"Tumben berangkat pagi sekali Ji ?" tanya mami nya.
"Iya mi, kerjaan Jihad numpuk mi," jawab Jihad. Tangannya menyendok nasi beserta lauknya cepat.
*****************
"Ca, suntuk banget..padahal bukannya kemaren semangat banget ?" tanya Galih.
"Paling duitnya ilang, "
"Paling dia salah makan, "
Tebakan kaka kakanya.
"Bu, siang ini ada posyandu kan ?" tanya bang Riski, melihat ibunya sudah bersiap dengan baju kadernya.
"Iya, kenapa?" tanya ibunya.
"Anak ibu kayanya cacingan, kurang darah...lemah, letih, lesu ! kasih bubur kacang ijo, " kekeh Galih.
"Kasih lembaran merah, pasti semangat !" jawab Riski."
"Berisik loe berdua, kaya emak emak aja !"
"Ca, apa karena ga ada bakwan?" tanya ibunya.
"Engga bu, lagi males aja ! males berangkat kerja."
"Lah, kenapa? bukannya kemaren semangat banget naik level ?!" tanya teh Mira.
"Bos gue kaya jeng kelin, kaya minta dikawinin ma s3tan pohon asem !" jawab Ica.
"Sabar Ca, namanya juga atasan, suka seenaknya. Tinggal loe nya aja gimana, tahan apa engga ! ga tahan ya out lah !" jawab Galih enteng.
"Biasanya juga loe mah tahan tahan aja, kenapa sekarang melempem kaya kerupuk kena air ?" tanya Riski.
"Ga tau, gue lagi capek aja sama tugas kuliah juga !"
Di sampingnya Zakir merentangkan kedua tangannya pada Ica. Jika sudah begini itu tandanya bocah lelaki itu minta digendong dan diajak jajan.
"Apa dude ?" tanya Ica, para orangtua bocah ini sudah terbiasa jika panggilan Ica selalu aneh aneh.
"Mau jajan? noh minta sama bapak loe, bapak loe pelit ya ! kesian !" tanya Ica menjawab sendiri.
"Sue loe, jajan anak anak gue ngelebihin uang saku loe dulu waktu sma, " jawab Riski tak terima.
"Ca, kemaren ada yang nyari !" ucap teh Mira ikut duduk bergabung, Ica mengangkat alisnya sebelah.
"Teh, bisa ga duduknya geser sedikit. Jangan pangkuan gitu ! bikin ngiler !" ujar Galih. Riski tertawa, kedua adiknya di depan jomblo abadi.
"Teh Mira kaya lagi di angkot aja, tenang aja atuh ga akan di tarikin ongkos juga, siapa yang nyariin?" tanya Ica.
"Paling si Diki, " tebak Galih.
"Diki saha?" tanya teh Mira.
"Diki pengacara, " jawab Galih, semua mengerutkan dahinya.
"Pengacara \= pengangguran banyak acara, " kekeh Galih.
"Ohhh, lain atuh..eta mah si borokokok, bukan dia ! ini mah keren, berjas, ganteng, wangi !" jawab teh Mira.
"Ahh, masa ! harus syukuran dong, Ica dicariin modelan gitu mah. Atau loe punya utang cot?" tunjuk Riski.
"Sembarangan !!!" tepis Ica. Sadar bajunya masih ditarik tarik Zakir, Ica menoleh.
"Teh, bang...ini anak loe narikin mulu !" ucap Ica.
"Bungkus Cottt !!!" timpa Galih, jika tidak Galih maka Ica lah sasaran para keponakannya.
Ica menggendong Zakir, tak disangka yang lain ikut mengekor.
"Tante Ica, Momo mau !!!" seru Morina.
"Tante Ica, Ara mau juga !!"
"Robi juga Robi juga !!!"
Ica menepuk jidatnya, "berasa kaya punya anak banyak gue !" dumel Ica.
"Yang ikhlas tante Icot, moga rejeki loe berkah dan tergantikan !" kekeh Riski.
Akhirnya Ica menggiring mereka ke warung.
Apesnya di warung ia malah bertemu Diki,
"Eh, neng Ica...jajanin ponakan ya ?!" tanya nya nyengir, Ica menatapnya sinis.
"Bukan, lagi mau bawa mereka buat ngamen ! "
"Cepetan Momo, mau beli apa ?!" tanya Ica pada Momo yang terlihat kebingungan.
"Aa juga lagi beli rokok. Ga bisa ke air kalo ga ada rokok !" ujar Diki.
"Ga nanya, " gumam Ica.
"Kenapa emangnya ? mau cebok pake rokok ya?" tanya Ica.
"Ahh neng Ica bisa aja, "
Ica bergidik geli, "awas mati keselek puntung rokok ! " ucap Ica sebelum benar benar pergi.
***************
Setelah tiap anak mendapatkan apa yang mereka mau, mereka tertawa kegirangan dan kembali ke asalnya, Ica memberikan Zakir pada ibunya.
"Aaaaa, teh Mira ! anak loe ngompolin gue !!! mana ini seragam lagi !" keluh Ica, Galih dan Riski tertawa.
"Tergantikan sih bang, tapi ga pake ompol juga ! pantesan anget, ni bocah diem diem pipis, " keluh Ica melihat seragamnya basah di bagian perut. Zakir malah tergelak.
"Udah, ganti aja dulu nanti disana dikucek dikit dikeringin ! itu cuma dikit. Kata orangtua dulu, itu tandanya si anak betah sama kamu !" jawab teh Mira.
"Gimana ga betah, orang dijajanin !" gerutunya.
"Tiap ketemu gue Zakir pipis, apa muka.gue kaya toilet !" dumelnya.
Akhirnya Ica mengucek seragamnya di rumah lalu membungkusnya di dalam kantong plastik agar terangin angin nanti di kantor, sementara ia memakai t- shirt putih.
******************
Jihad sudah menunggu Ica di kantor, "karyawan ga ada akhlak..udah jam berapa ini !" omelnya, padahal masih ada waktu 5 menit untuk masuk kerja.
"Aduh gue telat ini bang, " ucapnya pada Riski.
"Iya macet, gue coba salip deh !" Riski menyalip beberapa kendaraan di depannya.
Sudah terlambat 5 menit, Ica berlari menuju ruang kebersihan, benar saja, bu Warni sudah menunggunya dengan gagang telfon dan emosinya.
"Humaira, jam berapa ini !"
"Maaf bu, tadi seragam saya kotor jadi harus dikucek dulu bentar !" Ica segera memakai seragam yang masih basah di bagian perutnya.
"Itu kenapa?"
"Tadi kotor dikit bu, " jawabnya. Telfon kembali berdering.
"Tuh, dari tadi pak Alvian nelfonin. Udah ke berapa kalinya !" tunjuk bu Warni.
"Baru 5 menit bu, ya udah saya beresin deh sekarang bu !" ucap Ica meraih roda peralatannya.
Ica berlari dengan sedikit wajah suntuk, ternyata tak mudah bekerja sambil kuliah, sudah beberapa hari ia sampai bergadang mengerjakan tugas kuliahnya.
Jihad yang mulai dilanda kesal, menurunkan kakinya yang disilangkan di ruang pak Muni, lantas pria itu makin heran dengan tingkah atasannya itu, ia lebih sering memperhatikan Ica bekerja, selalu mengunjungi ruangannya untuk menunggu Ica melintas. Dan yang paling aneh, bos nya itu selalu ingin mengganggu Ica.
Ica membereskan setiap sudut ruangan Jihad, beberapa puluh menit ia disana.
"Ngantuk gue, udah ini gue mau rebahan bentar di toilet !" gumamnya, terakhir ia menutup pintu ruangan Jihad.
"Aneh, orangnya kagak ada tapi perintah sama suaranya kaya ngawasin gue, apa jangan jangan bos gue ini hantu !" kikik Ica seraya keluar. Ica meneruskan membersihkan lorong koridor menuju ruang pak Muni, Jihad yang sembunyi di kamar mandi pak Muni hanya mendengarkan Ica berinteraksi dengan pak Muni.
"Pagi pak, saya bersiin dulu deh !" ijin Ica.
"Iya, " pak Muni bahkan meneliti Ica dari atas sampai bawah, mencari keistimewaan Ica. Ica sadar tengah diperhatikan pak Muni.
"Kenapa pak?" tanya Ica.
"Ahh tidak, lanjutkan saja !"
"Pak, pak Alvian tuh dimana ya ? dari awal saya masuk sampai sekarang cuma suara sama perintahnya aja yang nyampe, orangnya ga pernah tau !" ujar Ica pada pak Muni.
"Ada, dia sedang di toilet sekarang !" jawabnya.
"Syukur deh kalo dia berwujud, saya kira bos saya hantu !" kekeh Ica ditertawai pak Muni.
"Done, selesai pak. Saya pamit kembali ya pak ! " pamit Ica, diangguki pak Muni.
Baru saja sampai di ruang kebersihan, telfon sudah berdering,
"Hallo, " jawab bu Warni.
"Humaira, " bu Warni menyerahkan gagang telfon.
"Apa lagi ya Allah ! tobat gue ! pengen gue cekek aja tuh orang, " Ica memelas.
"Iya pak, "
"Kamu tidak pernah membersihkan bagian rak buku ?" tanya Jihad. Ica memang belum pernah membersihkan bagian itu, karena disana memang terlihat tak pernah di jamah, ia berniat membersihkannya besok saja. Sungguh ia malas.
"Udah pak, " jawab Ica agar tak kena semprot.
"Jangan coba coba bohong, saya tau !" cebik Jihad, jika sudah pastilah gadis itu sudah tau sedang bicara dengan siapa sekarang.
"Iya pak, nanti saya kembali lagi. Kan kata bapak satu jam sekali !" jawab Ica.
"Bikinin saya kopi !" kopinya 3 sendok gulanya 1 sendok saja, airnya harus mendidih dan pas, tidak bikin aroma kopi tertahan !" perintah randomnya kembali keluar.
"Perlu pake sianida ga pak? atau asam sulfat gitu ?!" tanya Ica.
"Kamu mau racunin saya ?!!"
"Kirain, bapak sekalian mau debus gitu, uji kemampuan lambung ! canda pak, ahhh ! jangan serius serius cepet tua !" jawab Ica.
"Cepat !" tutupnya.
"Apa salahnya sih kalo mau sesuai keinginan panggil aja barista pribadi kesini, pake repot repot nyuruh og !! lama lama gue siramin juga nanti kopi ke mukanya !" gerutu Ica, menuju pantry.
Ia bertanya pada bu Warni kopi khusus bos higienisnya itu.
"Cangkirnya khusus punya dia Ca, " jawab bu Warni mengeluarkan cangkir dari dalam lemarinya tersendiri. Cangkir itu di cuci kembali padahal sudah bersih, di lap bagai anak kecil yang baru mandi.
"Elah bu,mau ngopi aja ribet banget ! kasih aja gelas cup bekas air mineral ! toh ga akan bikin sakit perut juga !" jawab Ica,
"Husss, ngaco ! kalo dia diare kamu mau tanggung jawab !" bu Warni menepis Ica yang sedang bertolak pinggang memperhatikan ajarannya.
"Ini yakin gelasnya ga perlu dimandiin kembang sekalian gitu bu ?" tanya Ica, bu Warni tertawa, baru kali ini Ica melihat atasan og nya ini tertawa. Bu Warni sebenarnya orang baik, hanya saja ia tegas, judes dan galak sebagai bentuk ke profesionalannya.
"Kamu sakit Hum ?"
"Bu, jangan Humaira manggilnya apalagi cuma Hum, ga enak banget di dengernya. Panggil aja Ica !" jawab Ica.
"Kayanya bu, beberapa hari ini saya begadang bu, badan saya berasa pegel pegel, ga enak !" lanjut Ica.
"Hm, minum obat. Orang orang kaya kita, pejuang receh begini ga boleh manja, ga boleh sakit lama lama !" jawab bu Warni, Ica mengangguk.
"Sip bu, tapi nanti saya numpang merem dulu bentar aja ya bu, jam istirahat !" ijin Ica diangguki bu Warni.
Ica mengantarkan nampan kopi ke ruang Jihad. Ia sudah merasakan kepalanya sedikit kleyengan.
Sekembalinya dari sana Ica melihat jam di tangannya, sebentar lagi sudah masuk waktu istirahatnya.
Ica menyusun tasnya lalu menyatukan kursi untuk berbaring diatasnya.
"Ca, tumben rebahan gitu ?" tanya Setyani.
"Loe sakit Ca?" tanya Asep. Mereka baru saja kembali.
"Badan gue ga enak, gue cuma mau tidur bentaran."
"Ga ikut makan Ca?" tanya Budi.
"Kalian aja, nanti gue makan bekal aja !" jawab Ica sudah bersiap berbaring.
"Kenapa ga sekalian saja bawa kasur kesini, pindah sekalian ! " cebik sinis Sari.
"Sirik aja ! kalo mau ya ikutin aja !" omel Ica.
"Huss sana pergi ! berisik !" usir Ica.
Ica mulai memejamkan matanya yang sudah berat. Jihad berniat memastikan jika Ica sudah istirahat, ia berjalan menuju ruang kebersihan.
"Pak, mau makan siang di kantor apa di luar ?" tanya pak Muni.
"Di kantor saja, kerjaan saya masih banyak, "
"Iya pak, bapak mau kemana?" tanya pak Muni.
"Saya ada urusan sebentar, " jawabnya.
Langkahnya membawanya ke ruangan para ob. Jihad membuka pintunya perlahan. Ia menautkan alisnya melihat sosok gadis kesayangannya tengah memejamkan matanya di kursi.
"Tumben, biasanya batre dia ga pernah abis..ngoceh terus, ada aja kelakuan absurdnya." Jihad masuk ia duduk memperhatikan wajah manis Ica yang lelah.
"Apa dia sakit ?" Tangannya refleks ingin mengusap wajah Ica.
Tanpa sadar tindakannya ini dilihat Sari yang tadi hendak kembali.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lalisa
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-21
0
Lalisa
🤣🤣🤣
2024-09-21
0
Lalisa
adaaa aja jawaban si Ica yg bikin ngakak 😅😅😅
2024-09-21
0