Tak ada kamus mewek dalam hidup Ica, dari kecil sudah di tempa dengan keusilan kaka kakanya, hidup penuh perjuangan dan jerih payah. Jika hanya menyaksikan realita masyarakat yang sering saling sindir, sudah biasa untuknya. Di lingkungan rumahnya pun drama sindir menyindir antar sesama tetangga entah itu karena gaya hidup ataupun asmara sudah tak aneh.
"Sruttttt...sruputtt...." Ica menyeruput air siropnya hingga tandas, di cafe Keanu sekarang ia berada.
"Jadi sekarang loe pengangguran Ca?" tanya Ayu masih memegang nampannya.
"Bisa dikatakan begitu !" jawab Ica santai.
"Makanya gue datang kesini minta traktiran sama loe Yu, " lanjutnya.
"Cih, kalo itu mah udah jadi bakat terpendam loe dari dulu !"
"Gue mau lamar kerjaan besok Yu, do'ain ya ntar kalo diterima terus gajihan, gantian ! gue traktir loe deh !" jawab Ica.
"Iya, ga usah dipikirin. Yang penting loe dapet kerjaan dulu deh. Gue salut aja tuh cewek ga loe ajak duel di ring tinju !" kekeh Ayu.
"Loe aja ga tau, beberapa hari sebelumnya gue pel tuh kepalanya pake mop lantai plus sisa sisa air kotor. Hebat kan gue ?!" bangganya, Ayu tergelak, dari dulu Ica tak berubah.
"Ca, loe tau Jihad dah selesai pascasarjana? dia ada hubungi loe ga?" tanya Ayu, Ica menggidikan bahunya acuh.
"Hape gue kecemplung wastafel, jadinya rusak ! lengkap kan hidup gue, udah jadi pengangguran, hape gue kecemplung terus innalillahi..kalo kata teh Mira mah Icott Icottt...apes teh beakeun ku sorangan !" ucap Ica menirukan gaya bicara kaka iparnya itu.
"Apa itu Ca, gue ga ngerti !" tanya Ayu kebingungan.
"Apes tuh di abisin sendiri !" jawab Ica kembali, pecahlah lagi tawa Ayu.
"Untung aja gue punya tabungan buat sekitar 2 apa 3 semester, cuma buat bekel aja paling yang gue ga ada !" ucap Ica.
Erwan datang menjemput Ayu,
"Ca, tumben kesini ?!"
"Gue mau malak Ayu, minta ditraktir ka Er..gue pengangguran sekarang !" jawab Ica.
"Loh, bukannya loe kerja Ca ?"
"Gue males ngulang dari awal, tanya aja Ayu, ka ! gue balik dulu deh Yu..." ucapnya.
"Punya ongkos ngga?" tanya Ayu.
"Ada sih, tapi kalo loe mau ngongkosin gue terima !" kekeh Ica.
"Ck, " kekeh Ayu. Erwan menahan tangan Ayu merogoh sakunya, ia memberikan Ica selembar uang biru.
"Asikkk, thanks ka Er..mayan sisanya buat beli baso !" ucap Ica membaui uang yang bau parfum Erwan.
"Ini ga bau kemenyan kan ka?" tanya Ica.
"Sue njirrr ! engga lah, paling ntar loe pulangnya ketabrak entok!" jawab Erwan.
"Jihad dah balik dari 3 hari yang lalu, samperin gih.." ucap Erwan, seketika waktu Ica terasa terhenti, mendadak jantung dan perasaannya berubah jadi gado gado. Bukan Ica namanya jika tak bisa mengontrol suasana hati.
"Ogah ahh, ada pepatah mengatakan cinta tau kemana harus pulang ! kalo dia masih mau memperjuangkan gue, ya samperin lah. Kenapa harus gue yang nyamperin, rumah gue..dia tau ko ! kalo engga, itu berarti dia udah move on, lagian apa yang bisa diharapkan dari gue Ka, gue cuma remahan opak singkong sisa lebaran yang nyungseb di kaleng engkong gua, alot, dan bau apek. Gue cewek miskin ga berpendidikan tinggi, bar bar, doyannya malak !" baru kali ini Ica merasa kerdil, mendengar kata Jihad yang sudah sukses dengan gelar magisternya mendadak membuat tingkat kepedean Ica anjlok ke dasar jurang.
"Cih, sejak kapan temen gue jadi pesimis ? gue dari dulu penasaran, sebenernya hubungan kalian berdua tuh apa sih ?" tanya Ayu, Ica kembali duduk, ia hanya memutar mutar uang dari Erwan tadi.
"Hubungan gue sama Jihad tanpa status, gue ga suka di kekang, kaya Kara..gue ga suka rasa rasa canggung. Kalo gue sama Jihad pacaran nanti jadi canggung, dan itu bukan gue banget ! lagipula Jihad pergi jauh, gue ga bisa kalo harus ldr an, udah kaya bini bang toyib !" jawab Ica.
"Tapi bukan cewek aja loh yang butuh kepastian, cowok juga !" jawab Erwan.
"Udah ahh, ga jadi jadi gue baliknya. Bisa bisa minta nambah lagi nih makanan. Terimakasih masukannya mamah dan aa ! gue balik dulu !"
"Si@*lan loe, " kekeh Erwan, Ica tertawa sambil berjalan ke arah luar cafe.
"Misiii !!! pengangguran mau lewat !" pekik Ica.
"Jihad dah balik ya !" gumam Ica seraya tersenyum namun getir sebelum masuk ke dalam angkutan umum.
*******************
Ica sudah bangun, ia kembali mengobrak abrik lemarinya, mencari pakaian hitam dan putih, di meja riasnya yang sudah banyak tempelan para personel super junior, tergeletak map coklat berisi lamaran dan segala persyaratannya.
Ia menggelar meja untuk setrikaan, lalu meraih colokannya, memasangkannya langsung ke terminal listrik, menyemprot pakaian itu dengan pengharum dan pelicin pakaian, menyetrikanya sampai benar benar rapi dan licin, tak ada kerutan di manapun.
"Sip !" gumamnya, membentangkan pakaian yang dipakainya beberapa tahun lalu, saat akan melamar di minimarket.
"Semoga masih cukup !" Ica bermonolog.
"Mau kemana loe ?" tanya Galih mengusap usap rambut basahnya.
"Mau ngelamar !" jawab Ica.
"Lamar kerjaan ?"
"Bukan lamar duda ! iyalah kerja !" cebiknya.
Ica sudah rapi dengan stelan hitam putihnya. Ia duduk di kursi depan rumahnya seraya memakai pantofel, tangannya sibuk dengan tas dan map lamarannya.
"Meni riweuh !" (ribet banget). Teh Mira melihat Ica yang sibuk.
"Teh, bang Riski udah berangkat ?" tanya Ica.
"Udah" teh Mira sedang menyuapi Zakir.
" Yahhhh, Ica telat !"
"Galih kemana?" tanya teh Mira.
"Bang Galih masuk siang, " Ica merengut.
"Ya udah naik umum aja, " jawab perempuan berumur 29 tahun ini.
Teh Mira menyodorkan sendoknya pada Zakir, tapi bukan bocah itu yang menyambar, melainkan Ica.
"Ammm, yummy !" Ica tertawa pada Zakir yang melongo melihat makanannya di sambar tantenya sendiri. Pikirnya, betapa kurang aj4rnya tante Icot.
"Kamu belum sarapan ?" tanya teh Mira.
"Ga keburu teh," akhirnya Ica makan dengan disuapi teh Mira memakai sendok kecil Zakir. Sesekali ia kembali merasakan jadi Zakir, meskipun satu suapan sekali telan, cuma nyangkut di tenggorokan.
"Tumben banget lagunya pop, biasanya kalo ga dangdut melayu, ya lagu lagu lawas jaman penjajahan ?" tanya Ica, dagunya menunjuk ke arah rumah engkong Rojak, yang sedang duduk di teras depan dan mengobrol bersama kake Ica, duo playboy pada jamannya. Semasa muda bersama, hingga sekarang tua pun masih tinggal bersampingan.
"Lagi kesambet jurig jariyan !" jawab Teh Mira, Ica tergelak jika kaka iparnya ini sudah mengeluarkan kamus umpatan sundanya. ( jurig jariyan \= hantu tempat sampah, atau hantu pembuangan)
"Teh, Ica berangkat dulu, bye Za !" kecupnya di pipi Zakir sang keponakan.
"Icottt !" panggil teh Mira. Ica berbalik, teh Mira merogoh saku dasternya.
"Buat ongkos, teteh do'ain diterima !" teh Mira menyodorkan selembar uang 20 ribu.
"Nuhun teteh, kaka ipar paling semokkk ! masih anget teh ! " Ica mengecup selembar uang hijau itu.
"Anget ya? kembalian dari mang odeng, dari saku depannya !" teh Mira tertawa renyah.
"Ihhh, iuhhh !" Ica mengelap lap mulutnya.
Ica berjalan melewati gang rumahnya, banyak orang lewat jam segitu. Rata rata orang orang yang bekerja dan bersekolah. Tiap hari jalan kaki, membuat otot geraknya sehat, tidak seperti daging sapi glonggongan, empuk dan benyek.
"Neng Ica, mau kemana ? tumben ga bareng Galih ?!" tanya seorang pemuda kampung bernama Diki. Pengangguran yang satu itu dari dulu selalu mengejar ngejar Ica, kerjaannya jika pagi pagi tidur dan berjemur, siangnya main karambol dan malam nongkrong di pos ronda sambil main gitar dan bernyanyi nyanyi tak jelas.
"Mau ngelamar jadi polisi !"
"Lha, seriusan ?" tanya nya mengerutkan dahinya.
"Iya, biar bisa basmi orang orang ga berguna, sampah masyarakat, apalagi yang suka berisik malem malem ganggu tetangga lagi pada tidur. Udah gitu suaranya fals pula !" jawab Ica meninggalkan pemuda itu.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Mahyuni Suanti
aduhhh sakitt perutt ku thorrr😂😂😂😂😂😂🤣🤣
2024-09-15
1
...sus@nt!
🤣🤣🤣
2024-06-22
1
daroe
singkat jelas padet,
to the point ya ca
ngga kebanyakan ca ci cu
2024-01-07
2