...Happy Reading...
Shanum dan Hana akhirnya masuk kedalam kantor polisi dengan mobilnya yang langsung diamankan oleh pihak kepolisian setempat, Shanum tidak mau membantahnya karena memang dia yang salah, harusnya kalau lampu sudah menyala kuning dia bawa perlahan saja bukan malah ngebut dan akhirnya hijau ditengah-tengah persimpangan jalan.
" Eh... ini ada SIM mama nak." Saat menunggu pak polisi menginterogasi mereka, Shanum membongkar seluruh isi tasnya, dan akhirnya dia bisa menemukan Sim milik dirinya.
" Akhirnya ketemu juga, yes.. nggak jadi deh kena tilang nantinya." Hana seolah merasa lega, baru kali ini dia masuk kedalam kantor polisi yang terlihat sangat menyeramkan menurutnya.
" Siapa bilang?" Tanya seorang anggota kepolisian yang sudah membawa surat tilang untuk mereka.
" Loh, tapi mama saya kan sudah bawa semua surat-suratnya dengan lengkap, SIM juga bawa pak, masak masih tetap ditilang juga sih pak?" Hana yang memang baru kali ini berurusan dengan kantor polisi lemes sendiri jadinya.
" Terima kasih karena kalian sudah menunjukkan semua surat-surat dan identitas diri, berarti kalian memang pengemudi yang taat hukum." Jawab Pak polisi dengan tegas dan berkharisma.
" Pastinya pak, kami warga yang selalu mentaati semua peraturan dong." Jawab Shanum yang sudah lebih santai bawaannya.
" Bagus, kalau begitu seharusnya anda tahu dong kalau lampu merah itu tandanya harus berhenti?" Tanya polisi itu kembali.
" Tapi tadi kayaknya belum lampu merah deh pak? masih kuning deh sepertinya." Jawab Hana yang mencoba mengingat kembali, karena mereka berdua asyik bersenda gurau jadi dia tidak begitu memperhatikan keadaan kanan kiri.
" Kayaknya? sepertinya? jelas-jelas mobil anda sampai menghalangi pengemudi jalan dari arah lain loh mbak?" Ucap Polisi itu tetap bersabar dalam menghadapi semua situasi dan kondisi.
" O.. begitu ya pak, maaf ya pak, kami tidak sengaja." Akhirnya Shanum tidak berani mengajak berdebat petugas, karena dia juga tidak begitu mengingat kejadian tadi.
" Tapi ma, tadi kuning kok." Hana masih mencoba untuk membela diri.
" Sudahlah nak, kita terima saja sanksinya, biar besok papa kamu yang urus semua." Bisik Shanum yang tidak ingin memperpanjang masalah.
" Baiklah, kalau begitu ini surat tilangnya, mobil anda kami tahan, silahkan hadiri sidang tilangnya besok pagi." Polisi itu menyerahkan selembar kertas.
" Baik pak." Akhirnya Shanum menerima surat tilang itu dengan pasrah saja.
" Lain kali perhatikan jalan kalau sedang mengemudi ya buk, dan untuk mbaknya kalau lagi diperempatan jalan begitu jangan ngajak ngobrol mamanya, nanti konsentrasinya bisa buyar." Seolah polisi itu tahu kebiasaan para wanita kalau sudah ngobrol.
" Hehe... iya pak." Hana jadi tersadar sendiri, sedari tadi memang mulut mereka tidak berhenti berbicara.
" Kalau begitu kami permisi pak, sekali lagi kami minta maaf." Shanum dan Hana langsung berdiri dan ingin segera keluar dari ruangan itu.
" TUNGGU! TANGKAP MBAKNYA, TAHAN DIA!" Teriak seorang pria yang juga berseragam lengkap dan menggunakan masker diwajahnya.
" HAH? apaan sih, kok aku yang ditangkap sih pak?" Hana langsung berteriak karena terkejut, Shanum pun langsung menggerutkan keningnya sambil terus mengamati polisi yang berbadan tinggi dan kekar, apalagi saat melihat lengan bajunya yang digulung dan menampakkan otot dilengannya, sungguh membuat jiwa Shanum bergejolak muda.
" Tadi yang nyetir siapa?" Tanya pria itu dengan santainya.
" Mama." Jawab Hana dengan cepat.
" Berarti kamu anaknya kan?" Tanya polisi itu kembali.
" Iya, memang aku anak satu-satunya." Jawab Hana dengan bangga.
" Kalau begitu kamu saya tahan." Ucap Pria itu dengan tegas, bahkan membuat polisi yang menilang mereka tadi menoleh kearah rekannya karena ikut kaget, pasalnya dia bukan bagian polisi lalu lintas tapi bagian Reserse Kriminal pikirnya, dan dia disini tidak sedang bertugas hanya menemui rekan yang lainnya dalam pemindahan tugas.
" Loh... kok jadi saya yang ditahan sih pak? yang nyopir mama saya tadi, harusnya mama dong yang ditahan." Hana langsung terlihat ketakutan, baru saja pindah dari luar negri masak langsung ditahan di kantor polisi pikirnya.
" Dia kan orang tua kamu, masak nggak mau gantiin kesalahan mamanya sih? sebagai anak seharusnya kamu itu berlapang hati menggantikan mama kamu dong!" Jawab Pria itu yang langsung memberikan kode kepada rekannya yang terlihat ingin protes, karena memang tidak ada aturan seperti itu dalam berlalu lintas.
" Enak aja, nggak mau!" Hana langsung melengos saat mendengarnya.
" Heissh kamu ini, lawan penjahat saja berani, masak ditangkap polisi mlempem kamu." Shanum langsung menyentil kening putrinya dengan gemas, dia paham kalau Hana sebenarnya hanya takut saja.
" Sudahlah pak, jangan pake ditahan-tahan segala ya, biar mobilnya aja yang ditahan, orangnya jangan dong pak, biar besok saya deh yang datang ke persidangan menggantikan mama saya, boleh ya pak polisi ganteng?" Rayuan dan suara Hana yang melembut langsung membuat hati pria itu seolah 'meleyot' karena terpesona.
" Ngapain ke persidangan? kayak mau cerai saja? kita saja belum nikah, masak sudah mau cerai!" Ledek pria itu yang sudah tidak tahan lagi bersandiwara.
" KITA!" Teriak mereka berdua dengan kompak, bukan hanya Hana yang terkejut, Shanum dan juga rekan pria itu sampai melongo saat mendengarnya.
" Hehe... hai aunty." Pria itu berjalan mendekat dengan gagahnya sambil membuka masker wajahnya dan menunjukkan wajah tampan dan senyum termanis yang dia punya.
" Ra.. Ray.. Raymond?" Shanum bahkan memajukan wajahnya seolah tidak percaya melihat bocah pecicilan itu memakai segaram dinas dengan gagahnya.
" Hai.. senior tomboy? eeh.. udah suka pake rok sekarang? woah... sudah bisa pake high heel juga toh?" Senyum dari wajah Ray semakin mengembang saat melihat penampilan Hana yang sudah banyak berubah.
" Ray? kamu beneran jadi polisi sekarang?" Sapa Hana yang sebenarnya tidak menyangka jika bisa bertemu dengan Ray kembali, bahkan dikantor polisi.
" Hu um, sebenarnya aku berencana mau buat surprize buat kakak, tapi tadi tanpa sengaja aku melihat kakak dan aunty disini, hehe.." Jawab Ray yang terlihat bahagia, tadi dia sebenarnya mau pulang, namun saat melewati ruang rekannya dia melihat Shanum yang memang tidak ada yang berbeda dari empat tahun yang lalu, namun saat melirik kesampingnya ternyata ada sesosok gadis yang dia rindukan sejak lama.
" Owh begitu? terus ini aku jadi ditahan nggak?" Tanya Hana dengan polosnya, yang membuat semua orang yang ada disana malah tersenyum.
" Cieee... yang pengen banget ditahan?" Ledek Ray sambil bersandar dimeja didepan Hana berdiri.
" Pfffttthhhh." Shanum malah terlihat menahan tawanya saat melihat reaksi Hana.
" Apaan sih?" Jawab Hana yang langsung terlihat malu.
" Kamu tetap ditahan, tapi ditahan di mobilku, hehe.." Ray terus saja tersenyum saat memandang wajah Hana yang terlihat semakin cantik menurutnya.
" Nggak jelas banget!" Umpat Hana dengan wajah yang sudah memerah.
" Okey, sory ya brother ganggu sebentar tadi, tahan saja mobil mereka, biar aku yang mengantarnya pulang, kalau perlu mengantar anaknya sampai di kursi pelaminan, haha.." Ray langsung menepuk bahu rekannya untuk meminta maaf tentang drama singkatnya tadi.
" Siap brother." Rekan polisi itu pun hanya bisa mengelengkan kepala saja melihat tingkah Raymond, baru saja pindah tugas, sudah berhasil nge 'prank' orang saja pikirnya.
" Let's go kak!" Bisik Ray disamping telinga Hana yang sontak membuat Hana memundurkan wajahnya.
" Kemana?" Tanya Hana yang terkejut.
" Ya pulang ke rumah kamulah, atau mau langsung ke kantor KUA saja nih?" Ledek Ray tanpa segan lagi, padahal Shanum sedari tadi memperhatikan gelagat mereka berdua.
" Kamu ini ngomong apa sih!" Hana langsung memukul lengan Ray walau dengan perlahan.
" Aaaaaa... kurang keras kak, lagi dong?" Ledek Ray sambil terus cengengesan dan menggoda Hana.
Dan itu membuat Shanum seolah menjadi obat nyamuk mereka berdua, akhirnya dia memilih berjalan dibelakang muda-mudi yang seolah sedang melepas rindu karena lama tidak bertemu.
Terkadang kamu harus memilih di antara sekumpulan pilihan yang salah dan tidak ada yang benar. Kamu hanya perlu memilih pilihan salah mana, yang terasa paling tidak salah.
..."Kita adalah mitra karena takdir. Kita menjadi teman karena pilihan."...
..."Pilihan yang kita buat dalam hidup kita, memang menentukan jenis hasil yang kita alami dan kualitas hidup yang kita jalani."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
guest1054251266
kn... bner perkiraan q dulu... anak mreka b3 pasti jdian nya di antara mreka
2022-03-16
1
mbak i
lanjutken,,,bikin gemes gemes pin gigit
2022-02-12
1
Rangrizal28
jodoh hana sdh didpn mata.pepet trs ray
2022-02-10
1