Setibanya di rumah, Alisya terkejut saat ayahnya tiba tiba langsung merentangkan kedua tangan menyambut kedatangannya saat baru saja mengucap salam di ambang pintu.
"assalamualaikum." ucap Alisya ketika baru saja memasuki rumah.
"Sini sayang!!" terlihat jelas sorot mata ayahnya yang saat ini menahan genangan air mata.
Tanpa banyak bertanya Alisya berlari ke pelukan ayahnya. walaupun Alisya sendiri masih bingung dengan sikap ayahnya, yang tiba tiba meminta di peluk olehnya. namun Alisya tidak terlalu banyak memikirkan hal itu, sebab saat ini ia hanya ingin segera menyampaikan pada ayah serta keluarga nya, bahwa ia sudah bertemu dengan tuan Reza Admaja.
"Ayah" Alisya melonggarkan pelukan ayahnya, kemudian menengadahkan wajah menatap wajah ayahnya yang lebih tinggi darinya.
"Iya nak" tuan Rendi menatap lekat wajah putri bungsunya.
"Ayah tahu tidak tuan Reza_" kalimat Alisya disela ayahnya.
"Ayah sudah tahu semuanya nak." sela tuan Rendi mendapat tatapan penuh tanya dari putri bungsunya itu.
"Iya nak, tadi tuan Reza sudah menghubungi ayah, dia bilang kalau tadi kamu datang menemuinya." terang tuan Rendi.
"Kenapa kamu berbuat senekat itu Alisya." lanjut tuan Rendi dengan tatapan nanar.
"Iya Yah, sebelumnya Ica minta maaf sama Ayah, karena tidak meminta Izin dari ayah pada saat ingin menemui tuan Reza ayah." Alisya menunduk karena merasa bersalah sebab tadi iya pergi menemui tuan Reza tanpa meminta izin lebih dulu pada ayahnya.
" Tapi yah,,,tuan Reza Admaja tidak keberatan jika Alisya menggantikan posisi kak Ara menikah dengan putranya." Alisya kemudian menatap manik mata ayahnya sembari mengukir senyum cantik di bibirnya. sementara tuan Rendi yang mendengar penuturan putri kecilnya hampir kehabisan kata kata, sebab ia sendiri masih bingung harus sedih atau senang. di satu sisi saat ini tuan Rendi merasa tenang karena ia tidak menjadi pria yang ingkar akan janjinya sendiri, namun di sisi lain ia sendiri harus menikahkan putra sahabatnya itu dengan putri nya yang bahkan belum tamat sekolah menengah atas.
Sama dengan tuan Rendi, Bunda serta kakaknya hanya bisa diam menahan tangis mengingat pengorbanan anggota keluarga yang paling muda tersebut berkorban sejauh itu.
"Kalian kenapa sedih??" Alisya menatap Ayah, bunda serta kakaknya bergantian.
"Enggak sayang,,, nggak apa apa kok." kini ibunya yang menarik putrinya ke dalam pelukannya.
"Bunda jangan sedih gitu dong, seharusnya bunda senang sebentar lagi kan Alisya bakalan nikah. kali aja Alisya bisa cepat cepat kasi ayah sama bunda cucu." di dalam Suasana hati yang tidak menentu Alisya masih saja berusaha mencairkan suasana dengan leluconnya sembari mengedipkan sebelah matanya, hingga sang bunda menyentil jidatnya.
"Enak aja, masih anak anak sudah ngomongin anak." sahut bundanya pura pura marah sembari mengusap air matanya kemudian tersenyum kecil pada putri bungsunya itu.
"Kakak bingung dek harus sedih atau bahagia." kini giliran Tiara yang memeluk erat tubuh langsing adik kesayangannya.
"Kakak sedih karena Ica mau Nikah atau kak Ara sedih karena nggak bisa ngasih hadiah buat Ica ya??" lagi lagi Alisya mencoba mengukir senyum di bibirnya, untuk mencoba menghibur di saat semua bersedih karena memikirkan dirinya yang harus menggantikan kakaknya menikah di usia yang masih begitu belia.
"Bisa aja kamu dek bikin kakak selalu tersenyum." sahut sang kakak yang akhirnya ikut tersenyum.
" Sekarang nggak boleh sedih sedih lagi ya!!! Alisya mau ke kamar dulu, mau luluran biar tambah cantik kalau jadi pengantin nanti." Alisya kembali mengedipkan sebelah matanya jahil sebelum berlalu meninggalkan ayah,bunda serta kakanya menuju kamar miliknya.
Setibanya di kamar Alisya segera merebahkan tubuhnya terlentang sembari menatap langit langit kamarnya. sejenak Alisya memejamkan matanya kemudian kembali membuka mata setelah menarik napas dalam, seolah hari ini paru parunya membutuhkan asupan oksigen lebih dari hari biasanya.
"Ya Allah semoga keputusan yang aku ambil ini adalah keputusan yang terbaik, aku tidak perlu terlalu memikirkan bagaimana ke depannya, cukup menjalani nya dengan ikhlas serta menerima takdir darimu ya Allah." batin Alisya, tanpa sadar air mata yang sejak tadi dengan susah payah di tahan olehnya akhirnya kini lolos sudah di pelupuk mata indahnya.
Mungkin lelah dengan berbagai macam pemikiran yang berputar di kepalanya Alisya pun terlelap.
Flash back On.
Saat Alisya keluar dari ruangannya, tuan Reza Admaja segera menghubungi tuan Rendi.
"Halo assalamualaikum." saat panggilan dari ponselnya di terima oleh seseorang.
"Waallaikumsalam,,Mas Reza." jawab seseorang yang ternyata adalah tuan Rendi perdana.
"Tumben telepon jam segini mas." lanjut Tuan Rendi.
"Iya nih Ren, mas cuma mau bilang sama kamu kalau besok malam mas berencana mempertemukan putra mas dengan putri kamu, Alisya." kalimat tuan Reza bagai hantaman batu besar di dada tuan Rendi.
"Maksud mas." mengerti dengan kekhawatiran calon besannya itu membuat tuan Reza sedikit meyakinkan jika sahabatnya itu tidak perlu khawatir melepas putri bungsunya pada keluarga Admaja.
"Iya Ren, tadi Alisya dari kantor mas dia sudah mengatakan semuanya, dan mas tidak keberatan dengan permintaan putri kecilmu itu. selain itu mas hanya ingin menyampaikan padamu, jika kamu tidak perlu khawatir dengan pendidikan Alisya karena mas sendiri yang akan memastikan jika Alisya tetap akan melanjutkan sekolahnya mesti ia sudah menikah nanti." mendengar penjelasan tuan Reza membuat tuan Rendi tidak mampu mengelak lagi.
"Baik mas, jika itu sudah menjadi keputusan Ica maka saya hanya bisa menitipkan putri kecil saya pada mas, tolong jaga putri kecil saya seperti mas menjaga anak kandung mas sendiri." tanpa terasa air mata tuan Rendi beranak sungai di pelupuk mata. setelah sesaat mematikan sambungan teleponnya.
Usai menerima telepon dari tuan Reza sebagai ayah, hati tuan Rendi tidak menentu akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah lebih awal.
"Aku benar benar tidak menyangka jika putri yang selalu aku anggap gadis kecil manja, ternyata sampai memikirkan harga diriku. ia tidak mau kakaknya menikah karena harus mengejar cita-cita, tapi dia juga tidak ingin aku menjadi pria yang ingkar akan janjinya." Tuan Rendi terus bergumam dengan perasaan tidak menentu, di sela aktivitas nya mengemudikan mobil mewah miliknya.
Hingga baru beberapa saat ia tiba di rumah, Alisya pun tiba di rumah.
Flash back of.
Tuan Rendi saat ini tengah menyendiri di ruang kerjanya. air mata yang sejak tadi terus menggenangi kelopak mata, kini tumpah sudah beranak sungai di wajah tampan pria yang masih terlihat tampan meskipun telah memasuki usia empat puluh empat tahun tersebut. sebagai seorang ayah sekaligus cinta pertama bagi kedua putrinya, tuan Rendi tahu betul dengan sifat dan watak kedua putrinya. termasuk saat putri bungsunya itu terus mengukir senyum di hadapannya, tapi sebagai ayah ia tahu betul jika senyuman yang terus di tampilkan putrinya itu berbanding terbalik dengan suasana hatinya saat ini. tuan Rendi tahu betul jika saat ini putri bungsunya itu pasti sangat sedih karena harus menerima kenyataan ini, namun ia sangat pandai menyembunyikan perasaannya dari orang lain termasuk keluarganya sendiri.
Walaupun terlahir sebagai seorang anak gadis tuan Rendi tahu betul jika putri bungsunya itu sedikit banyaknya mewarisi sifatnya yang pandai menyembunyikan perasaannya. mengingat itu semua semakin membuatnya berurai air mata, sampai sebuah ketukan di balik pintu ruang kerjanya membuatnya segera mengusap wajahnya sarkas. bukan karena tidak ingin terlihat sedang menangis di depan orang lain, namun tuan Rendi tahu betul jika ada dari salah seorang anggota keluarganya terlebih lagi sang istri melihatnya dalam keadaan seperti itu, bisa jadi nyonya Sarah akan lebih sedih lagi dari dirinya. sebab sejak Ara menolak perjodohan itu nyonya Sarah terus mengkhawatirkan Alisya, takut jika apa yang di katakan Alisya benar benar akan di wujudkan gadis itu. namun sebagai kepala rumah tangga ia tetap berusaha menenangkan istrinya, walaupun ia sendiri pun tidak bisa tenang. hingga sampai hal itu benar benar menjadi kenyataan saat sahabatnya, Tuan Reza tadi menghubungi nya siang tadi.
"Ayah_" sapa nyonya Sarah ketika suaminya membuka pintu yang tadi sengaja di kunci dari dalam.
"Ayo Bun sebaiknya kita segera makan malam, kasian anak anak lama menunggu!!" ajak tuan Rendi merangkul pinggang istrinya, seakan sudah tahu betul dengan rutinitas keluarga nya yang makan di jam tersebut.
"Iya Yah." sahut Nyonya Sarah usai beberapa saat menatap lekat raut wajah suaminya yang terlihat jelas habis menangis, terlihat dari matanya yang sedikit sembab. namun Nyonya Sarah tidak berani bertanya apalagi memberi komentar, karena bagaimanapun sebagai seorang istri ia tahu jika saat ini suaminya itu pasti tengah memikirkan nasib putri bungsu mereka yang harus menikah di usia yang terbilang masih sangat belia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Nur Hayati
semoga mereka bahagia🥰
2022-04-15
1
endang maw321
Bangga dengan si bungsu yang mau berbesar hati demi nama baik keluarganya, semoga saja pengorbanannya tidak sia-sia
2022-04-12
1
Sri Wahyuni
s tiara kan bsa nerusin cita2 y stelah menikah bnyk ko d dunia nyata jg yg bgtu
2022-04-10
1