"mbok Ratni ayo sambung cerita kemaren"
ucap Mutiara menarik tangan mbok Ratni membawanya duduk ke sofa.
"Maaf nyonya saya tidak bisa memberitahu kan lebih banyak lagi, jika nyonya penasaran coba tanyakan langsung pada tuan Dimas, saya pamit mau lanjutin pekerjaan saya dulu nyonya"
mbok Ratni membungkuk sambil berlalu ke
dapur.
"Aah payah sekali bahkan mbok Ratni tidak mau diajak kerjasama"
celotehnya
****
"Bagaimana kabarmu Dimas, kenapa kamu meninggalkan mansion ?"
ucap pria paruh baya yg duduk sambil menyilang kan kakinya
"Tidak perlu basa-basi katakan apa maksud mu memanggilku"
balas nya ketus
"jaga bicaramu Dimas dia adalah orang tuamu, sopan lah sedikit padanya"
sarkas wanita yg disebut nyonya Adiwijaya.
"Sudahlah ayo kita sarapan sudah lama rasanya kita tidak berkumpul bersama"
tuan Adiwijaya beranjak dari duduknya menepuk-nepuk pundak Dimas.
"Tidak perlu,jika tidak ada yg terlalu penting saya akan pergi masih banyak pekerjaan yg jauh lebih penting dari pada melakukan hal tidak berguna bersama kalian"
tuan Adiwijaya terlihat sangat kesal dengan sikap Dimas.
"Ada apa dengan sikapmu Dimas? bukannya menyambut kedatangan kami kamu malah membuatku kesal, kami kembali dari luar negeri kesini hanya untuk menemui mu, karena kami rindu padamu"
"Ciih rindu katanya?"
Dimas tidak menanggapi omongan tuan Adiwijaya lagi, dia melangkah keluar mansion.
"Sudahilah menyalahkan ibumu ini atas kematian anak dan istrimu itu"
teriak tuan Adiwijaya saat melihat Dimas pergi, teriakan tuan Adiwijaya membuat langkah nya berhenti berbalik.
"Bahkan otakmu sudah dicuci oleh wanita sialan itu"
tunjuk Dimas pada ibu tirinya sambil berlalu tanpa mempedulikan ekspresi keduanya.
"Anak itu benar-benar keras kepala kalau bukan karena warisan itu aku sudah lama menguburnya hidup-hidup"
"Sudahlah pa ayo kita sarapan"
bujuk nyonya Adiwijaya padanya.
"Cari informasi dimana Dimas tinggal sekarang"
perintah tuan Adiwijaya pada seseorang di seberang sana.
Dimas yg merasa kesal dan emosi duduk di bangku di tepi danau untuk menenangkan hatinya, semua memori masa kecilnya kembali berputar-putar di kepalanya.
flashback...
"PLAK !!"
sebuah tamparan mendarat di pipi seorang pria
"Bajingan kamu mas beraninya kamu berselingkuh dengan perempuan itu"
wanita itu terus membuat serangan padanya pria itu berusaha menghindar dan mengatakan.
"Kenapa kamu harus marah bukankah kamu juga sudah tidak suci saat menikah dengan ku"
sambil menepis tangan yg memegang kera bajunya itu.
"bahkan aku tidak yakin anak itu adalah anakku" tunjuknya pada anak laki-laki usia 5 tahun yg tengah meringkuk ketakutan melihat pertengkaran orang tuanya itu
"Dia adalah darah daging mu mas aku bersumpah akan hal itu" ucapnya sambil terisak meluapkan kesedihan.
"Omong kosong aku tidak percaya akan hal itu"
pria itu tidak mempedulikan lagi ucapan nya, setelah nya perempuan itu ambruk, berhari-hari tak sadarkan diri hingga suatu hari dia sadar dan meminta pengacara untuk mengurus semua hak warisan nya ditulis atas nama Dimas Adiwijaya beserta keturunannya.
Disitu juga tertulis bahwa jika Dimas Adiwijaya meninggal maka semua warisan akan disumbangkan kepada panti asuhan dan orang-orang yg membutuhkan.
Selang beberapa hari setelah nya wanita itu meningal dunia.
Ingatan itu selalu saja menghantui pikiran Dimas
"Siapa ayahku ? apa benar dia bukan ayah kandung ku?, oh tuhan beri aku petunjuk"
lirihnya frustasi.
****
"Mas ada apa dengan mu? apa kamu sakit?"
tanya Mutiara saat membukakan pintu untuk Dimas, Dimas yg terlihat lelah dan kusut langsung masuk ke kamar nya tanpa sepatah katapun.
Mutiara yg merasa bingung mengekor di belakangnya.
"Aku buatkan susu panas ya?"
tawar nya sambil tersenyum manis.
namun Dimas tiba-tiba memeluk pinggang Mutiara dan meletakkan dagunya dipundak Mutiara dan menghirup dalam aroma tubuh wanita yg sudah sangat dicintainya itu.
"Tetaplah disini temani aku"
pintahnya tanpa melepas pelukannya.
"Ada apa mas ?, apa ada yg menggangu pikiran mu?"
"Aku hanya merindukan ibuku"
Dimas mencium leher Mutiara dengan lembut.
"yes sepertinya kesempatan yg bagus untuk memancingnya agar menceritakan masa lalu dan keluarganya"
"Bukankah tadi kamu sudah menemui papa dan mama mas"
tanyanya sambil menahan geli karena bibir itu sudah meninggalkan jejak kemana-mana.
"Aaaah !!"
desahnya saat Dimas mencium dan meniup belakang telinga nya.
"Mas hentikan, aku ingin tahu kenapa kamu bilang kamu tidak memiliki ibu lagi? kan masih ada ibu tiri"
mendengar ucapan Mutiara Dimas menghentikan aktivitas nya.
"Apa kamu sungguh ingin tahu alasannya ?"
tatap Dimas sambil memegang kedua belah pipi Mutiara.
"ayo ngomong aku sungguh ingin tahu ,aku sangat penasaran"
Mutiara mengangguk dengan mata yg berkilau seperti anak kecil yg sedang meminta sesuatu pada ibunya
"menggemaskan sekali"
namun bukannya bicara Dimas malah ******* bibir Mutiara dan mengangkatnya ke tempat tidur.
"kamu sungguh ingin tahu kan? tapi untuk itu kamu harus membayarnya dulu"
ucapnya sambil ******* kembali bibir **** itu. ciumannya berpindah ke leher pundak dan dada Mutiara
"Aaaaah"
desahnya karena tak tahan dengan perlakuan Dimas, mendengar ******* merdu Mutiara Dimas semakin tersulut nafsunya.
"Huek !!!"
"Huek !!!"
kali ini Mutiara memuntahkan semua isi perutnya ke badan Dimas.
"Aaaaa kamu sungguh tidak membiarkan aku menyentuh ibu mu nak?"
teriaknya pada perut Mutiara yg sudah mulai sedikit membuncit itu.
"Mas maafkan aku"
"sudahlah"
Dimas langsung kekamar mandi untuk membersihkan badannya sekalian untuk hasratnya yg belum tersalurkan tadi.
"Aaah Daren apa kamu sudah bersekongkol dengan anak mu itu, aku tidak dapat membayangkan kalau dia sudah lahir nanti entah bagaimana dia akan menyiksaku"
Mutiara terkekeh sendiri membayangkan muka kesal Dimas.
****
"Sebelum pulang bisakah kamu mengantarku ke rumah sakit sebentar ?"
tanya Sindi sambil masuk kedalam mobil Daren.
"ho'o"
jawabnya singkat sambil melajukan mobilnya
"Apa dia sakit ya ? sepertinya baik-baik saja"
gumam Daren dengan raut muka yg tidak berubah.
sesekali Sindi meliriknya tak ada yg bersuara diantara Mereka.
"kenapa dia terlihat sangat menawan si ?, bahkan dengan raut wajah yg begitu saja dia terlihat sangat cool, oh tidak, ada apa dengan pikiran ku ini?"
"Sudah puas memandangiku, aku tahu aku tampan tidak perlu mengagumi ku seperti itu"
ucap Daren tanpa menoleh sedikit pun.
"Aduh kan ketauan"
"A-apaan sih PD kali"
balasnya gelagapan sambil merapikan poninya
"untuk apa kamu ke rumah sakit"
tanya Daren penasaran.
"hanya untuk mengambil hasil pemeriksaan"
ucapnya cuek.
"Hasil pemeriksaan ?, apa kamu sedang sakit ?"
belum sempat Sindi menjawab Daren sudah memotong.
"Ya tuhan, apa aku menikahi seorang perempuan penyakitan, papa kenapa kamu jodoh kan aku dengan perempuan ini, aaa tapi tidak apa-apa jika dia penyakitan dan mati aku bisa bebas, i love you Mutiara" ungkapnya
"jahat sekali"
mata Sindi berkaca-kaca mendengar ucapan Daren dia sungguh tidak menyangka Daren memiliki mulut yg pedas, tapi dia penasaran dengan kata-kata terakhir Daren.
"Mutiara?, aah mungkin hanya kebetulan saja namanya sama"
ucap Sindi dalam hati dan tidak menghiraukan nya lagi.
****
Happy Reading..
Jangan lupa
Like
vote
Dukungannya ya.
Terimakasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Nyonya Gunawan
Daren mulutny g' bsa di rem..
2022-02-20
0
Syamsiyatun Nur Hasanah
ayo Sindi... satuin mutiara sama Daren
2022-02-19
0
Kayla Hasifa Hasifa
buat dimas yang sabar yaa..
mungkin dede bayi nya gak mau di campuri biar ngepelek mirip om Deren 😁😁😁
kayak"nya sindi lebih dulu jatuh cinta sama Deren duluan😁😁😁
2022-02-16
0