Tak ada kata sepi di hidup Ica, malam terasa sunyi begitu bulshitt untuknya.
"Teh Mira ! Zakir pipis !" pekik Ica. Satu genangan air berwarna bening kekuningan menggenang dari si kecil Zaza alias Zakir, anak bungsu bang Riski dan teh Mira yang baru saja berusia 1 tahun.
"Teh Mira buruan, ini airnya dimainin !" saat tangan mungil dan kakinya saling bergantian tak mau diam untuk menyentuh air buangan itu. Teh Mira ternyata sedang mandi.
"Crattt !!! Ahhhh Zakir !! bang Riski ih," Riski sang ayah malah menertawakan Ica yang terciprati air pipis Zakir. Ia lantas menggendong anaknya itu.
"Bagus nak, kembangkan ! tante Markisa mu itu sekali kali mesti digituin !" Zakir tertawa lucu, lihatlah pa*ha semok anak gemoy ini, begitu berlipat lipat minta di potong buat campuran baso.
"Ihh, anak loe jorok ! Zakir, kalo pipis tuh ke wc, jangan disini baju tante basah ! ini seragam masih dipake besok sehari lagi !" Ica mendumel. Memiliki keponakan yang masih anak pitik begini harus banyakin sabar.
"Kalo Zakir udah bisa ngerti ke wc, jangankan pipis doang Cot, udah gue suruh kerja nih anak !" kekeh Riski seraya dengan cekatannya membuka celana sang anak dan memboyongnya ke kamar mandi untuk membasuhnya agar tak alergi.
"Saravvv, iya kali !" Ica menepuk nepuk bajunya lalu membasuhnya dengan air di depan rumahnya.
"Heuuu rusuh banget ! baru aja pulang kerja udah disuguhin air pipis !" dumelnya. Belum tenang dengan drama air pipis,, dari samping rumah suara dentuman speaker dan sound sistem menggelegar bak sedang berada di dalam konser, siapa lagi kalau bukan Ka Gina.
Jika sore begini orang orang baru saja pulang dari lelahnya bekerja, wanita satu ini baru saja terbangun. Baginya malam jadi siang, siang jadi malam, pekerjaannya adalah pemandu lagu di salah satu karaoke yang tak jauh dari sini. Padahal suaranya tak begitu bagus, tapi lumayanlah di telinga seorang kake kake yang sudah bau tanah. Nyanyi nya saja datar tak ada cengkokkannya, bak jalan tol. Mendingan suara kicau burung milik engkong Rojak.
"Baru pulang Ca?" tanya nya baru keluar rumah dengan sebatang rokok di sela sela jarinya dan segelas kopi susu instan yang baru ia seduh. Celana hotpen dan kaos ketat menjadi baju sehari harinya. Rambutnya merah menyala bak balado telur.
"Iya, ka !"
Ia mengikuti syair dan irama lagu yang sedang diputarnya, rata rata lagunya adalah dangdut koplo dan remix. Suaranya membuat Ica memgerutkan dahi, baguss ! tapi lebih bagus kalo diam.
"Ka Gina, gaji jadi pl gede ya?" tanya Ica duduk di kursi depan sambil merehatkan badannya.
"Lumayan sih Ca, tergantung tips dari konsumen !" jawabnya mengepulkan asap.
"Kenapa memangnya ?" tanya Gina.
"Engga apa apa sih, kepo aja !" jawab Ica.
*****************
Ica membolak balikkan ponselnya, tapi tetap tak menyala. Kesal, Ica membantingnya ke kasur.
"Mah, hape Ica rusak !" Ia lantas keluar kamar dan mengadu pada ibunya.
"Ya udah ganti, " jawab ibunya simple.
"Lembiru Ca, " jawab ayahnya menyeruput kopi hitam.
"Apa?"
"Lempar...beli yang baru !" kekeh ayahnya.
"Ayah yang mau beliin ya?!" tanya Ica.
"Duit dari mana Ca, nanti kalo utang presto mamah sudah lunas !" jawab ibunya menyambar, seketika Ica cemberut.
"Coba ke konter bang Yayan, " usul ka Novi.
"Ga ada duit, duit tabungan udah gue simpen buat kuliah !" jawab Ica, moodnya memang buruk, tapi tak menyurutkan nafsu makannya. Buktinya ia sedang berkutat dengan sepiring nasi dan sayur.
"Coba aja, siapa tau murah !" jawab ibunya.
"Mah, Ica boleh kerja kaya ka Gina ngga? Ica liat ka Gina kerjaannya enteng, cuma nyanyi nyanyi doang nemenin orang," ucapan Ica membuat semuanya terkejut.
"Kagak kagak ! gue ga ijinin ! loe be*go kelewatan Cot," sewot Riski dan Galih.
"Kenapa emangnya ?! sewot ! suara gue kan bagus bang, " jawab Ica.
"Loe bener bener Ca, emang loe pikir cuma nemenin orang nyanyi doang ?!" tanya Galih yang sudah mengetuk ngetuk kepala adiknya itu seperti pintu.
"Oyyy ahhh ! ini jidat lah bukan pintu ! pake diketok ketok lagi, " omel Ica.
"Loe nya aja ga tau gimana kerjaan Gina," timpal Ka Novi.
"Gimana emangnya, kaya ka Novi pernah aja !" decih Ica.
"Kerjaannya emang nemenin orang nyanyi, rata rata laki laki hidung belang, ntar ujung ujungnya loe disuruh ***** grepein dia ! grepein burungnya !"
"Loe mau apa disuruh pegang kaya begituan ?!" jelas Galih tanpa sensor.
"Burung apaan, tiap hari juga engkong Rojak pegang pegang burung !"
"Si peakk ! adek loe tuh bang !" sarkas Galih pada Riski, sedangkan Riski dan Novi sudah tertawa melihat kepolosan adik bungsu mereka.
"Astaga malu gue, masa kaya begini aja mesti dibilang nama hitsnya !" omel Novi. Ia lalu membisikkan pada telinga Ica.
"Idihhh !!! ogah lah !" Ica mencebik.
"Loe pikir si Gina dapet tips gede, ngapain ? karena suaranya? suara mirip belalang pipis aja ga akan bikin banyak duit, kalo ga ngandelin kaya gitu !" Riski gemas pada adiknya, ia bar bar tapi oonnya kebangetan.
"Emangnya kenapa kerjaan yang sekarang ?" tanya ibunya.
"Gue ga betah lah ! temen kerjaan gue kelewat nyinyir, tiap hari ngajak berantem ! 2 hari yang lalu aja gue abis berantem, " jawab Ica.
"Hahahaha, loe nya aja doyan berantem !" jawab Riski.
"Siapa ? biasanya loe biasa aja kalo ada orang modelan Niki*ta Mirz4ni," jawab ka Novi.
"Ada lah, udah aga tua juga sih, ga enak gue..dia udah tua takut kualat !" jawab Ica.
"Emang apa yang suka diberantemin, " tanya Galih.
"Banyak, intinya dia kaya ga suka sama gue deh !" jawab Ica tak ingin banyak cerita.
"Nih, coba loe ngelamar kesini deh Ca, siapa tau diterima. Lagi buka lowongan, perusahaan besar, " ucap Riski memberikan ponselnya melihat alamat dan info tentang lowongan pekerjaan.
"Iya deh ntar gue coba, sementara sebelum dapet kerjaan yang baru gue masih tahan disana, " Ica mengakhiri makan malamnya.
Ia merebahkan badannya di ranjang yang tak besar, juga tak terlalu empuk. Menatap ponselnya yang mati memb4ngk4i,
"Ara !! "
"Dukkk !!"
"Awww !!"
Ica dikejutkan dengan suara ka Novi yang memanggil anaknya, hingga ponsel yang tengah dipegangnya jatuh mengenai keningnya.
"Njirrrr !!! sakit jidat gue !" Ica mengusap usap jidatnya.
"Kebiasaan nih emak tiri ! jam segini pasti manggilin si Ara, suruh tidur. Tuh anak udah kecanduan sama gadget !" gumam Ica mengomel.
"Hape terusss ! bobo besok sekolah, nanti matanya buta, berd4rah d4rah !" Ica menggumamkan bibirnya menirukan kata kata kaka pertamanya itu, ia sampai sudah hafal dengan kalimat yang biasa diucapkan Novi untuk anaknya Rara.
Sudah malam saja, rumahnya masih terasa ramai, belum lagi Galih yang sering telfonan dengan perempuan di luar rumah, tepat di depan kamar Ica.
"Telfonan terusss sampai mamposss ! berasa idup ngontrak gue !" omel Ica yang tak bisa beristirahat karena berisiknya Galih.
"Pasti bilang kamu cantik, kalo lagi deket kamu, aku jadi keinget seseorang yang aku sayang !" gumam Ica. Benar saja itu yang Galih ucapkan.
"Modus loe basi, semua orang dikatain berasa inget seseorang, siapa maksud loe ? kang kredit ?! udah ga modal, gombalan loe basi fix cowok kaya gitu minta dijorokin ke empang piranha."
Ica mendekati jendela kamarnya, terdengar Galih yang gencar ghosting anak gadis orang.
Ica lantas membuka kaca jendelanya, ia menyeringai, memiliki ide cemerlang.
Saat Galih dan si perempuan di sebrang sana sedang saling melempar canda dan tawa. Ica meneriaki,
"Mas Galih, anak kamu ber4k sayang !" pekik Ica. Sontak saja Galih dan perempuan si sebrang sana terkejut.
"Galih kamu jahat !"
Ica terbahak melihat Galih yang sawan, karena perempuan itu sudah mematikan panggilannya.
"Icottt ! kamvrettt loe !" pekik Galih, Ica segera menutup jendela kamarnya.
"Tiap hari ghostingin cewek sana sini, udah gitu sama pula gombalannya ! tebelin dulu tuh dompet bang !" jawab Ica.
"Kamvreett si Icot, adek ga ada akhlak luu !" omel Galih.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
balik lagi kesini abis dari om susu sama si gula mendadak kangen ica
2024-12-18
2
Melda Herawaty
habis dr karamilo jd pgn lagi Ica jihat 😁
2025-04-14
0
Lia Bagus
hapal ya ca 😂😂
2024-09-20
0