Terjebak tawuran

Jihad sudah menunggu Ica di depan kampusnya. Terlihat gadis itu berjalan sendiri menuju luar gerbang.

Pakaian yang melekat pada Ica masihlah baju yang tadi ia belikan. Hanya saja sendal jepitnya sudah tergantikan dengan sepatu.

"Tok..tok..tok... !" Ica mengetuk kaca mobil Jihad.

"Siapa?" kelakar Jihad.

"Mau minta sumbangan !" jawab Ica.

"Udah lewat maghrib, mau makan dulu ?" tanya Jihad.

"Boleh, di tempat dulu kita sering lesehan aja Ji, tempat tempat orang kalo lagi cekak akhir bulan !" jawab Ica terkikik.

"Yakin, ga mau ubah gaya hidup ?" tanya Jihad.

"Engga, lidah sama badan gue ga terbiasa sama kemewahan. Selera gue merakyat, " jawab Ica.

"Ga mau coba coba, salah salah malah lupa daratan !" kembali ucapnya.

Jihad akhirnya membawa mobilnya ke sebuah warung di trotoar jalan, warung yang buka hanya jika malam hari saja, spanduk bergambar ikan lele dan bebek melambai lambai sebagai dinding penutup dan pembatas dari warung lainnya.

Hanya dengan melihat tumpukan ayam, beserta keluarganya saja membuat Ica menelan salivanya berat.

Mereka duduk lesehan, bahkan si penjual saja tersenyum jumawa warungnya di masuki oleh seorang pria bermobil mewah. Walaupun pakaiannya sudah berganti bukan lagi memakai jas.

Jihad mengeluarkan sebuah paper bag dari dalam mobilnya.

"Nih !" ia mendorong paper bag yang tidak terlalu besar itu ke depan Ica.

"Apa ?" tanya Ica.

"Hape, biar gue ga berasa jomblo ! kaya pacaran sama orang masa lampau ! ga bisa ngehubungin loe !" jawab Jihad sedikit ngenes.

"Hahaha, gue malah baru sadar kalo kita ga pernah telfonan ataupun nanya kabar, " jawab Ica. Hubungan apa ini ? Milo saja setiap sejam sekali menghubungi Kara, Ica bahkan lupa jika semenjak berpacaran ia dan Jihad belum pernah saling menelfon.

"Thanks, jadi utang ga nih ?!" tanya Ica.

"Loe ganti pake gaji loe !" jawab Jihad, baru saja Ica tersenyum cerah, ia langsung merengut.

"Ihh tega banget sih loe ! kan duit gue buat kuliah !"

"Loe bukan tanggungan gue saat ini, kecuali kalo loe mau nikah besok !" jawab Jihad menyunggingkan senyumnya.

"Cih, bisa banget jiwa rentenir !" decih Ica.

"Bukan rentenir, tapi jiwa pebisnis. Ini namanya investasi !" kilah Jihad.

"Investasi apanya !"

"Investasi lah, kalo loe ga mampu bayar, gue tarik jaminannya !" jawab Jihad.

"Sue anj4yyy ! sadis, gue ga punya apa apa buat jadi jaminan, " gumam Ica.

"Ada !"

"Apa ? ktp ? atm?" tanya Ica.

"Loe sendiri lah !" jawab Jihad.

"Dih, enak aja ! harga lont3 aja yang perawan ga semurah itu !"

"Darimana loe tau ?" tanya Jihad.

"Kayanya sih, " kekeh Ica.

"Berapa harga hape nya ? asal jangan loe kasih bunga ! kalo loe kasih mendingan berantem yuu !"

"Harganya 4 juta !" jawab Jihad enteng, Ica sontak saja tersedak sambal yang tengah di makannya bersama ayam goreng.

"Ahhh ! loe bikin naf*su makan gue ilang !" jawab Ica mengomel.

"N4f*su makan ilang tapi itu nasi udah ga bersisa !" Jihad menaikkan alisnya sebelah. Ica tergelak, lelaki ini memang menyebalkan.

"Dasar nyi blorong, " gumamnya.

"Gue ganti berapa tiap bulan, yang bener aja ! lagian pake beliin hape yang mahal, ga ada yang murahan dikit apa !"

"Namanya juga jiwa bisnis, menghitung hitung untung dan rugi," jawab Jihad lagi.

"Berasa pacaran sama lintah darat," omelnya.

Ica menyelesaikan sisa makannya.

Malam ini baru pukul setengah sembilan malam, tapi suasana kampung sudah mulai sepi. Padahal biasanya sampai tengah malam pun masih ramai.

Karena mobil Jihad tidak memungkinkan untuk masuk gang rumah Ica, maka Jihad memarkirkan mobilnya di depan kompleks yang ada di depan lingkungan rumah Ica. Baru saja mereka ingin keluar, tiba tiba dari arah belakang mobil beberapa motor dengan knalpot berisik datang ke arah lingkungan rumah Ica. Salah satunya melemparkan batu ke depan rumah yang berada di depan gerbang kampung.

"Prankkkk !!!" kaca depan rumah itu pecah.

"Astaga !" keduanya terkejut.

"Jangan turun Ca, itu bahaya !" tahan Jihad pada Ica yang ingin keluar dari mobil.

"Itu rumah pak Misbah, dilemparin batu ! wah !!! kayanya ini anak kampung sebelah mau ngajak tawuran Ji, " ucap Ica.

"Mendingan lapor polisi aja dulu, " usul Jihad.

Tak lama berselang, anak anak dari kampung Ica keluar dengan senjatanya masing masing. Benar saja mereka akan melakukan aksi tawuran. Bukannya adegan sepi ini dilalui dengan adegan keromantisan yang syahdu, keduanya malah terjebak diantara tawuran kampung.

"Ini terus gimana ?" tanya Ica.

"Di dalem mobil lebih aman Ca, gue telfon polisi dulu !" ujar Jihad.

"Astaga itu anak tetangga gue si Ali !" tanpa dikomandoi Ica langsung keluar dari dalam mobil, diantara chaosnya suasana Ica menyusup ke tengah, ingin menyelamatkan anak berusia 7 tahun yang baru saja pulang mengaji.

"Ica !!!! elah ! dibilang jangan keluar juga ! gue iket juga ni tuyul, " Jihad akhirnya ikut keluar, batu berterbangan kemana mana, tak ada warga yang berani keluar, sebelum bersama Rt setempat, pasalnya kedua kubu membawa senjata masing masing.

"Ali !! jangan lewat sini, ini lagi pada berantem !" ucap Ica melindungi si anak berkopiah hitam ini. Suara saling memukul dan menendang pun tak dapat terelakkan menyusup ke gendang telinga. Ica mendekap Ali.

"Ali baru pulang ngaji ka Ica, "

"Loh ko sendiri ? yang lain kemana?" tanya Ica sambil berjalan membawa Ali.

"Yang lain sudah pulang duluan, harusnya tadi Ali dijemput bapak, tapi kayanya bapak ketahan yang berantem !" jawab anak itu.

"Ica awas !!!" Jihad menghalau dan malah terlibat aksi berkelahi. Entah yang mana lawan yang mana kawan, yang jelas siapapun yang hendak menyerang Ica dan Ali ia lawan.

Diki ada disana juga, justru ialah yang menjadi propokator dari kampung Ica.

"Neng Ica, ngapain disini ?!" tanya Diki.

"Loe yang sableng ! ngapain loe tawuran gini ?!" ujar Ica.

"Ini gara gara tadi senggol senggolan di hajatan kampung neng, mereka yang duluan !" jawab Diki.

"Pasti rebutan biduan kan ! emang dasar loe yang kamvrettt ! gue laporin warga kalo loe biangnya !" jawab Ica, Diki membawa Ica dan Ali masuk ke dalam kampungnya yang aman. Diki kembali ke arena perkelahian.

"Astaga !! Jihad mana ?!" Ica celingukan mencari Jihad.

"Ya Allah cowok gue, malah ikutan berantem !" Ica menepuk jidatnya.

"Ali tunggu sini ya, ka Ica mau nolongin dulu temen !" ucap Ica, anak itu mengangguk sambil mendekap iqro.

"Ooy !! Dinar ! itu cowok gue malah loe tampol !" Ica melepas sepatunya dan memukul kepala Dinar pemuda dari kampungnya.

"Eh Ica, gue ga tau ! gue pikir dari kampung sebelah, abisnya ga kenal,"

"Sableng loe ! gue laporin mak haji loe !!" sarkas Ica.

Ica menarik Jihad dari tengah tengah perkelahian, sampai tak lama kemudian pak Rt beserta warga lainnya keluar, san melerai bersama polisi yang datang.

"Ka Ica hebat ! " ucap Ali.

"Ada yang luka ga ? ya allah ini jidat loe lebam Ji, cepetan balik yu..kita obatin di rumah !" ajak Ica, setelah mengantarkan Ali, Ica membawa Jihad ke rumahnya.

"Bu ! "

"Icottt, loe ga kejebak tawuran barusan di depan kampung ?" tanya ka Novi dan teh Mira heboh.

"Pake nanya, liat cowok gue ! malah ikutan berantem jadinya ! lagian ngapain sih pada tawuran mulu, sekarang masalah apa lagi ?!" Ica segera masuk ke dalam mencari air hangat dan obat.

"Ya Allah, Ji..loe ga apa apa?" tanya ka Novi.

"Engga ka, "

"Maaf ya nak Jihad, malah jadi kejebak yang tawuran."

"Ga apa apa bu, namanya juga musibah, memangnya sering ya bu ?" tanya Jihad, ia jadi semakin worry terhadap Ica.

"Ya begitulah nak, namanya juga pemuda kampung yang lagi masa masanya, kesinggung sedikit mainnya berkelahi, satu maju yang lain ikut maju !"

"Hahaha cot !!! loe jadi tranding topic lagi, loe ngikut tawuran ? " ucap Galih yang baru saja pulang dari luar.

"Apaan, baru datang langsung heboh ! dari mana loe ?!" Ica duduk menyamping di samping Jihad, ia menempelkan lap hangat di luka lebamnya.

"Barusan tawuran ya ?!" Riski yang baru keluar kamar juga langsung heboh.

"Loe kemana aja? suami suami takut istri, jam segini ngelonin si momo !" Ica tergelak.

"Bukan suami takut istri, gue mah sayang istri, jamnya bini gue nonton sinetron, gantian ngurus anak, gue yang ngelonin..nanti gue yang dikelonin !" tawa Riski.

"Ga usah tawa loe ! malu sama tamu !" ujar ka Novi, ibunya tersenyum menaruh teh hangat di meja.

"Diminum dulu nak Ji, " ucap ibu Ica, dan berlalu ke dalam.

"Loe Jihad temen SMA Ica kan ?" tanya Riski.

"Iya bang, " jawab Jihad.

"Hahahaha, ga bisa move on loe cot ?!" ember Riski.

"Berisik bang, tuh teh Mira udah masuk kamar !" usir Ica mendorong kaka keduanya. Sedangkan Jihad hanya menyimak interaksi mereka. Dan Ica masih fokus mengobati luka Jihad.

"Gue Galih, abang nya Cewek kurang waras yang loe pacarin ini, " ucap Galih.

"Jihad bang, "

"Gue tinggal ya !" ucapnya masuk ke ruang tengah.

Ica kembali untuk menyimpan baskom air hangat, "bentar kusimpen dulu, " ucap Ica.

"Wahhh, wahhh tampilan oke..apa perlu kita ospek bang, jadi calon adik ipar?" tanya Galih pada Riski.

"Harus !" jawab Riski tengah rebahan di pa*ha teh Mira, saat malam begini, saat anak anaknya sudah tidur, adalah waktu pacaran mereka. Keduanya serasa merdeka.

"Loe berdua ga usah macem macem. Sekali tunjuk loe berdua dipecat dari kantor !" jawab Ica.

Keduanya malah tertawa, tak percaya.

"Dih, ga caya ! lagian kalo loe berdua berani macem macem loe berdua yang gue gantung di tiang jemuran ibu," ucap Ica.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

daroe

daroe

hadohh tawuran ma emak rempong, heboh bet

2024-01-07

2

daroe

daroe

trik milo dipake jihad ca

2024-01-07

1

Queen Mother

Queen Mother

😂😂😂ada ajah jawabnya tuyul

2022-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Yes or No
2 Rumah Bhineka Tunggal Ika
3 Mop lantai jadi saksinya
4 Rencana pulang
5 Ingin pindah
6 Resign-nya Ica
7 Jurig jariyan
8 Yeee, diterima !
9 Memulai hidup baru
10 Naik level
11 Pencarian Ica
12 Debaran pertama
13 Wajah lelah Ica
14 Pertengkaran pertama
15 Mr. Perfeksionis
16 Otak loe mesti gue cuci
17 Jemputan pertama.
18 Daddy Ji nya tuyul
19 Ekplore proyek
20 Terjebak tawuran
21 Sedang tidak percaya diri
22 Bubble bee...
23 Apel pertama
24 Obrolan abang
25 Kesalahan pertama??
26 Gara gara Tok tok
27 Ujian cinta
28 Ada orang ketiga diantara kita
29 Rasa penasaran Evi
30 Lintah darat
31 Syndrom mertuangitis
32 Sensus penduduk
33 Itu namanya ngelamar peakk !
34 Ramenya kaya tawuran
35 Penculikan Kara
36 Menualah bersamaku
37 Restu Galih
38 Rombongan hajatan
39 Mandi bareng
40 Mendadak mules
41 Bocah hilang
42 Ica calon istri saya !
43 Gatot Kaca vs Superman
44 Pengharapan terakhir
45 Serangan jantung
46 CEO gila, antimainstream
47 Anu loe, properti loe...
48 Ultah Momo
49 Jangan sakit nanti aku sedih
50 open house
51 Bye Jekardahh
52 Gue ikhlas...
53 Kau tak kan pernah sendiri, tunggulah aku pulang
54 Setelah ketegangan terbitlah kekonyolan
55 Bridal style
56 Liat aku, sentuh dia
57 Idung kamu pesek
58 Gatot ya bang ?
59 Digigit semut
60 I'm yours abang
61 Undangan reuni
62 Reuni berujung muntah
63 Yang ditunggu tunggu
64 Mabuk
65 Tindakan sulit
66 Kesabaran dan keikhlasan
67 Jangan meminta maaf
68 Dansa campuran
69 Kedatangan tamu tak terduga
70 Perhatian Mertua
71 Pose memeluk istri
72 Motto hidup konyol
73 Kalo emak bumil sudah berkunjung...
74 Office girl senior
75 Panik ngga ?
76 Emang lagi manja lagi pengen dimanja
77 Mengungsi
78 Grup gonjreng
79 Ica oh Ica...
80 Love you like crazy
81 Ngidammu bikin hati menjerit
82 Modus
83 27 minggu 3 hari
84 Suka cita berakhir tragis
85 Tersisa penyesalan
86 Always, forever...
87 Extra part
88 Extra part 2
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Yes or No
2
Rumah Bhineka Tunggal Ika
3
Mop lantai jadi saksinya
4
Rencana pulang
5
Ingin pindah
6
Resign-nya Ica
7
Jurig jariyan
8
Yeee, diterima !
9
Memulai hidup baru
10
Naik level
11
Pencarian Ica
12
Debaran pertama
13
Wajah lelah Ica
14
Pertengkaran pertama
15
Mr. Perfeksionis
16
Otak loe mesti gue cuci
17
Jemputan pertama.
18
Daddy Ji nya tuyul
19
Ekplore proyek
20
Terjebak tawuran
21
Sedang tidak percaya diri
22
Bubble bee...
23
Apel pertama
24
Obrolan abang
25
Kesalahan pertama??
26
Gara gara Tok tok
27
Ujian cinta
28
Ada orang ketiga diantara kita
29
Rasa penasaran Evi
30
Lintah darat
31
Syndrom mertuangitis
32
Sensus penduduk
33
Itu namanya ngelamar peakk !
34
Ramenya kaya tawuran
35
Penculikan Kara
36
Menualah bersamaku
37
Restu Galih
38
Rombongan hajatan
39
Mandi bareng
40
Mendadak mules
41
Bocah hilang
42
Ica calon istri saya !
43
Gatot Kaca vs Superman
44
Pengharapan terakhir
45
Serangan jantung
46
CEO gila, antimainstream
47
Anu loe, properti loe...
48
Ultah Momo
49
Jangan sakit nanti aku sedih
50
open house
51
Bye Jekardahh
52
Gue ikhlas...
53
Kau tak kan pernah sendiri, tunggulah aku pulang
54
Setelah ketegangan terbitlah kekonyolan
55
Bridal style
56
Liat aku, sentuh dia
57
Idung kamu pesek
58
Gatot ya bang ?
59
Digigit semut
60
I'm yours abang
61
Undangan reuni
62
Reuni berujung muntah
63
Yang ditunggu tunggu
64
Mabuk
65
Tindakan sulit
66
Kesabaran dan keikhlasan
67
Jangan meminta maaf
68
Dansa campuran
69
Kedatangan tamu tak terduga
70
Perhatian Mertua
71
Pose memeluk istri
72
Motto hidup konyol
73
Kalo emak bumil sudah berkunjung...
74
Office girl senior
75
Panik ngga ?
76
Emang lagi manja lagi pengen dimanja
77
Mengungsi
78
Grup gonjreng
79
Ica oh Ica...
80
Love you like crazy
81
Ngidammu bikin hati menjerit
82
Modus
83
27 minggu 3 hari
84
Suka cita berakhir tragis
85
Tersisa penyesalan
86
Always, forever...
87
Extra part
88
Extra part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!