Indira tengah memasukkan baju-baju kedalam ranselnya, besok pagi dia akan mengikuti kegiatan sekolahnya. Mereka akan mengadakan kemah di Bumi Perkemahan Jatinangor, Sumedang. Indira diizinkan pergi, dengan catatan Carel akan selalu menemaninya. Sebab hanya Carel yang dipercaya oleh Ayah Fahri, mengingat Indira adalah seorang introvert. Ayah Fahri hanya takut jika Indira mendapatkan bullyng dari teman-temannya.
Setelah mempersiapkan diri, Indira bergegas kebawah untuk makan malam bersama keluarganya. Indira melihat jika kedua ajudan orangtuanya sudah ikut duduk manis disana.
"Om Mirda, Dira mau pinjam senter sama tali boleh ya?" tanya Indira.
"Boleh nona Indira, biar saya bawa nanti," ucap Mirda dan Indira tersenyum.
"Kamu beneran mau ikut, Dek?" Elmira bertanya kembali pada sang adik.
"Iyadong, Kak! Lagian semua siswa diwajibkan ikut," jawab Indira.
"Pokoknya kamu hati-hati disana, sayang! Jangan lupa hubungin Bunda terus, nanti minta Om Mirda buat periksa perlengkapan kamu," ucap Bunda Gisya.
"Iya Bunda," jawan Indira patuh.
Selesai makan malam, Mirda dan juga Elmira memeriksa semua kebutuhan Indira untuk berkemah selama tiga hari.
"Seumur hidup, Kakak belum pernah deh ngerasain kemah kayak kamu," ucap Elmira.
"Nanti kita kemah sama-sama ya, Kak! Sekarang mah Dira kan ini sama sekolahan," ucap Indira membuat Elmira tersenyum.
"Kamu hati-hati ya, Dek! Kalo ada apa-apa, jangan lupa kabarin Kakak," pinta Indira.
"Iya Kak," jawab Indira dengan singkat.
"Nona Indira, semuanya udah siap! Ini tali saya simpan disamping, supaya mudah saat dibutuhkan," ucap Mirda dan Indira mengangguk.
"Makasih ya, Om Mirda!"
Semua keperluan Indira sudah siap, sebelum tidur Indira menulis dalam buku hariannya.
~Pohon di tengah hutan bagaikan lilin dalam kegelapan. Sebab ia mampu memberikan cahaya dan ketenangan nyata bagi penghuni sekitarnya. Alam tak hanya sekadar obat yang mampu menghilangkan setiap kesedihan atas luka hati, namun ia juga mampu memberikan kesejukan sepanjang masa. Tak ada tempat yang lebih indah untuk berlari, selain alam.~
Indira menutup buku, lalu beranjak ketempat tidur. Rasanya dia tak sabar untuk bisa menikmati suasana alam yang sejuk dan indah.
Suara adzan subuh berkumandang, Indira sudah terbangun dan bersiap melaksanakan sholat subuh berjama'ah bersama keluarganya. Selesai sholat, Indira kembali ke kamarnya dan bergegas berganti pakaian. Kini Indira sudah siap dengan pakaian olahraga dan tas ransel yang cukup besar berada di pundaknya. Dia sangat antusias, jika berhubungan dengan alam. Sebab Indira sangat menyukai keindahan alam. Bahkan di usianya yang baru akan menginjak 16 tahun, Indira sudah mendaftarkan dirinya agar menjadi relawan dalam bencana alam. Hanya ssja, Indira belum bisa ikut kelapangan karena usianya.
Dengan diantar oleh Elmira dan juga Mirda, Indira kini sudah sampai didepan gerbang sekolahnya. Terlihat Carel dan juga Fika sudah menunggunya disana.
"Kalian hati-hati, ya! Saling menitipkan diri, kalo ada apa-apa segera hubungin Ayah, Bunda atau Kakak ya!" ucap Elmira dan ketiganya mengangguk.
"Kami naik bus dulu ya, Kak! Assalamu'alaikum," pamit ketiganya lalu masuk kedalam bus.
Indira dan Fika memilih duduk dibangku belakang, mereka mendengarkan musik dari ponselnya masing-masing. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing, tanpa memperdulikan teman-temannya yang lain yang tengah bernyanyi ria, termasuk Carel.
"Lihat kan? Blagu banget dia, gak mau berbaur sama yang lain!" ketus Vero.
"Udahlah Vero, dia emang orangnya introvert! Bukan blagu," ucap Wida.
"Introvert, introvert tai kucing! Emang blagu dia, mentang-mentang anak Jenderal! Gua gak suka sama dia! Liat aja, apa yang bisa gua lakuin ke dia," ucap Vero dengan jahatnya.
"Gua gak ikutan ya," ucap Wida membuat Vero mencebik kesal.
"Oke! Gua bisa lakuin sendiri!" ketus Vero.
Veronica adalah salah satu teman SMP Indira, sebenarnya sejak SMP Vero terus mendekati Indira. Setelah mengetahui jika Indira anak seorang Jenderal, Vero ingin Indira masuk kedalam gengnya. Tapi sayangnya, Indira sudah trauma memiliki teman seperti Vero yang hanya akan memanfaatkannya saja.
Kini bus sudah memasuki kawasan Bumi Perkemahan Kiara Payung. Indira dan Fika akan tidur ditenda yang sama. Sebab teman-temannya yang lain, tak ada yang ingin bergabung dengan Indira dan juga Fika. Hal itu membuat Indira lebih bersyukur, karena memang dia tak ingin terlalu banyak orang dalam tendanya.
Carel membantu Indira dan juga Fika untuk mendirikan tenda, tapi bukan membantu lebih tepatnya merecoki. Karena Indira sudah mahir dalam membangun tenda.
"Huft! Akhirnya selesai juga," keluh Carel membuat Fika kesal.
"Ngerecokin doang juga capek, ya!" tulis Fika dalam ponselnya.
"Hehehe, ngebantuin itu! Aku balik ke tenda dulu, kalian berdua dalam pengawasan aku! Kalo ada apa-apa, teriakin nama aku, okeee?" ucap Carel membuat Indira dan Fika menatapnya dengan jengah.
Kini mereka berkumpul di Lapangan, kegiatan pertama mereka adalah menemukan peta harta karun. Siapa yang lebih dulu menemukan itu, maka mereka akan mendapatkan hadiah. Tapi hal itu tidak menarik bagi Indira ataupun Fika, mereka hanya ingin berjalan-jalan menikmati alam terbuka. Berhubung ini adalah acara sekolah, mau tidak mau mereka harus mengikuti kegiatan itu.
Indira dan Fika sudah berjalan menyusuri hutan, mereka menemukan satu persatu petunjuk dengan mudah. Ternyata, Vero mengikuti keduanya dan berniat ingin mencelakai Indira. Tapi seseorang laki-laki dibalik pohon, mengetahui niat jahat Vero dan mengikutinya. Dia adalah anak kelas 3, orang yang ditabrak oleh Indira tempo hari.
"Dia perempuan aneh, kenapa banyak sekali orang yang ingin mencelakainya?" batin laki-laki itu.
Tanpa rasa curiga, Indira terus berjalan menyusuri hutan. Hingga mereka tiba disebuah tebing, Indira berniat untuk mengambil petunjuk.
"Fika, kamu diem disini ya! Jangan melangkah sedikitpun, aku mau ngambil petunjuk dipohon itu," ucap Indira dan Fika mengangguk patuh.
"Heh bisu! Minggir lo!" ketus Vero mendorong tubuh Fika hingga terjatuh.
Vero berjalan mendekati Indira, ingin rasanya Fika berteriak. Tapi mulutnya tak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Vero sudah berjalan mendekati Indira yang tengah asyik melihat peta ditangannya, dan....
"Diraa!! Awaaaasssss!!!" teriak Fika membuat Indira berbalik seketika.
"Vero?! Mau ngapain lagi?!" ketus Indira dan Vero mendorong tubuh Indira hingga dia menggantung disisi tebing.
"Mau gue, lo musnah! Cewek blagu, sok suci!" ketus Vero dan pergi meninggalkan Indira.
Fika menghampiri Indira dan berusaha menjangkau tangannya.
"Fikaa, tolongin aku! Panggil Carel!" pinta Indira sambil menahan tubuhnya.
"Tapi kamu gimana?" tanya Fika sambil menangis.
"Aku coba bertahan, makanya kamu cepetan panggilin Carel!" titah Indira dan Fika segera berlari sekencang-kencangnya.
Dengan nafas tersenggal, Fika menghampiri Carel dan menarik lengannya.
"Ada apa sih, Fikaaa?!" kesal Carel karena Fika menarik tubuhnya hingga dia tersungkur.
"Indira jatoh ke tebing!" ucap Fika membuat Carel melotokan matanya.
"Fika, lo bisa ngomong Fik?" tanya Carel dan Fika mengangguk.
"Nanti aja wawancaranya! Sekarang Indira butuh bantuan kita," ucap Fika dan Carel segera berlari bersama teman-temannya untuk membantu Indira.
Sementara ditempat Indira, sepeninggal Fika laki-laki itu segera membantu Indira.
"Pegang tanganku yang kuat!" pinta laki-laki itu.
"Tapi Kak, kalo aku lepasin tangan aku, pasti aku jatoh," lirih Indira.
"Lihat mata aku! Percayalah, aku bakalan tarik kamu keatas," ucapnya dengan penuh keyakinan dan Indira mengangguk.
Perlahan tapi pasti, Indira melepaskan tangannya dan meraih tangan laki-laki itu.
Hap!
Tubuh Indira sudah berhasil diangkat, laki-laki itu mendekap erat tubuh Indira.
"Astaghfirullohaladzim, maaf Kak," ucap Indira melepaskan tubuhnya.
"Gak apa-apa, kamu baik-baik aja kan?" tanya laki-laki itu.
"Iya Kak, makasih banyak ya, Kak!" ucap Indira dan laki-laki itu sambil mengikatkan sebuah syal miliknya pada luka dilutut Indira yang robek terkena ranting.
Laki-laki itu akan melangkah pergi, tapi Indira mencegahnya.
"Tunggu, nama Kakak siapa?" tanya Indira sebab kakak kelasnya itu memakai bandana yang menutupi wajahnya.
"Yoga, namaku yoga," ucapnya tanpa menoleh pada Indira.
"Terimakasih, Kak Yoga! Semoga Allah membalas semua kebaikan Kakak," ucap Indira dan Yoga berlalu begitu saja.
Carel, Fika dan teman-temannya berlari untuk menolong Indira. Tapi ternyata Indira sudah berada dibawah pohon sambil memegangi lututnya yang terluka.
"Yaa Allah, Dira! Ayah bisa ngamuk kalo tau lu kaya gini, cepet naik ke punggung gua!" titah Carel dan Indira menurut.
"Jangan hubungin Ayah! Aku gak mau disuruh pulang duluan," rengek Indira.
"Buset! Lu udah begini masih mau terusin?!" kesal Carel.
"Semalem juga belum! Please, nanti aku bantuin kerjain PR deh," nego Indira.
"Hadeuh! Repot banget dah! Mamaaaa help me," rengek Carel yang tengah bimbang.
Para guru sangat terkejut ketika melihat Indira terluka, mereka segera membawa Indira kedalam ambulance untuk mengobati lukanya.
"Yaa Allah, Indira! Kenapa kamu bisa begini?" tanya Bu Lusi sang wali kelas.
"Aku jatoh Bu, maaf gak hati-hati," lirih Indira menunduk.
"Tapi kamu gak apa-apa kan? Maaf kita gak merhatiin kamu, Indira," lirih Bu Lusi.
"Dira gak apa-apa, Bu. Jangan khawatir, Dira gak akan bilang Ayah. Dira bukan anak kecil, Bu. Jangan khawatir ya!" ucap Indira membuat Bu Lusi semakin menunduk.
"Perempuan bodoh! Dia masih bisa menutupi kesalahan orang lain," ucap Yoga yang melihat dari luar ambulance.
Luka Indira sudah berhasil diobati, dia sengaja tidak mengungkapkan alasannya terjatuh. Sebab Indira tak ingin semakin bermasalah dengan Vero. Carel dan Fika menghampiri Indira yang tengah berbaring didalam tenda.
"Kamu gak apa-apa kan, Dira?" tanya Fika membuat Indira dan Carel saling tatap.
"Fika, kamu udah bisa bicara! Aku bahagia, Fika! Makasih ya, kamu udah teriakin aku tadi. Jadi aku bisa tau siapa yang mau celakain aku," ucap Indira memeluk Fika.
"What?! Jadi ada yang mau nyelakain lo, Dira?" tanya Carel yang tak percaya.
"Jangan dibahas! Yang penting sekarang, Fika udah bisa ngobrol bareng kita!" bahagia Indira memeluk Fika dengan erat.
"Iya akhirnya, fans gua nomor satu bisa ngomelin gua," ucap Carel sambil menaik turunkan alisnya.
Mereka hanyut dalam rasa bahagia, tapi Carel tetap masih menyelidiki siapa yang berusaha mencelakai Indira.
"Ngomong-ngomong yang nolongin lu tadi, siapa?" tanya Carel.
"Iya Dira, yang nolongin kamu siapa?" tanya Fika yang tak kalah penasaran.
"Kak Yoga, aku gak tau dia kelas mana. Yang pasti dia Kakak kelas kita," ucap Indira.
"Lah emang lu kaga liat mukanya?" ketus Carel.
"Enggak! Orang dia pake buff bandana, jadi mukanya gak keliatan!" jawab Indira santai.
"Yaa ampun! Dia sweet banget sih," ucap Fika dengan mata berbinar.
"Duh, lu sekalinya bisa ngomong bikin gua panas dingin! Dahlah, gua balik ke tenda! Istirahat lu berdua, kalo ada apa-apa lagi panggil CAREL!" ucap Carel dengan penuh penekanan.
Indira kembali mencoba memejamkan matanya, tapi tatapan mata Yoga membuat Indira hanyut dalam perasaanya.
"Apakah mungkin bertemu seseorang sekali, dan melihat seluruh masa depanmu di mata mereka? Aku tahu bahwa kita baru saja bertemu. Tapi bagiku, itu adalah momen paling ajaib yang dapat kuingat. Dan ketika kata-kata dibatasi, mata sering kali berbicara banyak," batin Indira yang terus teringat pada tatapan mata Yoga.
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Irat Tok
wah.....wah....
cinta pada pandangan pertama nih
Yoda alias dirgantara
gw dah bc menanti cinta sang abdi negara
versi gisya n Fahri, Thor
keren banget Thor
gw suka alur n endingnya
2023-03-09
0
Nonengsupartika
yoga alias dirgantara ya 🤣🤣🤣🤣
2022-05-18
1
Siti Maimunah
selau keren novelnya kk rinduuu.. lanjutkan kakaa.. aq syukaaaaa... 😉😉😉😉
2022-04-12
0