...Happy Reading...
Gemuruh rasa didalam dada Raymond seolah sudah meledak, suara de sahan yang berulang kali membuat jantung Ray seolah berpacu secepat kuda Arabian yang kecepatannya tiada lawan.
Setelah mencoba untuk menahan, akhirnya dia sudah tidak tahan lagi, akhirnya dia kerahkan segala kekuatannya dan dia tumpukan dibagian kaki kanannya.
BRAK!
"HANA... APA YANG KALIAN LAKUKAN DIDALAM!"
Teriak Ray yang langsung mendobrak pintu dan berhasil membuat slot kunci pintu ruangan Mark jebol, karena dia menumpukan seluruh kekuatan kakinya disana.
" HEH?" Kepala Hana langsung menyembul dari bawah ketiak pria itu, dia yang tadinya meringis kesakitan karena terpleset dikamar mandi yang mengakibatkan tangan kirinya kesleo dan keningnya benjol, bahkan mengeluarkan darah itu menjadi melongo, melihat pintu ruangan papanya dibuka dengan paksa.
" Kak Hana, apa yang kakak lakukan!" Teriak Ray sambil menelisik keadaan didalam ruangan dan mendapati tubuh Hana yang berada dalam kungkungan satu tangan pria itu.
" Kenapa, kamu ngapain?" Hana yang sebenarnya malah terkejut duluan karena melihat Ray yang tiba-tiba muncul disana.
" Harusnya aku yang bertanya, kenapa kakak ngelakuin itu? sudah nggak tahan banget emangnya? haruskah berbuat seperti itu? nyebut dong kak!" Raymond terlihat sangat kecewa, bahkan suaranya melemah secara perlahan.
" Pfffttthhh.. owh anak muda, kalian terlalu banyak nonton drama." Akhirnya pria itu bangkit dari jongkoknya, dia memang jongkok didepan tubuh Hana dan menutupi tubuh langsing Hana, tapi untuk mengompres dan ingin mengobati kening Hana yang benjol dan mengeluarkan darah.
" Kak Hana? kamu nggak papa? apa pria itu tadi memaksa kakak?" Ray bahkan menyenggol lengan pria itu dan membuatnya hampir jatuh, padahal hanya senggolan saja, tidak bisa dibayangkan jika kakinya melayang disana.
" Apaan sih? malah aku yang maksa dia!" Ucap Hana dengan jujur, karena tadi sebenarnya pria itu takut mau memijit tangan Hana yang kesleo.
" Astaga? kakak sudah ngebet banget ya?" Ray langsung medekatkan wajahnya dan mengamati kening Hana yang memang luka.
" Ngebet apaan sih, aku terpleset dikamar mandi tadi, dan kepalaku terbentur pojokan bak kamar mandi, sakit banget tau Ray, argh.. perih banget ini." Rintih Hana sambil menahan perih.
" Heissh kakak ini, kalau sakit kenapa mende sah? bikin orang salah paham saja." Umpat Ray yang langsung bisa bernafas lega, karena apa yang dia sangka tidak menjadi kenyataan.
" Emang siapa yang mende sah, orang lagi kesakitan ini Ray, kamu ini asal aja kalau ngomong!" Hana heran sendiri mendengarnya.
" Ututututuu... my Hana, sini aku tiupin." Ray langsung meniup kening Hana perlahan.
" Ditiup doang nggak akan sembuh bapak polisi yang terhormat, ini kasih dulu obatnya, plesternya juga pasangin skalian." Ucap pria itu sambil menggelengkan kepalanya.
" Bapak siapa?" Tanya Ray yang langsung menoleh dengan tatapan curiga.
" Aku asistennya pak Mark." Ucapnya dengan santai.
" Bohong." Ucap Ray yang mencoba mengamati pria itu.
" Beneran, ruanganku didepan sana tuh, tadi denger suara nona Hana menjerit, jadi aku masuk untuk melihat apa yang terjadi."
" Trus kenapa jas bapak ada disini?" Dia melihat jas bermotif senada dengan warna celana bapak itu menyelimuti kaki Hana.
" Tadi nona Hana pakai rok, jadi aku lepas untuk menutupinya kakinya, karena tangannya tadi kesleo aku juga sedikit memijitnya."
" Apaan sih Ray, dia pak Budi, memang beneran asistennya papa kok." Hana langsung mencubit lengan Ray yang seolah curiga dengan pria itu.
" Owh begitu, maaf ya pak soal tadi, sini biar aku saja yang ngobatin luka kak Hana." Ray mengambil obat dan plaster ditangan pria yang langsung tersenyum itu.
" Baiklah kalau begitu, nanti kalau ada apa-apa tinggal teriak lagi aja ya Non, biar bisa hemat pulsa di perusahaan ini, lumayankan bisa mengurangi tambahan biaya juga?" Ledek pak Budi, karena suara teriakan Hana tadi benar-benar cetar.
" Jangan pernah kakak berteriak lagi, menjerit kesakitan saja seperti orang mende sah! bikin otak orang jadi berpikiran lain saja!" Ray langsung melarangnya.
" Terserah kalian saja lah! aku pergi dan jangan lupa, suruh orang untuk memperbaiki pintu ini." Ucap Pak Budi sambil berlalu pergi, padahal dia tidak bersungguh-sungguh untuk itu.
" Kenapa bisa kepleset sih, kakak ngelamunin siapa sih? aku ya!" Ucap Ray dengan tingkat kepercayaan diri penuh sambil meneteskan obat itu ke luka dikening Hana.
" Argh... aw, perih Ray!" Dia bahkan sampai memejamkan kedua matanya.
Haduwh... kenapa bi birnya menggoda sekali? owh Tuhan yang Maha membolak-balikkan hati, buatlah dia yang bucin sebucin-bucinnya denganku, jangan cuma aku saja? aku capek Gusti..
" Tuh kan, aku bilang jangan mende sah kakak!" Ucap Ray yang juga mengumpat Hana didalam hati.
" Mende sah apaah sih Ray, otak kamu aja yang kotor semua isinya." Hana memang tidak pernah mengalami luka sampai mengeluarkan darah yang cukup banyak seperti itu, kalau cuma kesleo dia tidak masalah, karena saat latihan sering terjadi, tapi kalau sampai mengeluarkan darah dia memang sedikit ngeri.
" Hehe... maaf, kakak pasti belum makan ya, bisa sampai kepleset begitu?" Ray menempelkan plester diluka Hana dengan perlahan.
" Belum." Jawab Hana sambil terus meringis.
" Kita makan diluar yuk kak? aku yang traktir deh? kakak mau makan apa? bilang aja kak?" Ucap Raymond dengan manisnya, bahkan diselingi dengan senyum yang menawan hati.
" Gayamu itu Ray!" Hana terus saja mengelak.
" Dulu tuh aku pengen banget, bisa traktir kakak makan sepuasnya saat menerima gaji pertamaku sebagai anggota Polisi, tapi sayang sekali kakak jauh." Tatapan mata Ray seolah membius mata Hana, membuat dia hanya bisa diam terpaku saja akhirnya.
" Kenapa aku, harusnya itu untuk orang tua kamu, mereka yang sudah menjadikan kamu sampai seperti ini." Jawab Hana sambil membuang arah pandangan.
" Kan bisa gaji kedua, ketiga dan seterusnya untuk mereka, aku tidak masalah juga, namun saat itu aku cuma pengen nunjukin sama kakak, bahwa aku sudah nggak bocah lagi, aku sudah dewasa, bisa cari uang sendiri, dan bisa mentraktir kakak dengan uang hasil jerih payahku sendiri."
Ucapan Ray benar-benar membuat hati seorang Hana berdesir dengan hebatnya, sebenarnya sampai saat ini pun Hana masih menganggap Ray itu sebagai seorang bocah, karena memang umurnya selisih dua tahun dibawahnya dan dari dulu dia tidak pernah bermimpi sekalipun punya hubungan dengan seorang berondong dihidupnya.
" Kamu tidak perlu melakukan itu Ray." Hana langsung mencoba bangkit dari duduknya, karena dia merasa jantungnya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
" Kenapa sih kak, dari dulu kalau ngomong sama aku nggak pernah bisa manis?" Umpat Ray kesal.
" Ya karena kakak nggak jualan gula Ray." Hana membetulkan baju dan roknya yang sedikit basah.
" Tuh kan.. kenapa kakak nggak bisa ngomong serius sih sama aku?" Ray langsung berkacak pinggang kearahnya Hana, itulah mengapa dia sering menolak cewek secara halus, karena dia tahu rasanya, karena sudah beberapa kali juga dia ditolak sama Hana.
" Serius ini." Hana malah jadi terkekeh sendiri melihat diri Ray yang seolah bertubuh Ultramen tapi berhati hellow kitty itu.
" Jangan bilang kakak masih menganggap aku kayak bocah ya? aku sudah jadi Polisi ini kak, bahkan jabatanku sudah naik loh, jangan salah kamu kak!" Dia bahkan menunjukkan lambang diseragamnya.
" Kakak tahu, sudah jangan dipikirkan lagi, ayok kita makan saja, udah enakan ini kok." Ucap Hana sambil menenteng tasnya, dia hanya masih bingung ingin menanggapi Ray seperti apa, karena memang dihatinya belum ada rasa untuk Ray.
Lihat saja nanti kak, aku masih punya segudang cara untuk menakhlukkan hati kakak, menakhlukkan musuh kelas kakap saja aku bisa, apalagi kakak!
Seolah Ray mengucapkan janji untuk dirinya sendiri.
" Kak?" Panggil Ray dengan suara paraunya.
" Ayok kita berangkat!" Hana sengaja tidak mau menatap wajah sendu dari Ray.
" Kak Hana!" Teriak Ray dengan kesal.
" Apa sih Ray?" Hana kembali menoleh kearahnya.
" Apa kakak tidak ada niatan sedikit saja, membuka hati kakak untukku?"
Degh!
Hati Hana sungguh dibuat resah oleh polisi tampan yang satu ini, entah mengapa segala ucapannya sering membuat luluh lantah segala pendiriannya.
... "Miliki hati yang tak pernah membenci, senyuman yang tak pernah menyakiti, dan kasih sayang yang tak pernah berakhir."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Didistarhobby Didistarhobby
nah gitu donk Cowo yg nembak ke cewe, Jangan ke balik hehehe
2022-03-21
1
Maurel Nurfaizza
tenang ray hamami tercipta untukmu
2022-02-11
1
Rangrizal28
terima aja cinta ray hana,ray baik tulus kok
2022-02-10
1