Weekend Minggu ini di pergunakan Tiara serta Alisya untuk berolahraga joging keliling komplek. hampir setiap weekend Tiara menyempatkan waktu untuk joging begitupun dengan Alisya.
Di sela aktivitas joging sesekali Tiara mencuri pandang ke arah seorang pria yang saat itu juga tengah joging keliling komplek perumahan elit tersebut.
Pria itu adalah Ferdi, pria mapan yang berprofesi sebagai seorang dokter bedah, Ferdi tak lain adalah tetangga Tiara. sudah sejak kelas tiga sekolah menengah pertama, Tiara mengagumi sosok pria yang masih betah dengan status lajangnya meski usianya hampir tiga puluh dua tahun tersebut.
Di usianya yang bisa di bilang matang dengan profesi sebagai dokter bedah, entah mengapa Ferdi sendiri masih betah dengan status lajangnya, meski tidak sedikit wanita yang ingin menjadi pendamping hidupnya, termasuk beberapa orang teman wanitanya yang juga berprofesi sama dengannya.
Tiara yang sejak lama menaruh rasa terhadap pria dewasa tersebut diam diam terus memperhatikannya, itupun di lakukan Tiara tanpa sepengetahuan Ferdi.
Berbeda dengan hari sebelumnya, Tiara yang hanya bisa mencuri pandang pada sosok pria tersebut dari kejauhan, kini berbeda seratus delapan puluh derajat.
Jantung Tiara seperti akan meloncat dari tempatnya, di saat ia berada begitu dekat dengan sosok pria yang sejak lama dikaguminya. bahkan bisa di bilang sangat dekat, karena saat ini Tiara tengah berada di dalam gendongan pria bertubuh atletis tersebut.
Jantung Tiara semakin tidak bisa di ajak kompromi saat wajah Ferdi terasa semakin dekat, ketika pria itu menatap Tiara saat berucap.
"Apa kaki kamu masih terasa sakit ??" nafas Ferdi begitu segar dan wangi menusuk Indra penciuman Tiara, ketika pria itu menanyakan keadaan kakinya yang tadi sempat keseleo.
Seperti tengah tersihir oleh ketampanan Ferdi sehingga Tiara tidak sanggup menjawab dengan kata kata ia hanya mengangguk.
"Lain kali kalau jalan itu hati hati!! untung cuma keseleo." Ujar Ferdi di sela langkahnya menuju rumah orang tua Tiara yang merupakan tetangganya.
"Baik dok." akhirnya Tiara bersuara.
Sementara Alisya hanya melangkah dalam diam, mengikuti langkah panjang Ferdi yang tengah menggendong tubuh kakaknya.
"Ini nih yang di bilang musibah membawa berkah." batin Alisya dengan senyum di bibirnya.
Beberapa saat yang lalu, usai mengingat tali sepatunya yang sempat terbuka, Tiara celengak celenguk mencari keberadaan pria yang tadi tengah melakukan olahraga push up di taman bersama beberapa orang pengunjung lainnya, namun leher sudah hampir songklek ia belum juga menemukan sosok Ferdi. dengan raut wajah kecewa Tiara kembali melanjutkan langkahnya, tapi sayang karena tidak fokus Tiara sampai tidak memperhatikan sebuah batu yang menghalang langkahnya, hingga terjadilah musibah membawa berkah pagi itu.
Dokter Ferdi yang baru saja kembali dari ke taman usai menerima panggilan dari ponsel genggam miliknya, segera berlari ke arah Tiara yang tengah meringis kesakitan.
Melihat Tiara yang bahkan tidak mampu berdiri membuat dokter Ferdi mau tidak mau menggendong tubuh gadis itu untuk kembali ke rumah.
Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di rumah orang tua Tiara dan Alisya.
"Ya ampun Ara kamu kenapa nak??" nyonya Sarah terkejut ketika melihat putri sulungnya tersebut berada di dalam gendongan dokter Ferdi.
"Begini Nyonya, tadi saya nggak sengaja lihat Tiara meringis kesakitan sepertinya kakinya keseleo, karena tidak sanggup untuk berdiri makanya saya membawanya pulang." dokter Ferdi coba menjelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Makasih ya dok." ucap nyonya Sarah tulus saat dokter Ferdi menurunkan tubuh Tiara dari gendongannya.
"Sama sama Nyonya...kalau begitu saya pamit dulu" dokter Ferdi hendak pamit pulang.
"Nggak duduk dulu dok?? kebetulan saya lagi ngeteh di halaman belakang, biar sekalian ngobrol ngobrol." tuan Rendi yang baru saja tiba di teras depan menimpali, sebagai ucapan terima kasih tuan Rendi mengajak dokter tampan itu untuk sekedar minum teh bersama.
"Terima kasih banyak atas tawarannya tuan, tapi saya harus segera ke rumah sakit soalnya ada pasien Emergency." dokter Ferdi menolak halus tawarkan tuan Rendi mengigat ia harus segera ke rumah sakit, karena ia harus segera melakukan pemeriksaan pada pasien Emergency. Ferdi pun melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah tetangganya tersebut, sebab ia harus segera kembali ke rumah sakit
Itu sebabnya mengapa, Saat Tiara mencari keberadaan pria pujaan hatinya tadi, dokter Ferdi tidak nampak sebab ia sedikit menjauh untuk menerima panggilan dari rumah sakit yang meminta dirinya agar segera ke sana, karena harus segera melakukan pemeriksaan intensif pada seorang pasien gawat darurat.
***
Setibanya di rumah sakit, Dokter Ferdi sudah di suguhkan oleh sebuah drama seorang pelajar sekolah menengah atas yang tengah berbaring meringis di atas sebuah ranjang rumah sakit.
Dokter Ferdi segera melakukan pemeriksaan guna mengetahui Keadaan pasien serta tindakan apa yang harus di lakukan pada pasien tersebut.
"Selamat pagi tuan Admaja serta nyonya.. sepertinya pasien tidak mengalami patah tulang, pasien hanya mengalami memar dan bengkak saja di bagian tulang pipi serta tangannya, berdasarkan hasil pemeriksaan yang kami lakukan tadi Pasien hanya butuh perawatan medis untuk beberapa hari ke depan" mendengar penjelasan dokter membuat tuan Reza bisa bernapas lega, sebab tidak terjadi hal yang serius pada putranya.
"Terima kasih dok" ucap tuan Reza.
"Sama sama tuan Admaja, kalau begitu saya pamit undur diri." dokter Ferdi berlalu meninggalkan ruang perawatan VIP, dimana anak sulung dari pemilik rumah sakit tersebut di rawat.
Dokter Ferdi membuka handle pintu ruangannya dengan di ikuti seorang perawat di belakangnya.
"Maaf dok...karena sudah meminta anda untuk buru buru datang" ucap perawat tersebut pada Dokter Ferdi.
Dokter Ferdi hanya menanggapi dengan senyuman, ia paham mengapa pihak rumah sakit memintanya untuk buru buru datang, karena pasiennya adalah putra dari pemilik rumah sakit.
"Memangnya apa yang terjadi pada anak itu sampai babak belur begitu??" Dokter Ferdi menanyakan perihal penyebab babak belurnya Kheano.
"Yang saya dengar anak itu habis berantem dok, tapi saya sendiri tidak tahu alasan mengapa anak itu berantem sampai segitunya." jawaban dari perawat yang bernama Nita tersebut membuat dokter Ferdi kembali mengulum senyum.ia bisa menebak jika pelajar SMA itu berantem karena urusan wanita.
"Dasar remaja sekarang, aneh aneh saja." Gumam dokter Ferdi seraya membuka beberapa map yang berisikan status pasiennya.
Sementara di sebuah kamar perawatan VIP rumah sakit, tuan Reza menatap tajam ke arah putranya. di satu sisi tuan Reza ingin sekali memarahi putranya itu namun di sisi lain tuan Reza juga berpikir, tidak mungkin putranya itu sampai melakukan hal semacam itu jika tidak menyangkut harga diri. karena tuan Reza sangat mengenal watak putranya, yang hanya akan bersikap seperti ini jika merasa harga dirinya direndahkan seseorang.
Sementara Kheano pun hanya bisa diam, sembari mengingat kembali mengapa sampai ia beringas seperti tadi, saat mendengar seorang pria yang berpikir yang tidak-tidak pada calon istrinya. padahal yang ia tahu dirinya abhkay tidak menyukai calon istrinya itu, tapi mengapa hatinya terasa begitu panas saat salah seorang pria yang juga berstatus pelajar di sekolah yang sama dengannya, berfantasi liar tentang Alisya.
Flashback On.
Pagi tadi saat hendak bermain basket, Kheano yang tiba bersama ke tiga Sahabatnya, tidak sengaja mendengar obrolan salah satu Tim basket yang juga berasal dari sekolah yang sama dengannya.
Awalnya Kheano tidak terlalu ambil pusing saat pria yang bernama Devano tersebut hanya memuji kecantikan Alisya, yang memang nyata adanya.
Namun semakin kesini obrolan yang terdengar panas mulai membuat Kheano kesal, apalagi yang menjadi pusat obrolan panas beberapa orang pria tersebut adalah calon istrinya.
"Lo pada tahu nggak, setiap kali melihat Alisya Fantasi gue udah kemana mana" mendengar obrolan Devano bersama beberapa orang tim basketnya tersebut membuat telinga Kheano mulai panas.
"Membayangkan tidur dan menikmati tubuh Alisya saja sudah bikin gue meriang, apalagi sampai beneran gue bisa menikmati tubuh gadis itu" Kheano yang sudah tahan mendengar obrolan Devano bersama timnya tersebut, segera mendekat lalu melayangkan bogem mentah tepat ke wajah Devano.
"Lo kenapa Khe?? apa Lo udah gila." dengus Devano sembari mengusap bibirnya yang mulai berdarah, bukannya berhenti Kheano malah kembali melayangkan tinju ke wajah Devano hingga terjadi perkelahian di antara kedua tim tersebut, karena ketiga teman Kheano tidak tinggal diam saat beberapa orang teman Devano juga ikut campur dan turut membantu Devano menghajar Kheano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
imafe
itu benih cinta bambang
gitu aja gk tau
2022-07-19
0
Ferial Aziz
kheano muna klw lho engga cinta ama alisyah. tapi knp lho marah klw ada yg muji2 aliyah. kheano mencintai dalam diam. buat kheano cemburu
2022-04-14
2
endang maw321
ga nyadar loe Khe kalau udah mulai bucin😆😆😆
2022-04-12
2