.... Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku.. Beri sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa....
Itulah penggalan lagu risalah hati yang kini terputar di mobil milik Athaya. Sudah sebulan sejak kepergian Dirga dalam bertugas, kini Indira lebih menikmati hari-harinya mengikuti skenario yang sudah Allah berikan untuknya. Pagi ini, Athaya mengajak Indira dan juga Bundanya untuk menjenguk Umminya. Ummi Athaya terkena stroke, sebab memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
Mobil sudah terparkir disebuah Rumah Sakit di Kota Bandung, Ummi Athaya memaksa ingin tinggal bersama putra keduanya.
"Dek, itu buah nya jangan lupa dibawa, ya!" titah Bunda.
"Iya Bun," jawab Indira.
"Biar Athaya aja yang bawa, Bunda. Kasian Dira, pasti berat," ucap Athaya.
"Yaudah, ayok kita masuk!" Bunda Gisya mengajak keduanya.
Mereka bertiga berjalan beriringan. Sebelum masuk ke ruangan Ummi Athaya, Indira izin pergi ke toilet. Padahal itu hanya alasan saja, sebab Indira melihat Nenek Dirga tengah duduk dikursi roda sendirian.
"Bun, Dira ke toilet dulu! Kalian duluan aja, Dira udah tau kok ruangannya dimana!" ucap Indira lalu pergi meninggalkan Athaya dan Bundanya.
Ingin rasanya Athaya menemani Indira, tapi dia urungkan niatnya. Akhirnya dia dan Bunda Gisya melanjutkan langkahnya menuju kamar rawat Ummi Athaya. Indira menghampiri Nenek Dirga yang tengah menangis sendirian.
"MashaAllah, Nenek! Kenapa Nenek disini sendirian?" tanya Indira.
"Syafa? Kamu Syafa, kan?" tanya Nenek.
"Iya Nek, ini Syafa! Nenek kenapa sendirian disini?" Indira sangat khawatir dengan kondisi Nenek Dirga.
"Papanya Dirga kena serangan jantung, mereka semua panik dan ninggalin Nenek sendirian disini," lirih Nenek Dirga.
Melihat Nenek menangis, Indira berhambur memeluknya dengan erat.
"Jangan nangis lagi ya, Nek. InshaAllah semuanya akan baik-baik aja," ucap Indira.
"Ibu??! Maafin aku, ya! Aku khawatir sama kondisi Mas Agung sampe ngelupain Ibu," lirih Mama Dirga menghampiri sang Ibu.
"Gak apa-apa, ini Syafa! Kekasih Dirga," ucap Nenek membuat Indira tersentak kaget.
"Syafa?! MashaAllah cantik sekali," ucap Mama Dirga membelai lembut kepala Indira.
"Sa-saya Indira Myesha Kirania Syafa, Tante. Adik kelas Kak Dirga, sekaligus adik dari Bang Mirda," ucap Indira sambil mencium kedua tangan Mama Dirga.
Mendengar nama Mirda, Mama Dirga berhambur memeluk Indira.
"Dunia memang sempit, ternyata yang Dirga cintai itu adik dari orang yang telah menolongnya dari maut," lirih Mama Dirga.
"Dira!" panggil Athaya membuat Indira menoleh.
"Saya permisi dulu ya, Tante, Nenek! Semoga Papa Kak Dirga cepet sembuh, Assalamualaikum!" pamit Indira sambil mencium kedua tangan wanita yang sangat dicintai oleh Dirga.
Athaya yang sejak tadi menunggu Indira yang tak kunjung datang, akhirnya memutuskan untuk mencari Indira. Tapi yang dia lihat adalah keakraban Indira bersama dua wanita yang seusia Ibu dan Neneknya.
"Siapa tadi?" tanya Athaya sambil menatap Indira.
"Mama nya teman aku, yaudah yuk!" ajak Indira tapi Athaya menahanya.
"Aku harap dihatimu hanya ada aku, Indira," ucap Athaya.
"Tidak perlu merasa takut, Athaya. Jika kamu berani menyebutku dalam do'amu, berarti juga kamu harus kuat. Jika suatu saat, aku memang ditakdirkan bukan untukmu. Begitupun dengan aku, karena Allah tidak akan pernah salah dalam menuliskan takdir untuk kita," ucap Indira sambil tersenyum lalu meninggalkan Athaya yang masih berdiri mematung ditempatnya.
Ceklek
Indira membuka pintu, dan dia terkejut dengan banyaknya orang diruangan itu.
"Assalamu'alaikum," ucap Indira dengan sopan.
"Walaikumsalam," jawab mereka dengan kompaknya.
"Tante apa kabar? Gimana keadaannya sekarang?" tanya Indira setelah menyalami semua orang yang ada disana.
"Alhamdulillah, sekarang kondisinya lebih baik Nak Dira," ucap seorang perempuan yang berada disamping ranjang milik Ummi Athaya.
"Dia istri kedua saya, Umma nya Athaya juga," ucap laki-laki yang Indira tau jika itu adalah Abi Athaya.
Bunda Gisya sempat terkejut mendengarnya, tapi Bunda Gisya seperti pernah mendengar suara wanita ini. Seolah suara itu tak asing ditelinganya.
"Ini Kakak pertama Athaya, dan ini kedua istrinya. Lalu ini adiknya Athaya, sepertinya kalian saling kenal. Dia kuliah ditempat yang sama dengan kalian," ucap Abi Athaya memperkenalkan satu persatu orang yang ada disana.
"Oh ya? Jurusan apa Pak Kiai?" tanya Bunda Gisya.
"Jurusan......" belum Abi Athaya menjawab, tiba-tiba Ummi Athaya muntah-muntah.
"Ummi!" teriak semua orang yang berada disana.
Bunda Gisya dan Indira lebih memilih untuk keluar dari ruangan itu. Mata Indira menangkap sesosok mata yang sangat dia kenali, walaupun perempuan itu memakai cadarnya.
"Fika!" panggil Indira membuat gadis itu gelagapan dan berlari.
"Tunggu, Fika!" teriak Indira yang menyusul Fika.
"Dira! Dira! Hati-hati, Nak!" panggil Bunda Gisya.
Akhirnya Indira berhasil mencekal pergelangan tangan gadis itu, Indira menyeretnya untuk duduk dibangku taman Rumah Sakit.
"Jadi ini yang selama ini kamu sembunyiin dari aku?" tanya Indira penuh selidik.
"Maaf, Dira! Aku cuman gak mau kamu kecewa, karena bersahabat dengan anak dari seorang pelakor sepertiku," lirih Fika membuat Indira marah.
"Dengar ya, Fika! Kamu itu tetap sahabatku, mau kamu anak dari siapapun itu aku gak peduli! Yang aku tau, kamu itu sahabat baikku!" tegas Indira.
"Maaf Dira, maaf," lirih Fika, Indira lalu memeluk sahabatnya itu dengan erat.
Jujur saja, Indira cukup kecewa pada Fika dan juga Athaya yang tidak jujur padanya.
"Kak Athaya sangat benci sama aku, Dira. Aku gak mau hubungan kalian jadi renggang karena aku," lirih Fika dalam pelukan Indira.
"Denger ya, Dira! Aku sama Athaya juga belum pasti berjodoh, aku masih mau melanjutkan pendidikan dan cita-cita aku. Soal jodoh, biarlah kita serahkan semua sama Allah!" ucap Indira membuat Athaya yang akan menghampirinya menghentikan langkah kakinya.
"Akan aku pastikan, kamu menjadi jodohku, Indira," batin Athaya.
* * *
Sepanjang perjalanan pulang, Indira terdiam membisu. Sebelumnya, Bunda Gisya sudah dijemput oleh ajudan karena harus menghadiri acara undangan. Maka dari itu, kini mereka hanya berdua.
"Dira, maafin aku," ucap Athaya membuat Indira menoleh.
"Buat apa?" tanya Indira dengan polosnya.
"Aku gak maksud buat gak jujur sama kamu, Fika itu anak dari pelakor! Karena itu Ummi sakit seperti ini," Indira sungguh tak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Athaya, kamu gak bisa ngejudge orang sesuka hati kamu! Fika sendiri bahkan gak tau, kalo yang menikahi ibunya adalah suami sahabatnya sendiri! Dan satu hal lagi, mereka menikah karena suatu amanah! Kamu ini seorang Gus, anak kiai besar! Tapi sedangkal itukah pemikiranmu, Athaya?" sungguh Athaya tercengang dengan ucapan Indira.
Tak ada pembicaraan lagi diantara mereka, kini Indira sudah sampai di Cafe milik Cyra. Dia memang berniat mengunjungi cafe itu, sebab akan mengisi live musik disana.
"Aku akan menunggumu disini, Indira. Aku yang akan anterin kamu pulang," ucap Athaya menghentikan langkah Indira.
"Gak usah, aku pulang sama Bang Husain," jawab Indira sambil memaksakan senyumnya.
"Tolong Dira, aku pengen jagain kamu!" tegas Athaya.
"Yaudah terserah kamu aja," jawab Indira yang tak ingin berdebat.
Cafe mulai ramai, banyak sekali anak muda yang berkunjung sore itu. Indira terlihat ceria, dan hal itu mengganggu pikiran Athaya. Sebab sejak tadi, Indira hanya diam saat bersamanya. Rupanya kebahagiaan Indira adalah sebuah pesan singkat yang dikirimkan seseorang dari belahan dunia lain.
💌 Mas Yoga
Aku ingin kamu menjadi seperti bunga matahari. Yang meskipun dalam masa-masa sulit, kamu akan tetap berdiri tegak dan menemukan cahaya matahari. Wherever life plants you, bloom with grace. 🌼🌼
Indira mulai berdiri diatas panggung dan mulai menyapa para anak muda yang tengah menikmati sore yang cerah disana.
"Seseorang pernah mengatakan sesuatu pada saya. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, karena hasil akhir didunia ini sudah ditentukan oleh Allah. Jika sesuatu ditakdirkan untuk menjauh darimu, maka ia tidak akan pernah mendatangimu. Namun jika ia ditakdirkan bersamamu, maka kamu tidak bisa berlari darinya. Selamat sore, dan selamat menikmati sebuah lagu yang akan saya nyanyikan."
Denting yang berbunyi dari dinding kamarku..
Sedarkan diriku dari lamunan panjang..
Tak terasa malam kini semakin larut..
Ku masih terjaga..
Sayang kau dimana aku ingin bersama..
Aku butuh semua untuk tepiskan rindu..
Mungkinkah kau disana merasa yang sama..
Seperti dinginku di malam ini..
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini..
Kita menari dalam rindu yang indah..
Sepi ku rasa hatiku saat ini oh sayangku..
Jika kau disini aku tenang..
Sayang kau dimana aku ingin bersama..
Aku butuh semua untuk tepiskan rindu..
Mungkinkah kau disana merasa yang sama..
Seperti dinginku di malam ini..
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini..
Kita menari dalam rindu yang indah..
Sepi ku rasa hatiku saat ini oh sayangku..
Jika kau disini aku tenang..
Lagu Denting yang dinyanyikan oleh Indira adalah ungkapan hatinya yang saat ini sedang merindukan sosok Dirga Agung Prayoga. Bahkan dia meminta salah satu karyawannya untuk merekam dirinya yang tengah menyanyi. Athaya menatap Indira yang dengan sepenuh hati menyanyikan lagu itu.
"Untuk siapa lagu ini kamu nyanyikan, Dira? Aku akan membuatmu mencintaiku, aku yakin kamu adalah jodohku, You're Mine," batin Athaya.
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nurul Hidayati
Athaya sama dg My Gousz....
Terlalu memaksakan diri...
Kok jadi gini.. Curcol
2022-05-28
1
Nonengsupartika
itu bkn cinta tp obsesi Athaya, kl cinta itu kaya Dirga, dia berani melepas kl yg d cintai bahagia, dia jg gk mengikat tkt dgn janji
2022-05-18
1
Okie Larasati
egoisnya Atha,,pokoknya ttp fans garis keras mas Yoga aq mah😂
2022-02-15
0