Bab 3. Menemukan, tapi ternyata Bukan kamu

Indira melaksanakan sholat subuh didalam tendanya, sebab semalam ia demam karena kakinya yang terluka. Fika tak sedikitpun bicara pada sang guru, sebab dia mengerti jika Indira pasti akan melarangnya. Semalaman pun Fika merawat Indira dengan baik, dan pagi ini Indira berniat mencari Kakak kelasnya yang bernama Yoga. Indira ingin mengembalikan syal dan memberikan sesuatu sebagai hadiah untuk sang Kakak kelas.

Fika sedang pergi untuk mengambil jatah makan pagi mereka, dan diperjalanan pergelangan tangannya dicekal oleh Vero.

"Heh bisu! Udah bisa ngomong lo?!" tanya Vero dengan penuh intimidasi.

"Aku gak bisa bicara, kalo bukan dalam keadaan darurat," tulis Vero dalam ponselnya, ia terpaksa berbohong pasa Vero karena tak ingin menjadi korban berikutnya.

"Baguslah! Kalo sampe lo ngadu sama guru, abis lo!" ketus Vero sambil mendorong tubuh Fika hingga terjatuh.

Tak ingin meratapi, Fika segera bangkit dan mengambil dua jatah makan pagi miliknya dan milik Indira. Carel menghampiri Fika, dan membantu dia membawakan makanan.

"Apa Dira baik-baik aja?" tanya Carel dan Fika hanya mengangguk.

"Ngomong dong, Fik! Gua pengen denger suara lo," pinta Carel.

"Heh Carel, lo mau aja sih temenan sama si bisu?! Lagian dia itu bisu, mana bisa dia lu ajak ngomong! Mending ngobrol sama gue aja," ucap Wida dengan manjanya pada Carel.

"Gua lebih baik bertemen sama orang bisu, daripada sama orang gak waras!" ketus Carel lalu pergi bersama Fika.

Sambil melipat sleeping bag, Indira merapikan syal dan memberikan sekotak coklat yang dia bawa dari rumah. Sebelumnya, Indira menulis sesuatu pada secarik kertas.

"Terimakasih sudah membantuku, Kak. Terimakasih sudah meyakinkanku, bahwa aku bisa selamat dari sana. Kebaikanmu, tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Meskipun hanya tatapan matamu yang bisa kuingat,"

Carel dan Fika datang, tepat ketika Indira baru saja selesai membungkus coklat itu dalam syal milik Yoga.

"Nih, sarapan dulu! Dari semalem Bunda, Ayah sama Kak Rara telponin gua mulu. Lu sengaja ya matiin ponsel?" kesal Carel dan Indira tersenyum memperlihatkan gigi behelnya.

"Sorry! Abis ponselnya lowbatt, males antri charge nya! Yaudah makan, yuk! Laper," ucap Indira, dengan sigap Fika membukakan makanan untuk Indira dan juga Carel.

"Selamat makan," ucap Fika membuat Carel tersedak makanannya.

"Hati-hati dong makannya!" ketus Indira sambil memberikan minum pada Carel.

Carel menatap Fika dengan tatapan tajam, dia sangat kesal kenapa Fika berbohong.

"Mau lu jelasin, atau gua yang cari tau sendiri!" tegas Carel.

"Aku jelasin aja, tapi janji jangan macem-macem! Karena aku sama Indira yang akan jadi sasaran mereka," ucap Fika menunduk.

"Oke! Sekarang jelasin sama gua!" pinta Carel, dia meletakkan makanannya dibawah.

"Aku kepaksa harus bohong, aku udah bisa ngomong sekarang. Aku gak mau jadi sasaran kejahatan Vero, aku gak mau Indira ataupun aku jadi korban lagi," lirih Fika menahan tangis.

Mata Carel terbelalak ketika Fika menyebutkan nama Vero.

"Jadi Vero yang udah celakain Dira?" Carel menatap Fika tak percaya.

"Iya bener, dia yang mau celakain aku. Sebelum dia ngedorong aku ke tebing, Fika udah lebih dulu teriak. Sampe aku berbalik dan Vero langsung dorong aku," jelas Indira.

"Kurang ajar! Maunya apa sih tuh ulet keket," geram Carel.

"Please, jangan bertindak apapun! Aku sama Fika gak mau lagi urusan sama mereka, biarin aja dia mau ngapain. Yang penting sekarang, aku sama Fika baik-baik aja," ucap Indira dan Carel hanya mengangguk terpaksa.

Selesai makan pagi, Indira dan juga Fika mengikuti kegiatan selanjutnya. Tapi karena kaki Indira masih terluka, mereka hanya bertugas untuk menjaga pos.

"Kak, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Indira pada sang Kakak kelas.

"Boleh, cantik! Mau tanya apa?" jawabnya sambil menopang kedua tangan didagu.

"Dikelas 3 seangkatan Kakak, ada yang namanya Yoga nggak?" Indira bertanya dengan gugup karena dia memang tidak mengenali wajah laki-laki itu.

"Yoga? Ada lima, nih aku ada fotonya! Kamu lihat, Yoga yang mana yang kamu maksud," ucap sang Kakak kelas.

"Mm, itu! Mmm.. Aku gak tau, Kak! Kemaren dia nolongin aku pake buff bandana, jadi yang aku liat cuman matanya aja," ucap Indira menunduk.

Sang Kakak kelas tersenyum, sebab dia tau siapa yang dimaksud oleh Indira.

"Kamu mau aku bawa kelima Yoga ini kehadapan kamu?" tanya sang Kakak kelas.

"Mm, gak usah Kak! Makasih, tapi aku mau titip ini. Syal ini punya Kak Yoga, kemaren dipake buat iket luka aku," ucap Indira.

"Syal ini aku bawa, tapi liontin di syal ini kamu yang bawa! Siapa tau, suatu saat nanti kalian bisa ketemu lagi!" Laki-laki itu berucap sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Tapi Kak......" Indira tak bisa lagi berkata-kata dan patuh begitu saja.

"Namaku, Panji! Dan ingat baik-baik wajahku, ya!" ucapnya lalu melenggang pergi.

Indira menatap liontin kalung yang ditempelkan menggunakan peniti kecil di Syal itu.

"Cantik!" gumam Indira ketika melihat liontin berbentuk seperti matahari itu.

"Emang dari kelima Kak Yoga tadi, gak ada gitu yang matanya kamu inget," Fika bertanya.

"Kan gak liat langsung, Fika! Mana bisa aku inget," ucap Indira dengan lesu.

"Udah jangan sedih! Bener kata Kak Panji, mudah-mudahan kamu bisa ketemu sama dia lagi suatu hari nanti," Fika menyemangatinya dan Indira tersenyum.

Sementara itu dikejauhan, Yoga menatap Indira bersama Panji.

"Sialan lu! Cewek cantik gitu, kenapa gak lu temuin aja?!" kesal Panji.

"Buat apa?" tanya Yoga seolah tidak peduli pada apapun.

"Ih bego lu! Seenggaknya dia bisa tau muke lu, lagian sok-sokan jadi secret admirer lu! Pake tutup muka kaya ultraman," ketus Panji.

"Udahlah, sana terusin ke pos selanjutnya," usir Yoga pada Panji.

"Dasar manusia kutub, gak berperasaan!" kesal Panji karena diusir.

Sepeninggal Panji, Yoga masih menatap Indira yang tengah memberikan petunjuk pada siswa-siswa yang sampai di Pos lima.

"Kita memang ditakdirkan untuk jauh raga oleh jarak. Tapi, kita juga ditakdirkan untuk melihat senja yang sama tanpa jarak, Indira," ucap Yoga sambil mencium syal miliknya yang kini berganti menjadi wang parfum milik Indira.

Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, Indira dan Fika baru saja selesai membersihkan diri. Malam ini akan diadakan Acara api unggun, tapi Indira dan Fika sama sekali tak tertarik dengan acara itu. Sebab pasti akan ramai oleh banyak orang, tapi kembali lagi karena ini acara sekolah mau tidak mau mereka harus mengikutinya.

Mereka menikmati waktu istirahat berdua ditenda, sebelum Carel mengusik waktu istirahat mereka berdua.

"Ck! Malah enak-enakan disini lu berdua! Nih telpon Ayah sekarang! Gua capek diteror mulu, lu gak liat apa?! Noh, berapa chat yang belom gua buka dari Bunda!" kesal Carel.

"Iya iya! Aku telpon Ayah sekarang!" ketus Indira.

In Call

"Assalamu'alaikum, Carel! Mana Indira?" tanya Ayah yang khawatir.

"Walaikumsalam, Ayah! Ini Dira, Adek baik-baik aja. Ponsel Adek lowbatt, makanya gak telpon Ayah sama Bunda," ucap Indira dengan lesu.

"Yaa Allah, Adek! Ayah sampe telponin Bu Lusi, katanya kamu jatoh ya?! Apanya yang sakit? Udah diobatin belum? Ayah minta Om Mir....." ucapan sang Ayah terpotong.

"Ayahku sayang, Adek baik-baik aja kok! Adek masih mau ikut kemah, Ayah. Tenang aja ya, Ayah!" tegas Indira membuat sang Ayah tak bisa berkutik.

"Yaudah, kamu hati-hati disana! Kalo ada apa-apa bilang Carel," pinta Ayah Fahri.

"Iya Ayah, yaudah Adek tutup telponnya ya! Assalamu'alaikum," ucap Indira.

"Walaikumsalam,"

End Call

Indira menghela nafas panjang, sang Ayah memang selalu mengkhawatirkan anak-anaknya. Terlebih ketika kecil, anak-anaknya sempat menjadi salah satu korban penculikan.

Malam telah tiba, selesai shalat isya kini semua siswa berkumpul mengelilingi api unggun yang cukup besar. Sebab semua angkatan, dari mulai kelas satu sampai kelas tiga berkumpul disana. Indira dan Fika sangat tidak menyukai keramaian, mereka memilih duduk dibarisan paling belakang. Acara dimulai dengan pentas seni dari setiap kelas, kini giliran kelas tiga yang bernyanyi. Indira bisa melihat, jika Panji ada disalah satu dari kelima orang yang tengah memegang gitar. Mereka menyanyikan lagu Virzha yang berjudul 'Tentang Rindu'.

Pagi telah pergi, mentari tak bersinar lagi..

Entah sampai kapan, ku mengingat tentang dirimu..

Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan..

Memanggil namamu, disetiap malam..

Ingin engkau datang dan hadir dimimpiku, rindu..

Dan waktu kan menjawab, pertemuan ku dan dirimu..

Hingga sampai kini, aku masih ada disini..

Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan..

Memanggil namamu, disetiap malam..

Ingin engkau datang dan hadir dimimpiku, rindu..

Dan bayangmu, akan selalu bersandar dihatiku..

Janjiku pastikan pulang, bersamamu..

Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan..

Memanggil namamu, disetiap malam..

Ingin engkau datang dan hadir dimimpiku..

Kuhanya diam, menggenggam menahan segala kerinduan..

Memanggil namamu, disetiap malam..

Ingin engkau datang dan hadir, dimimpiku..

Selalu dimimpiku, Rindu..

Deg!

Suara itu, Indira masih bisa mengingat suara itu dengan jelas. Dia terus menatap laki-laki yang tengah bernyanyi bersama teman-temannya. Indira bertekad untuk menemuinya, sebab dia yakin jika laki-laki itu yang sudah menolongnya.

Melihat laki-laki itu pergi, Indira bangkit dari duduknya dan akan menghampirinya. Tapi langkahnya terhenti, ketika mendengar Panji memanggilnya.

"Dirgaaa!" teriak Panji dan laki-laki itu menoleh.

"Ternyata, bukan Kak Yoga..." lirih Indira lalu pergi darisana.

Indira memutuskan untuk kembali kedalam tenda, entah apa yang Indira rasakan. Tapi tiba-tiba saja airmatanya menetes.

"Harapan yang tinggi, menyebabkan kekecewaan yang lebih tinggi. Aku butuh penghapus yang benar-benar bisa menghapus keberadaanmu. Itu yang paling kubutuhkan untuk melupakanmu, aku tidak menangis karenamu. Kamu tidak seberharga itu! Aku menangis karena bayanganku akan dirimu diluluhlantakkan oleh kenyataan, bahwa aku tidak tau siapa dirimu sebenarnya," batin Indira menatap liontin ditangannya.

Sementara itu, Dirga yang berada didekat Indira mencoba menahan dirinya. Perempuan yang menurutnya aneh, kini mampu membuat hatinya sakit.

"Jangan terlalu memikirkan siapa diriku, aku tidak mau membuatmu sedih. Hiduplah dengan baik, aku hanyalah setitik cahaya yang tak ada artinya dengan gemerlap di luar sana. Aku tak mampu melupakanmu tapi aku sanggup melepaskanmu, mungkin jika tak ada jarak, aku bisa mencintaimu lebih baik atau mungkin sebaliknya," batin Dirga.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Siti Maimunah

Siti Maimunah

mencintai dalam DIAM.. lanjutkan kk rindu.. aq syukaaaa😉😉😉😉😍😍😍

2022-04-12

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

jarak 🤔🤔🤔jadi penasaran apa hal ga bisa membuat mereka bersatu dari awal

2022-04-07

0

Riry Permata Putri

Riry Permata Putri

kan bener yiga itu dirga, dirga dan panji itu yg nanti jadi tentara yg ikut ke pulau. hmm... ternyata mereka satu sekolah

2022-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. I'M INTROVERT
2 Bab 2. Berkemah
3 Bab 3. Menemukan, tapi ternyata Bukan kamu
4 Bab 4. Dirga Agung Prayoga
5 Bab 5. Sahabat Baik
6 Bab 6. Panji Sang Penakluk
7 Bab 7. Kisah kasih di sekolah
8 Bab 8. New Chapter
9 Bab 9. HUJAN
10 Bab 10. Kisah Hidup Athaya
11 Bab 11. Cinta yang Rumit
12 Bab 12. Selalu ada luka
13 Bab 13. Persimpangan Dilema
14 Bab 14. Sebuah Rahasia
15 Bab 15. Tentang Seseorang
16 Bab 16. Mengikuti Alur
17 Bab 17. You're Mine
18 Bab 18. Kesedihan Indira
19 Bab 19. Cinta Tak Mungkin Berhenti
20 Bab 20. Lamaran
21 Bab 21. Rencana Aini
22 Bab 22. KKN di Sukabumi
23 Bab 23. Kebetulan macam apa ini?!
24 Bab 24. Tanggung Jawab
25 Bab 25. Rasa Kehilangan
26 Bab 26. Sebuah Kenyataan
27 Bab 27. Penyesalan
28 Bab 28. Sebuah Keputusan
29 PENGUMUMAN
30 Bab 29. Dua Cincin
31 Bab 30. Siuman
32 Bab 31. Menunggu
33 Bab 32. Ada apa dengan Cinta
34 Bab 33. Niat Baik Athaya
35 Bab 34. Perjuangan
36 Bab 35. Nikah Dadakan
37 Bab 36. Jadi Ipar
38 Bab 37. Masalah
39 Bab 38. Orang Yang tepat
40 Bab 39. Sebuah tanggung jawab
41 Bab 40. Malang
42 Bab 41. Menghindar
43 Bab 42. Rumah Tangga
44 Bab 43. Drama Kejepit
45 Bab 44. Pelabuhan Ratu
46 Bab 45. Tugas Pertama
47 Bab 46. Hari ini, Mas Milikmu!
48 Bab 47. Pergi tuk kembali
49 Bab 48. Bibit Unggul
50 Bab 49. Ngidam?
51 Bab 50. Jeruk Bali
52 Bab 51. Kembali Pulang
53 Bab 52. Dirga vs Athaya
54 Bab 53. H-1 Akad Aini Athaya
55 Bab 54. Pelabuhan Terakhir
56 Bab 55. Madu Asmara
57 Bab 56. Kelahiran
58 Bab 57. Gemma Giacinta Indirga
59 Bab 58. Aqiqah Gemma
60 Bab 59. Sulitnya menjadi Ibu
61 Bab 60. Persimpangan Dilema
62 Kabar Bahagia
63 Bab 62. Kegiatan bersama
64 Ulang Tahun Pertama, Gemma.
65 Bab 64. Ujian Pernikahan
66 Bab 65. Kelahiran Adzka
67 Bab 66. Yang datang dan yang pergi
68 Bab 67. Duka diatas Luka
69 Bab 68. Memulai Kembali
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. I'M INTROVERT
2
Bab 2. Berkemah
3
Bab 3. Menemukan, tapi ternyata Bukan kamu
4
Bab 4. Dirga Agung Prayoga
5
Bab 5. Sahabat Baik
6
Bab 6. Panji Sang Penakluk
7
Bab 7. Kisah kasih di sekolah
8
Bab 8. New Chapter
9
Bab 9. HUJAN
10
Bab 10. Kisah Hidup Athaya
11
Bab 11. Cinta yang Rumit
12
Bab 12. Selalu ada luka
13
Bab 13. Persimpangan Dilema
14
Bab 14. Sebuah Rahasia
15
Bab 15. Tentang Seseorang
16
Bab 16. Mengikuti Alur
17
Bab 17. You're Mine
18
Bab 18. Kesedihan Indira
19
Bab 19. Cinta Tak Mungkin Berhenti
20
Bab 20. Lamaran
21
Bab 21. Rencana Aini
22
Bab 22. KKN di Sukabumi
23
Bab 23. Kebetulan macam apa ini?!
24
Bab 24. Tanggung Jawab
25
Bab 25. Rasa Kehilangan
26
Bab 26. Sebuah Kenyataan
27
Bab 27. Penyesalan
28
Bab 28. Sebuah Keputusan
29
PENGUMUMAN
30
Bab 29. Dua Cincin
31
Bab 30. Siuman
32
Bab 31. Menunggu
33
Bab 32. Ada apa dengan Cinta
34
Bab 33. Niat Baik Athaya
35
Bab 34. Perjuangan
36
Bab 35. Nikah Dadakan
37
Bab 36. Jadi Ipar
38
Bab 37. Masalah
39
Bab 38. Orang Yang tepat
40
Bab 39. Sebuah tanggung jawab
41
Bab 40. Malang
42
Bab 41. Menghindar
43
Bab 42. Rumah Tangga
44
Bab 43. Drama Kejepit
45
Bab 44. Pelabuhan Ratu
46
Bab 45. Tugas Pertama
47
Bab 46. Hari ini, Mas Milikmu!
48
Bab 47. Pergi tuk kembali
49
Bab 48. Bibit Unggul
50
Bab 49. Ngidam?
51
Bab 50. Jeruk Bali
52
Bab 51. Kembali Pulang
53
Bab 52. Dirga vs Athaya
54
Bab 53. H-1 Akad Aini Athaya
55
Bab 54. Pelabuhan Terakhir
56
Bab 55. Madu Asmara
57
Bab 56. Kelahiran
58
Bab 57. Gemma Giacinta Indirga
59
Bab 58. Aqiqah Gemma
60
Bab 59. Sulitnya menjadi Ibu
61
Bab 60. Persimpangan Dilema
62
Kabar Bahagia
63
Bab 62. Kegiatan bersama
64
Ulang Tahun Pertama, Gemma.
65
Bab 64. Ujian Pernikahan
66
Bab 65. Kelahiran Adzka
67
Bab 66. Yang datang dan yang pergi
68
Bab 67. Duka diatas Luka
69
Bab 68. Memulai Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!