Kelulusan tiba, Kara yang sudah memiliki tiket kampus di luar negri menatap masa depan cerah. Dimana ada Kara disitu ada singanya, Armillo yang dikenal sebagai macan Asia nya sekolah ini, mendadak bertekuk lutut dan menyatakan diri sebagai bucin sejatinya Kara. Meskipun berbeda kampus keduanya berada di negara, kota, bahkan satu kompleks kost kostan yang sama. Sudah seperti hape dan kuota, tak dapat terpisahkan. Ayu yang harus bekerja di cafe milik Keanu, diam diam menjalin hubungan dengan Erwan, bagaimana bisa ? namanya juga takdir ! bisa sekamvrettt itu.
Jihad yang sudah mengatakan jika dirinya akan kembali berkuliah di London pun, benar benar pergi. Katanya suka, katanya sayang tapi ga mau nengok lagi ke belakang. Ica manyun,
"Kejar kek ! yakinin gue kek!" gumamnya, kebaya tak menjadikan Ica jadi gadis kalem, beberapa kali ia menghentak hentakkan hak sepatunya di tanah.
"Kasian tuh tembok loe hentak hentak pake heels nya nyokap loe Ca ! lagian loe sih, so cantik, so jual mahal ! nyesel kan loe !" sahabat macam apa ini, bukannya mengobati malah semakin mengompori, itulah Kara.
Jihad hanya pamit sekali, tak ada pamitan khusus sampai tabur kembang setaman. Sejak 2 minggu yang lalu ia sudah terbang ke London.
Kuliahnya yang baru saja semester 4 harus tertunda karena tugasnya mengawasi Milo dan Karamel.
"Ra,loe juga tega nih ninggalin gue ?! kalo nanti gue mau minta makan gimana ?!" tanya Ica.
"Loe tuh punya rumah, Ca ! jangan kaya anak pungut deh ! belaga terdzolimi ! "
"Gue bakalan kangen sama loe ! " mendadak suasana mengharu biru, bagaimana tidak keduanya sudah seperti pinang dibelah kampak naga geni. Dimana ada di kamvrettt Ica pastilah ada si kamvreett Kara, duo kamvreett yang jika disatukan pastilah akan mengguncang dunia.
"Gue tanpa loe udah kaya raga tak bernyawa, Ra !" meweknya.
"Lebay loe ! " sarkas Kara.
"Gue ga lama, Ca ! cuma 4 tahun, lagian kan Ayu ada," jawab Kara. Tak pernah ada mewek melow diantara keduanya.
"Ca, udah kali..gantian sekarang giliran gue sama Kara !" Milo meraih dan menarik tangan Kara.
"Elah ka Mil, besok besok Kara udah ga sama gue ! sama loe terus ! jadi sampe Kara pergi, biarin Kara sama gue !" rengek Ica.
**************************
"Ra, hati hati di negri orang, jangan lupa makan !" Ica memeluk erat Kara di bandara, masa depan sahabatnya ini begitu beruntung, bak tertimpa durian runtuh beserta pohon pohonnya. Kuliah di luar negri, dicintai oleh seorang crazy rich nan tampan. Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan.
"Iya bawel, jaga diri disini ! jangan makan mie instan mulu Ca, ga sehat ! nanti tiba tiba gue denger kabar, seorang gadis mati dengan keadaan usus kebelit mie ! " kekeh Kara.
"Kamvrett loe Ra, dikira sinetron azab !" gidik Ica.
"Nanti balik, loe bawa oleh oleh ya Ra, salju juga ga apa apa, pokonya yang penting judulnya oleh oleh aja, biar gue bisa sombong di kampung, kalo gue punya temen yang tinggal sama kuliahnya di London !"
"Iya, nanti gue bawain salju se truk, buat loe bikin usaha es kepal !" jawab Kara.
Kepergian Kara sukses membuat Ica nangis bawang, nangis yang sampe ing*usnya tumpah tumpah tak terkontrol.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, kita baru tau rasa memiliki dan membutuhkan setelah merasakan kehilangan......
****************************
Kehidupan Ica back to nature, kembali sebagaimana seharusnya. Tinggal di perkampungan yang bisa dikatakan padat penduduk, bukan deretan mansion mewah yang pintu gerbangnya saja terbuat dari emas 24 karat. Bukan rumah bertingkat dengan gaya klasik, melainkan rumah susun atau rumah 2 lantai yang banyak tergantung dalaman dan pakaian di jam jam tertentu, seperti sedang di pasar senen. Itu kenapa Ica selalu membawa bekal payung lipat, bagai peribahasa sedia payung sebelum hujan, hujan disini adalah hujan lokal ! hujan yang asalnya dari tetesan pakaian pakaian yang baru saja di cuci pemiliknya. Begitulah kehidupan gang senggol Ica dimulai setiap harinya.
Api asmara yang dahulu pernah membara, terasa lembut bagai ciuman yang pertama......
Ica menutup kepalanya dengan bantal, suara radio tua yang di stel kencang mengganggu tidurnya.
"Euhhh ! kalo bukan kake kake, udah gue bakar tuh radio ! gue museumin juga orangnya ! ga tau apa, gue semalem lembur !"
Engkong Rojak, tetangga yang setiap paginya selalu mendengarkan lagu dangdut di stasiun radio kesayangannya, sambil ngopi di depan rumahnya. Radio butut yang masih berfungsi yang ia akui adalah radio dari jaman Soeharto masih menjabat. Beliau selalu menggaung gaungkan cerita heroiknya saat ikut mengamankan kerusuhan Trisakti pada setiap tetangga dan anak anak muda di kampungnya.
"Markisa !!!"
"Icottt !!!"
Di rumah ini Ica tidak tinggal sendiri, ia tinggal bersama keluarga besarnya, mulai dari ayah, ibu, kakek, kaka, kaka ipar dan keponakan, semua ada disini. Diantara semuanya hanya kakek dan neneknya lah yang memanggilnya sedikit manusiawi. Lengkap sudah gejala gejala penyebab penyakit dartingnya, jangan salahkan Ica jika nanti masa tuanya ia akan mengidap komplikasi. Darah tinggi, budeg, juga kanker alias kantong kering. Bagaimana tidak, keponakannya ada 4 , tiap Ica gajihan keempatnya selalu minta traktir, jika ada makanan disini tidak menunggu satu jam, makanan masih ngebul saja sudah habis diserbu sejuta umat.
"Cot, udah jam 7 ! anak gadis jangan bangun siang siang. Nanti jodohnya di samber orang !" kaka perempuannya Novi membangunkan Ica.
"Disamber, emang jodoh gue ikan !" Ica bangun dengan malasnya. Masuk toilet pun harus ngantri, bergantian dengan anggota keluarga lainnya.
Ica menyambar handuknya, ia menguap sambil duduk di kursi depan kamar mandi.
"Oyyy, yang di dalem buruan !" ketuk Ica.
"Bentaran Ca, tanggung ntar putus di tengah jalan ! ga masuk rekor !" ini lah dia kaka laki lakinya Riski.
"Njirrrr, jijik gue bang ! bok3r jangan lama lama ! gue telat ke toko !" dumel Ica.
"Lagian loe kalo bok3r suka sambil rokoan bang, gue sumpahin loe keselek puntung rokok yang masih nyala !" pekik Ica.
"Sue loe, do'ain tuh yang baik baik. Do'ain gue ketiban rejeki kek, atau punya bini muda gitu, " jawab abangnya Riski.
"Iya ntar gue do'ain, loe ketiban buah duren, pas kena kaki loe durinya ! gue do'ain juga loe kepergok sama teh Mira," kekeh Ica.
Ica berjalan mendekat ke arah pintu kamar mandi yang satunya lagi, sama sama tertutup dan terkunci.
"Bang Galih !!! buruan ga usah sambil on4ni !" tawa Ica.
"Sat ! sue boga adek, ga ada kerjaan gue sambil begituan ! masih waras gue, cewek masih banyak di luar sana yang mau ngasahin pedang sakti gue !" pekik abang Ica lainnya.
Ica memiliki 3 orang kaka, 2 laki laki dan satu perempuan. Jika Riski dan Novi sudah menikah. Lain halnya dengan Galih, ia masih lajang.
"Ca, buruan atuh nanti telat, " ucap kaka iparnya Mira, teh Mira orang Bandung, sedangkan bang Dante suami ka Novi dari Padang. Fix ini rumah mencerminkan Indonesia, Bhineka Tunggal Ika...rasa nusantara, alias gado gado.
"Ca, gue pake shampoo loe, abisnya shampoo gue abis !" jawab Galih.
"Ahhh, emang dasar loe nya aja ga modal ! loe balikkin lagi ga botolnya ?! ini udah akhir bulan ! udah tetes tetes terakhir tuh ! ya kali gue ga shampoan ?!" ketus Ica.
"isiin aer, ntar juga berbusa !" kekeh Galih.
"Bang Galihhh !!!! loe abisin shampo gue !!! tanggung jawab !" pekik Ica masuk ke dalam kamar mandi. Galih tertawa puas seraya mengusap usap rambutnya yang basah dan wangi.
Pagi pagi saja sudah ramai, sudah menjadi hal lumrah disini.
"Kalian berdua ribut terus, mamah kawinin massal dua duanya !" lerai mamah Ica.
"Itu mah, masa shampo Ica diabisin bang Galih, ga modal, mereki ! pantes aja jomblo !" gerutu Ica.
"Pelit, lagian masih ada ko beberapa tetes, Galih lupa beli !" santainya menyendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Lupa...lupa, loe masih muda udah pikun !" sarkas Ica.
"Bentar lagi loe ga ngenalin keluarga, udah tinggal masukin panti jompo !" lanjutnya.
"Suka suka loe Icot, " jawab Galih.
"Terus kamu ga shampoan?" tanya mamah.
"Shampoan pake shamponya Peter !" jawab Ica manyun.
"Bwahahahahahah !" tawa Galih meledak.
"Peter peter, anak gue Robi, Markisa.." jawab ka Novi.
"Lagian ngasih nama Robi, sekali kali yang kerenan dikit ka, Peter tuh keren !" jawab Ica.
"Gue bilangin bapaknya, loe dibikin rendang, Ca !" jawab ka Novi.
"Loe pake shampo merk komodo Ca ? punya Robi ?" tanya bang Riski yang baru bergabung.
"Daripada pake sabun colek ?!"
"Dimana tukang cobek ?" tanya neneknya yang memang sudah sedikit berkurang pendengarannya.
Mereka lantas terdiam.
"Ya Rabb !! bunuh gue !" benak Ica.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lalisa
astaga ngakak 😅😅😅
2024-09-19
2
Lalisa
😅😅😅😅😅
2024-09-19
0
Lalisa
sadis bener KK Ra 😅😅
2024-09-19
0