Usai manggung Alisya segera kembali ke rumah dengan menggunakan sebuah taksi online. senyum terus menghiasi wajah cantik Alisya, mengingat hari ini ia tampil tanpa harus mendapat hambatan satu apapun, termasuk panggilan telepon dari sang ayah yang biasa terus masuk ketika kakaknya sudah tiba di rumah tanpa dirinya.
"Bibi kok sepi sih?? ayah, bunda sama kak Ara lagi nggak di rumah??" pertanyaan Alisya saat mendapati rumah sepi.
"Ada non,,,ibu sama bapak lagi di atas, di kamar non Ara." jawab bibi yang tengah sibuk menyiapkan makan malam.
"Oh gitu,,,,ya udah bi, Ica ke kamar dulu ya." ucap Alisya yang kemudian melangkah menapaki anak tangga.
Baru saja tiba di lantai dua sayup sayup Alisya mendengar suara tangis dari kamar kakaknya yang tepat di samping kamarnya.
"Itu kayak suara Kak Ara." gumam Alisya
"Tapi kayak lagi nangis deh,,,,apa kak Ara ketahuan bohong sama Ayah." lanjut Alisya mengira kakaknya ketahuan ayahnya bohong karena melindungi dirinya. mengira kakaknya di marahi ayahnya karena dirinya, Alisya pun dengan segera memasuki kamar Tiara yang masih tertutup. baru saja hendak membuka handle pintu, Alisya mendengar Tiara bersuara di sela tangisnya.
"Yah,,,Ara tidak ingin menikah sekarang." duuueeeerrrr,,,suara Ara bagai petir di siang bolong, sontak Alisya pun segera melanjutkan langkahnya dengan membuka handle pintu kamar kakaknya.
"Ica" Alisya tidak menjawab sapaan Ayahnya karena masih syok dengan apa yang baru saja di dengarnya, ia hanya mampu menatap ke arah ayah serta bundanya bergantian. seakan bertanya tentang kebenaran dari ucapan kakaknya barusan.
"Ayah,,,tolong mengerti posisi Ara, bukannya Ara ingin menolak keinginan ayah, tapi Ara benar benar tidak bisa Ayah." mendengar sekali lagi kalimat kakaknya yang di sertai air mata, membuat Alisya yakin jika apa yang baru saja di dengarnya bukanlah sebuah candaan. Alisya pun melanjutkan langkahnya ke tepi ranjang di mana sang bunda tengah memeluk tubuh kakanya yang masih terus menangis sesenggukan.
"Ara bukannya Ayah tidak mengerti dengan posisi kamu sayang, hanya saja kami sudah terlanjur berjanji akan menikahkan anak kami saat sudah dewasa." Akhirnya tuan Rendi kembali bersuara.
"Sebagai pria dewasa, ayah tidak mau di katakan ingkar janji sayang, dengan membatalkan perjodohan ini." lagi lagi tuan Rendi memberi pengertian pada putri sulungnya.
"Tapi ayah,,," kembali Ara melancarkan protes pada sang ayah.
"Ara sayang, ayah mohon pengertian kamu, dan ayah harap kamu mulai bersiap, mengingat sebulan lagi kamu akan ujian nasional untuk kelulusan, itu artinya dua bulan yang akan datang pernikahan kamu dengan anak teman papa akan segera di langsungkan." mendengar ucapan tegas dari sang ayah membuat air mata Ara semakin tak terbendung. melihat air mata yang terus membasahi pipi kakaknya membuat hati Alisya perih bagai di sayat belati.
"Kak jangan menangis lagi,,,,Ica di sini " kini Alisya yang memeluk erat tubuh rapuh kakaknya sembari mengusap lembut punggung Ara untuk memberi kekuatan. sementara sang bunda hanya bisa menangis tak tega melihat putri sulungnya terus berurai air mata.
"Bun,,,tolong Ara bunda, tolong katakan pada ayah kalau Ara tidak ingin menikah sekarang, apalagi dengan pria yang sama sekali Ara nggak cinta bunda." mendengar rintihan putrinya membuat hati nyonya Sarah menjadi tidak tega, namun ia sendiri pun sudah berjanji pada sahabat mereka jika akan menikahkan putri mereka dengan putra sahabat mereka tersebut saat dewasa nanti, dan waktu itu sudah tiba.
"Ayo dong Bun bantu kak Ara buat ngomong sama ayah!!" Alisya beralih menggenggam tangan bundanya dengan tatapan mengiba.
"Maafkan bunda sayang, bunda belum bisa jadi bunda yang baik, karena tidak bisa membujuk ayah kalian." tumpah sudah air mata yang sejak tadi terus tertahan di peluk mata bundanya.
Sebenarnya beberapa kali nyonya Sarah sudah mencoba untuk membahas masalah ini dengan suaminya, ia meminta suaminya untuk sekedar menunda pernikahan tersebut, namun mengingat putra dari sahabat mereka itu akan segera melanjutkan pendidikan di luar negeri makanya suaminya tidak bisa menunda pernikahan itu.
"Sekali lagi bunda minta maaf sayang, karena tidak bisa berbuat apa apa." dengan berat hati nyonya Sarah melepas genggaman tangan putri bungsunya yang juga coba membujuk nya.
"Ya Tuhan apa yang bisa aku lakukan untuk menolong kak Ara." batin Alisya dengan genangan di pelupuk matanya.
Alisya tahu betul jika kakaknya itu sejak dulu bercita cita menjadi seorang dokter, jika pernikahan itu tetap di laksanakan bisa jadi kakaknya harus mengubur dalam dalam cita citanya tersebut. dan Alisya tidak ingin itu terjadi, sebab jika itu sampai terjadi sama akan menghancurkan masa depan serta harapan kakaknya.
"Bunda tolong katakan pada ayah jika Ica yang akan menggantikan posisi kak Ara menikah dengan anak sahabat ayah dan bunda" entah apa yang ada di pikiran Alisya sampai ia berucap demikian.
"Kamu ngomong apa sih Ca'" selidik bundanya tidak percaya dengan apa yang barusan di ucapakan putri bungsunya yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun.
"Ica sungguh sungguh dengan ucapan Ica Bun." Alisya mencoba meyakinkan bundanya akan ucapannya barusan.
"Apa kamu pikir pernikahan itu sebuah lelucon Ca" ucapan bundanya yang cukup keras terdengar oleh ayah Alisya, yang hendak kembali ke kamar Ara untuk menanyakan alasan kenapa tadi Alisya pulang telat. namun belum sempat menanyakan alasan mengapa putri bungsunya itu sampai telat pulang kerumah, lagi lagi ia harus mendengar ucapan yang menurutnya gila dari mulut putri bungsunya itu.
"Apa kamu terlalu banyak membaca novel Ca, sampai kamu bercanda seperti itu??" ayahnya yang mendengar ucapan Alisya tadi di buat kesal, bagaimana tidak baru saja kelas satu SMA ia mau menggantikan posisi kakaknya untuk menikah. bukan hanya Ayahnya yang terkejut bunda serta Ara pun sama terkejutnya dengan ucapan Alisya tadi.
"Ica tidak lagi bercanda Yah, lagian Ica memang ingin menikah muda." jawab Alisya asal, agar ayah, bunda serta kakaknya tidak merasa jika ia terpaksa melakukan semua itu.
"Kayaknya Asyik juga nikah muda." dengan terpaksa Alisya harus mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan hatinya.
"Semangat Alisya,,,," Alisya terus menyemangati dirinya dalam hati.
"Selama ini kak Ara sudah terlalu banyak memberikan kasih sayangnya padaku, sebagai adiknya sudah saatnya aku berkorban demi kebahagiaan kak Ara." lanjut batin Alisya dengan senyum sedikit di paksakan di wajah cantiknya.
"Alisya,,, ayah tahu kamu melakukan itu karena bentuk kasih sayangmu pada kakakmu, tapi kamu harus tahu sayang,,, sekalipun ayah setuju dengan ide kamu, belum tentu sahabat ayah Tuan Reza Admaja serta istrinya setuju dengan semua itu."Tuan Rendi mencoba memberi pengertian pada putri bungsunya.
"Dek,,, kakak tahu kamu sayang sama kakak, tapi kakak juga tidak ingin kamu sampai berkorban sejauh ini buat kakak." Di satu sisi Ara seharusnya merasa senang karena ada orang lain yang akan menggantikan posisi nya, namun di sisi lain Ara juga tidak tega sebab orang yang harus menggantikan posisinya itu adalah adik kesayangannya sendiri.
"Kakak tenang aja Ica nggak terpaksa kok."lagi lagi Alisya mencoba menutupi perasaannya saat ini dengan senyum palsu di bibirnya.
"Ayah tidak perlu khawatir, asalkan ayah setuju dengan permintaan Ica, kalau tentang Tuan Reza serta istrinya serahkan pada Ica." lanjut Alisya sembari melangkah mendekati ayahnya.
"Ayah pusing Ca, sampai ayah tidak tahu harus menjawab apa." jawab tuan Rendi sembari mengacak frustasi rambutnya akibat ide gila putri bungsunya. kemudian tuan Rendi pun keluar dari kamar putri sulungnya di ikuti oleh istrinya yang juga kehabisan kata kata. sekarang tinggal kedua Kakak beradik itu di sana.
"kakak nggak usah sedih lagi dong!!" ucap Alisya kembali memeluk tubuh kakaknya.
"Tapi dek,,," kalimat Ara menggantung.
"Kakak nggak usah khawatir kalau masalah Tuan Reza dengan istrinya biar menjadi urusan Ica. yang harus kakak pikirkan sekarang adalah hadiah apa yang akan Kakak berikan pada Ica jika Ica berhasil membujuk tuan Reza serta istrinya." Kini Alisya benar benar mengesampingkan perasaannya demi sang kakak.
"Dek apa kamu yakin akan mengorbankan masa depan kamu demi kakak??." dengan tatapan menyelidik Ara menatap lekat wajah adiknya.
"Tentu saja kakakku sayang, apa wajah Ica terlihat lagi bercanda. lagi pula setelah menikah Ica akan tetap sekolah kok, nggak mungkin juga kan kalau putra dari pengusaha ternama mau punya istri bodoh karena nggak sekolah" Alisya mencoba tertawa, namun Ara yang melihat bola mata sang adik hanya bisa menangis kemudian memeluk adiknya, ia tahu betul jika saat ini perasaan adiknya pun sama dengannya tadi, terpaksa menikah dengan orang yang tidak di cintai bahkan di kenalnya sebelumnya.
"Apapun akan Ica lakukan demi kebahagiaan kakak." batin Alisya sembari berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Selamet Cahyadi
pasti
2025-02-20
0
Sita Redjeki
psti co.keanu
2022-12-31
0
Haslinda
yah aku kira yg dijodohkan ama anaknya reza,tasya ama anaknya raka,nadin tp ternyata anaknya rendi,sarah
2022-04-06
2