"Hay cabelita, fernando gue !!!" sapa Ica, Jihad menoleh pada Ica.
Deg...
Ica berubah menjadi patung manequin, Jihad memang banyak berubah, ia tambah keren, berwibawa, mapan, dan yang jelas sudah dewasa.
Mata Ica yang tadinya terkejut, kini berubah memicing. Gadis itu mendekat dan duduk.
"Hay Ca, apa kabar ?" tanya Milo.
"Baik ka Mil, seperti yang loe liat ! ga kekurangan satu apapun, masih sehat walafiat dan masih jomblo !" jelas Ica, tapi tatapan matanya menatap Jihad lekat, seperti ingin menelan Jihad.
"Kenapa?" tanya Jihad.
"Loe ternyata cowok kurang aj*ar ! loe tuh udah tua mestinya banyakin minta maaf, takut besok loe mati, loe banyak salah sama gue, " ucap Ica kesal.
"Enak aja ngomong loe, loe yang mestinya banyak banyak sujud sama gue ! loe yang lebih muda, tua bukan jaminan mati besok !" jawab Jihad. Sampai kapanpun tak akan ada drama kekasih yang telah lama hilang atau menangis terharu diantara mereka.
"Loe balik ke Indo ga niat cari gue gitu, Ji..loe ga niat nemuin gue gitu ! teman macam apa loe ! sono balik lagi aja ke London, ga usah balik balik lagi ! atau nyebur ke laut bareng ikan, biar loe ditelen paus !"
"Gue udah nyari loe ke rumah, tapi ka Novi bilang loe kerja, gue coba telfon loe tapi selalu operator yang ngangkat, yang kaya malin kundang siapa ?" tanya Jihad. Kara dan Milo yang duduk disana seperti penonton drama pertengkaran rumah tangga berujung melongo bak kambing be*go.
"Ini loe berdua kalo ujung ujungnya mau berantem, yu gue sewain arena olahraga aja, biar lebih leluasa !" ujar Kara.
"Kenapa loe ga susul gue kesini, loe nya aja ga niat. Tungguin gue balik kek di rumah ! gue bukan bang toyib kaya loe !" ucap Ica tak terima menunjuk Jihad.
"Dih, pake nunjuk nunjuk lagi ! tangan loe bekas ngupil !" decih Jihad.
"Gue sibuk, lagian mau ngapain kalo ujung ujungnya digantung lagi ! " lanjutnya.
"Sekarang loe kesini bawa apa coba, gue tanya ?! ga bawa apa apa kan ?" tanya Ica. Kara tertawa.
"Maksud loe bawa apa?" tanya Jihad.
"Oleh oleh kek apa kek, bukti kalo loe masih inget gue !" sarkas Ica.
"Wah ni anak lama lama ngeselin, baru juga ketemu udah minta diketekin !"
"Masih jaman Ji, diketekin?" tanya Milo.
"Engga, sekarang naik level, gue masukkin celana sekalian ! biar pingsan di dalem !" jawab Jihad.
"Gue laper lah ! makan dulu yu ! gue kerja keras bagai kuda nih, punya bos nyebelinnya naudzubillah !" oceh Ica. Milo dan Kara saling menatap, seberani itu Ica mengoceh dan menghina orang yang ada di depannya sendiri.
"Emang bos loe kenapa Ca?" tanya Milo terkekeh.
"Beuh amit amit ka Milo, kalo ada di depan gue...mau gue lelepin aja ke neraka !" omelnya, Kara mengulum bibirnya menahan kedutan di bibirnya. Sedangkan Jihad sudah siap siap dengan menggertakan setiap sendi leher dan tangannya. Seakan siap untuk menguliti gadis di depannya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
DozkyCrazy
😁😁
2024-11-22
0
Lalisa
cocok banget dah
2024-09-21
0
Lalisa
astaga itu bos loe ca 🤣🤣
2024-09-21
0