Guys jangan lupa abis baca tekan jempolnya ya !!! biar mimin semangat nulisnya.
.
.
Ica menguap beberapa kali, handuk berwarna biru langit tersampir di pundaknya. Ia menunggu gilirannya untuk masuk kamar mandi seperti biasanya.
"Bang ! buruan mandinya kenapa sih?! ga usah kaya betina, luluran dulu ! percuma mau luluran ampe kulit loe luntur jadi albino juga, kalo ga ada duitnya jalan loe seret buat dapetin cewek !" pekik Ica mengetuk ngetuk pintu kamar mandi. Bau wangi nasi goreng sudah melambai lambai dari arah dapur. Perut datar Ica menabuh genderang perang.
"Berisik Cot ! loe sirik aja ! makanya jadi cewek tuh luluran biar kulit loe kinclong, kaya mobil yang baru keluar dari dealer !" jawab Galih.
Kedua adik kaka yang statusnya masih melajang ini memang biasa perang mulut di pagi hari, sudah menjadi tradisi mereka. Sebelum akhirnya nanti ditimpali oleh Riski dan Novi.
"Kulit gue udah kinclong ! sorry ya, kayanya nanti loe yang gue langkahin !" jawab Ica mengikat rambutnya.
"Langkahin apaan ?!" Riski melongokkan kepalanya di sela sela pintu toilet yang sengaja ia buka, masih dengan busa di kepalanya.
"Sat ! kepo banget ! tuh sabun masih banyak di rambut loe !" tawa Ica, melihat begitu penasarannya sang kaka.
"Apaan loe jomblo ngenes, ga laku laku ! ga pernah gue denger loe telfonan ma cowok !" sarkas Galih.
"Woyyy, bang ! mandi mah mandi aja !" ucap Galih pada Riski.
"Sorry layawww, gue udah ga jomblo lagi !" jawab Ica. Suara gemericik air langsung terhenti dari kedua bilik di depannya, tak lama tawa mereka pecah.
"Sat !!! njirrr, abang abang ga ada akhlak ! bukannya seneng adeknya dapet gandengan !" Ica memukul bilik kedua kamar mandi di depannya.
"Woyyy buruan mandinya ! loe bertiga mau pada kesiangan apa?!" pekik Novi yang mengambilkan sepiring nasi goreng di piring seng bertotol totol hijau, benar benar old, di jaman seperti ini masih banyak barang langka yang seharusnya sudah di museumkan di rumah Ica, termasuk nenek dan kakenya.
"Pagi pagi ala mode di pasa malam," ( pagi pagi sudah ribut kaya di pasar malam) ucap Dante.
"Iya uda, seperti biasa !" jawab Novi duduk menemani suaminya sarapan.
"Ndak tabayang kalau sadang baralek, dek !" (engga kebayang kalo hajatan). Novi terkikik, suaminya memang jarang ada di rumah, ia supir kontainer yang sering mengantarkan barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Sekalinya pulang disuguhi oleh drama tawuran adik adik iparnya. Sebenarnya sudah sering ia menjumpai mereka begini, tapi tak tau saja makin kesini, adik adik iparnya makin menggila.
"Nak urang tu, sadang mandi atau sadang bacakak ?" (mereka tuh mau mandi apa mau tawuran?)" tanya Dante terkekeh, mendengar banyolan mereka.
"Indak uda, sadang ajak urang demo !" jawab Novi. (engga uda, mereka mau ajak orang demo.) Dante sudah selesai dengan sarapannya, ia sengaja melewati kamar mandi yang sedang rusuh rusuhnya perdebatan Galih dan Ica.
Dante yang membawa gelas dan piring, sengaja menengahi adik adik iparnya yang sudah seperti kucing berkelahi.
"Trangggg, grompyangggg !!!" Dante sengaja memukulkan piring seng dan gelasnya.
"Astaga !!!"
"Sat !!!!"
Pekik ketiganya berhenti.
"Wayauu ! kalau sudah ribut, musik dangdutan di hajat orang kawinan saja kalah berisik !" ucap Dante.
"Udaaaaa !!!! bikin kaget aja !"
"Kalian sadang mandi atau sadang bacakak, hah?!" tanya Dante, tau adik adik iparnya ini pasti tidak mengerti apa yang ia ucapkan.
"Hah?? apa uda? " tanya Ica.
"Ngarti kagak loe ?! hah hoh hah hoh !" tanya Riski pada Galih.
Ica dan Dante tertawa.
"Kalian itu mau mandi apa tawuran ?" tanya Dante.
"Ohhhhh !" ketiganya berohria.
"Ah oh ah oh...tuh cowok loe udah di depan Ca !" ucap ka Novi. Ica yang hendak masuk ke kamar mandi otomatis malah berebut masuk kembali ke ruang tengah bersama kedua abangnya yang kepo maksimal dengan laki laki yang memacari adiknya itu.
"Njirrr !!! awas loe !" Ica menahan kedua laki laki ini diambang pintu dapur.
"Loe berdua masuk kamar ! ga malu apa toples gitu ! bang, teh Mira tuh manggil !" ucap Ica.
"Awas Cot ! gue mau liat cowok gila mana yang mau sama modelan kaya loe !" Galih menahan handuknya.
"Cowok gue mah keren, cakep ! tajir pula ga kaya loe berdua ! rumahnya aja gede, sampe sampe dari ruang tamu ke toilet aja kaya dari sini ke Monas jaraknya !" jawab Ica.
"Alah palingan juga modelan si Diki !" jawab Galih.
"Enak aja ! modelan loe aja ga laku buat gue bang, gue lepeh !" jawab Ica.
"Njir ga usah dorong dorong, ini handuk gue melorot oyyy !! nanti nyari sarangnya !" ucap Riski.
"Ya allah ya Rabb !!!!" pekik Ibu Ica. Jihad pun mendengarnya karena jarak antara ruangan satu dan ruangan lainnya tak terlalu jauh, inilah asal muasal Ica bisa sampai begini, karena memang suasana keluarganya pun sehangat dan seramai ini. Dengan kata lain keluarga Ica pun memang konyol.
"Ini kelakuan anak 3, ini lagi bapak bapak, masih kaya bocah !" ibunya menjewer kedua anak lanangnya.
"Aahhhh bu..bu...!"
"Ga malu apa tuh badan masih polosan gitu !" lerai ibunya.
"Ini lagi anak gadis, itu di depan ada laki laki udah nungguin, masih juga belum mandi !" ucap ibu.
"Noh bang Galih sama bang Riski bu ! " Mira, Novi dan Dante menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ketiga dewasa yang seperti anak kecil ini.
Galih sengaja berlari untuk melongokkan kepalanya melihat ke arah ruang tamu. Ia sedikit terkejut karena yang ada di depannya sskarang adalah laki laki tampan memakai jas, terlihat dari pakaiannya ia bukanlah sembarangan orang.
"Cot ! loe pake pelet apaan bisa dapetin yang kaya gitu ?! bagi gue !" tanya Galih.
"Sembarangan banget !" loe mau tau pelet apaan?" bisik Ica mendekatkan badannya ke badan Galih, tak lama ia memberikan bom asap dari organ pembuangannya, alias kentut.
"Sattt ! kamvrettt Icotttt !" pekik Galih, sedangkan Ica langsung berlari.
"Gue mules, ntar gue kasih ajaran jaran goyang buat pelet bos loe yang kalo bedakan antara leher sama muka udah kaya siang dan malam !!" Ica tertawa dari kamar mandi. Riski dan Novi ikut tertawa melihat keduanya.
"Hahahaha sokorrr ! si Icot dipercaya ! dikadalin kan loe !" jawab Riski.
"Sue anj4yyyy ! mendingan gue jomblo seumur umur !" jawab Galih.
Jihad hampir saja meledakkan tawanya melihat kelakuan kekasih beserta keluarganya itu.
"Nak Jihad, maaf ya ! disini beginilah keadaannya !" ucap Ibu duduk di depan Jihad.
"Tak apa bu, Ica memang begitu dari sejak SMA, justru itulah yang membuat Ica berbeda dengan yang lain."
"Lagipula saya senang dengan keadaan hangat seperti ini. Di rumah, saya anak sulung, adik saya kuliah di luar negri juga. Jadi sepi !" jawab Jihad.
Seketika kedatangan Jihad menjemput Ica menjadi tranding topic di kampung tempat tinggal Ica, bahkan emak emak yang sedang nawar abis abisan saja, sampai menjeda serangan fajarnya pada mang Odeng, hanya untuk membenarkan jika Ica dijemput oleh seorang yang kaya dan tampan. Tak lama lagi gosip akan menyebar bak jamur.
"Udah ga bertanya tanya kan, darimana asal nyablak nya gue ?!" Ica memasang seatbelt di badannya.
"Engga, tadi sempet sarapan ?" tanya Jihad.
"Engga, sengaja ! biar di jajanin !" tawa Ica.
"Ck, masih kaya dulu ! "
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lalisa
antri ya ca
2024-09-21
0
Lalisa
ok
2024-09-21
0
daroe
tapi itu yg bikin lu jatuh lope sama icha, ji.
apa adanya karena memang ngga ada/Grin/
2024-01-07
3