Ica tersentak kaget, padahal biasanya suara radio butut engkong Rojak bisa membangunkannya, ataupun teriakan ka Novi yang mengalahkan suara jam wekker. Mungkin karena terlalu lelah, ia jadi tertidur sangat lelap sampai tak ingat untuk kembali tersadar, kalau bukan karena butuh untuk biaya hidupnya, mungkin saat ini Ica akan kembali menggulungkan badannya di selimut birunya. Ia terpaksa harus menunda penyelesaian proyek pulau di bantalnya.
"Iuhhh, gue sampe ngiler gini ! ga berasa banget, kaya abis disirep ! Ya Allah ! demi mama dedeh ! ini jam setengah 7 !" Ica segera menyambar handuk dan lantas masuk kamar mandi, Galih yang hendak masuk seraya meguap dengan sebatang rokoknya di sela jarinya ditubruk Ica.
"Icottt !!" pekiknya, sampah ususnya sudah berada di ujung dunianya.
"Sorry bang, gue udah telat banget ini ! " pekik Ica, ia mandi bak ular.
"Teh Mira !!!! bang Riski udah berangkat belum ?!" seperti hidup di hutan saja, ia berteriak.
"Kayanya masih di depan deh !"
"Teh, bilangin dong tungguin Ica bentar !" pekik Ica lagi, hanya 5 menit Ica mandi, sungguh rekor untuk seorang gadis, cocok jika jadi tentara perempuan.
"Loe mandi ga sih? cepet banget ?!" tanya Galih.
"Mandi lah ! emangnya loe, jorok !" sarkas Ica langsung menuju kamar, tak ada waktu dandan, di hari pertamanya naik level jangan sampai membuat masalah.
"Loe ga sarapan dulu ?!" tanya Bang Riski.
"Engga sempet, " tapi di mulutnya sudah nyempil biskuit milik neneknya. Darimana lagi kalau bukan nyolong dari kotak kue milik neneknya, yang biasa nyemil biskuit dicelup teh atau susu, karena giginya yang sudah ompong.
Ica segera naik ke boncengan belakang bang Riski.
Ica sudah benar benar terlambat, karena jaraknya yang jauh ditambah jalanan macet, Ica semakin resah.
"Bang, bisa cepetan dikit ga sih ?! kalo punya sayap udah terbang gue !" ucap Ica.
"Loe pikir jalanan nene, kalo mau cepet nebeng ambulan !" jawab Riski.
"Makanya cepetan kaya, biar loe punya helikopter sendiri, ga perlu macet macetan gini !" lanjut Riski.
"Ntar nungguin dulu sapi jantan bertelor !" jawab Ica.
"Sue, mana ada sapi jantan berkembang biak, udah gitu bertelor ! nilai pelajaran ipa loe berapa sih? curiga ibu nyogok ke sekolah ini !" jawab Riski lagi.
Fix, Ica telat ! Ica turun dan segera berlari dari motor Riski sambil berteriak.
"Assalamualaikum !!!"
"Cottt !!! helm oyyy !" tapi Ica sudah keburu jauh. Dengan terburu buru, Ica memencet tombol lift, para karyawan lainnya mengulum bibirnya ingin meledakkan tawanya.
"Apa sih, geje !" guman Ica, ia segera berlari menuju ruangan. Tapi baru saja akan masuk ke dalam ruangan kebersihan untuk mengambil peralatan dan menaruh tasnya, ia dikejutkan dengan kehadiran pak Muni dan bu Warni.
"Humairaaa !!!! belum juga mencoba kamu sudah membuat kesalahan !" pekik bu Warni, Ica menunduk.
"Maaf bu, macet ! tapi besok besok ga akan diulangi lagi bu, suerrr ! janji !!" Ica menautkan kedua jarinya tanda perdamaian.
"Janji kamu palsu ! jangan suka mengumbar janji, takut tidak bisa menepati, " jawab bu Warni.
"Maaf pak Muni, maafkan kelalaian bawahan saya, " ucap bu Warni menunduk. Pak Muni malah sudah tergelak dari tadi.
Ica mengerjap beberapa kali,
"Plukkk !" bu Warni mengetuk helm Ica hingga tertutup.
"Ini lagi apa ?! apa kamu masih tidur ?!" tanya nya sedikit lantang, Ica baru saja menyadari jika helm itu masih terpasang di kepalanya.
"Itu lagi ! kamu mau ke kantor untuk bekerja atau mau ke mushola !" tunjuk bu Warni tak habis fikir dengan gadis di depannya, umur masih muda tapi hal sebesar ini tak menyadarinya.
"Ya Allah, maaf bu, pak ! saya lupa."
"Pantesan tadi gue diketawain orang," gumam Ica di akhir kalimat. Bagaimana bisa sendal jepit yang sudah aus bagian bawahnya ini ia pakai ke kantor macam hotel bintang 5 ini.
"Untung saja pak Alvian datang agak siangan, sebaiknya kamu bersihkan sekarang !" teriak bu Warni, bicara dengan Ica cukup menguras tenaganya, mungkin mulai saat ini ia harus banyak banyak minum jus mengkudu agar menetralkan darah tingginya menghadapi Ica.
"Ya sudah kali ini saya tolerir, tapi untuk seterusnya jangan sampai ada kesalahan kesalahan lainnya lagi, " ucap pak Muni mewanti wanti, Ica mengangguk cepat.
Ica segera melepas helmnya dan mengganti sendalnya dengan sepatu, untung saja ia menyimpan sepatu cadangan di lokernya.
Ica segera mendorong peralatan bersih bersihnya ke lift, menuju lantai dimana kantor Jihad berada. Ia membuka pintunya yang cukup besar.
"Gemeteran gue, kalo sampe rusak satu properti aja, berapa harus gue ganti ! apa kepala gue bakalan dipenggal buat jaminannya ?!" gumam Ica.
"Assalamualaikum, " salam Ica pada ruangan kosong ini. Ia merasa tidak asing dengan ruangan ini, padahal ia baru pertama kalinya masuk kesitu.
"Ko berasa udah ga aneh, baunya..berasa anget nya ! apa jangan jangan jin Qori bos masih disini ?" Ica membulatkan matanya. Pokonya ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya.
Di tempat lain, sebuah mobil mewah sampai di suatu perkampungan yang biasa saja.
"Kayanya udah ga bisa masuk lagi ke dalem, gue parkir aja disini kali ya ?!" Jihad menarik rem tangannya. Seorang lelaki tampan dan terlihat begitu keren masuk ke perkampungan seperti ini adalah sebuah keajaiban bagi para warganya. Jihad melepaskan kacamata hitamnya, lalu berjalan menuju rumah yang masih ia ingat. Flashback saat dulu ia mengantar Ica yang habis terkilir saat pertandingan futsal SMA, dan semenjak itu Jihad sering mengantarnya pulang berputar di kepalanya. Ia menyusuri jalanan dan gang gang yang terkesan sedikit kumuh. Jangan ditanya ! warga sontak heboh, yang di dalam saja saling melongokkan kepalanya keluar pintu dan pagar.
"Ada orang kaya masuk sini ! mau kemana ya ?!" bisik bisik mulut dower tetangga.
Bahkan ibu ibu yang sedang memasak saja sampai mematikan dulu kompornya, hanya untuk melihat seorang prince charming masuk kampung.
Jihad tersenyum sopan pada setiap warga yang ia lewati, anak anak juga tak kalah menyorotinya dari atas sampai bawah.
Langkahnya berhenti di sebuah rumah 2 tingkat, ia menemui nenek yang tengah duduk berjemur di depan rumah.
"Permisi, assalamualaikum !" ucapnya. Nenek Ica menoleh, "cari siapa?"
"Nek, apa bener disini rumah Ica ? Humaira Khairunisa, Ica !" ucap Jihad.
"Hah? Ika?? bukan !" gelengan kepala nenek Ica.
Jihad kembali memperkeras suaranya agar nenek ini mengerti. Selama Jihad dan nenek Ica masih berdebat dengan tujuan mereka yang tak pernah menemukan titik pertemuan, ka Novi mendengar perdebatan keduanya.
"Itu siapa Mir?" tanya ka Novi yang sedang menyisiri Rara.
"Cari siapa ya?" ka Novi keluar, ia melihat Jihad sudah hampir frustasi bicara dengan neneknya.
"Nenek emang terganggu pendengarannya, maaf ya !" ucap ka Novi.
"Ka Novi kan ?!" tunjuk Jihad. Ka Novi mengerutkan dahinya, mencoba mengingat ingat lelaki tampan di depannya, jarang jarang ia dikenali oleh lelaki tampan selain suaminya Dante.
"Iya, ini siapa?" tanya nya balik.
"Jihad ka, " Jihad mengulurkan tangannya hendak salam. Sejurus kemudian ka Novi membulatkan matanya.
"Ya Allah !!! Jihad ??!" pekiknya senang baru menyadari.
"Iya ka, " Jihad tersenyum.
"Ayo masuk !" ajaknya. Jihad melepas sepatunya, tapi ka Novi menahannya.
"Ga usah dilepas lah ! gpp, belum di pel juga, di rumah masih kotor !"
Mereka ngobrol ngaler ngidul berteman secangkir teh manis hangat.
"Ica mana ka?" tanya Jihad.
"Ica kerja lah, " jawab ka Novi.
"Berarti salah jam ya, Jihad kesini ?" tak bisa disembunyikan raut kecewanya.
"Ica tuh bukan untuk ditunggu, dia pulangnya malem, soalnya kan sekarang dia kuliah juga, " jawab ka Novi, Jihad mengangguk angguk.
"Ica bener bener berjuang buat kuliah Ji, dia mah udah kaya bang toyib versi cewek. Pergi pagi pulang larut, " kekeh Ka Novi.
"Boleh tau dimana dia kerja dan kuliah ka?" tanya Jihad.
"Aduh, kaka lupa dimana. Sebentar tanya dulu Mira. Soalnya Riski sih yang kasih info lowongan kerjanya, " jawab ka Novi.
"Mir ! Icot tuh kerja dimana nama kantornya ?!" tanya ka Novi, Jihad tersenyum jenaka, mendengar panggilan Ica.
"Skydream corporation, " pekik teh Mira dari arah dalam. Jihad begitu tercekat mendengar nama kantornya di sebutkan teh Mira.
"Skydream corporation, katanya !" ulang ka Novi.
"Seriusan ka?" tanya Jihad mengclearkan kembali jika pendengarannya tak salah.
"Serius, "
"Jadi apa?"
"Jadi office girl kalo ga salah, " jawab ka Novi.
Tak tunggu lama Jihad langsung pamit dari rumah Ica, tak disangka gadis yang sedang ia cari cari selama ini, berada satu gedung dengannya beberapa hari belakangan ini.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lalisa
bentar lagi ketemu nih
2024-09-21
0
Lalisa
bener bener kesiangan 🤣🤣🤣
2024-09-21
0
Mahyuni Suanti
wahhh sumpahh berairr matakuu thorr ..
aslii ngakak 🤣🤣🤣🤣❤️❤️
2024-09-15
0