Bab - 2 Pekerjaan baru

"oo yah,,? ibu sangat senang mendengar nya, Mutiara dari mana kamu bisa mendapatkan uang secepat itu nak? " tanya ibu kepada ku.

"hm anu, itu ada orang baik yg memberikan nya pada ku Bu"

Aku terpaksa berbohong karena tidak mau membuat ibu dan adik ku sedih jika mengetahui bahwa aku meminjam uang ke rentenir.

Ibu sangat peka aku tahu dia tidak akan percaya begitu saja, karena selama ini aku tidak perna berbohong pada nya.

"Tidak masalah nak jika kamu tidak mau bicara pada ibu dari mana kamu dapat uang itu, yg penting itu uang yg kamu dapat dengan cara halal, ibu tau kamu berbohong"

Sambil mengusap lembut puncak kepala ku ibu berlalu pergi, Aku hanya terdiam melihat ibu keluar dari kamar. Bagaimana jika ibu tahu bahwa aku mendapatkan uang itu dari si alis celurit, ibu pasti marah.

"Huuu...!!" ku hembus nafas kasa.

Keesokan hari nya aku berjalan kaki berjualan gorengan keliling seperti biasa, dibawah terik mentari yg menyentuh kulit mulus ku dengan sedikit peluh yg membasahi kening namun tak mengurangi sedikitpun semangat dan tekadku, aku heran walau sering berpanas-panasan tapi kulit ku tidak gosong, masih terlihat putih dan sehat, cuma itu nilai plus pada diri ku. Ditengah berkeliling aku melihat tulisan.

"Lowongan Pekerjaan" disebuah toko furnitur, toko tersebut menerima karyawan tanpa syarat dan ijazah. Waw aku semoga nasib baik berpihak padaku kali ini.

Aku memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di toko tersebut.

"Permisi pak, apa masih ada lowongan pekerjaan disini ?"

tanya ku pada pria paru baya yang duduk santai di depan toko.

"Oh tentu masih ada neng, kebetulan saya lagi butuh karyawan"

jawab nya yang merupakan pemilik toko.

"Boleh kah saya bekerja disini pak, tapi saya tidak memiliki ijazah"

ucap ku dengan mata berbinar berharap diterima.

Terima terima aku mohon! Aku berdoa dalam hati

pemilik toko memperhatikan ku dari atas sampai bawah, menatap ku lekat. Jangan bilang terpikat dengan pesona ku. Bisa berabe, bukan nya dapat kerja Malah di tuduh pelakor sama bini nya ntar, aku bergidik ngeri membayangkan dijambak istri pak tua ini. Jiwa kepedean selalu melekat pada ku yang dijuluki kembang desa walau hidup dipinggir kota ini, aku sedikit sombong masalah fisik.

"Baiklah mulai besok datanglah kesini, tugas mu hanya membuka dan menutup toko, membersihkan debu pada furnitur dan melayani pelanggan, bekerja mulai dari pukul 8 pagi dan pulang pukul 5 sore" rupanya aku diterima gaes, senang sekali. Ini menjadi pekerjaan terbaik ku selama aku hidup.

"Terima kasih pak, sekali lagi terima kasih, besok saya akan datang sesuai dengan waktu yg bapak perintahkan"

Aku sangat senang kuncup bunga sedang bermekaran di hati ku, aku seperti orang yang sedang jatuh cinta. Eeh ngomong ngomong soal cinta, aku tidak tahu itu apa seumur hidup aku belum pernah jatuh cinta.

Punya fisik hampir sempurna tidak menjamin percintaan ku, bukan tidak ada pria yang mau, banyak yang ngantri malahan. Tapi aku tak punya waktu untuk itu, masalah kehidupan ku jauh lebih penting, masalah jodoh biar tuhan dan author yg ngatur.

"Maaf sebelum nya pak, bagaimana dengan masalah gaji ?"

Aduh kok malah nanya gaji sih? Mulut ku ini memang tidak bisa dikontrol,

"Kalau soal gaji saya bisa kasih 1 juta lima ratus ribu Rupiah untuk 3 bulan pertama, dan akan naik sesuai kinerja kerja kamu di bulan berikut nya".

Rupanya si bapak baik juga, walau gaji segitu aku sudah sangat bersyukur, yang penting tidak panas panasan lagi jualan gorengan.

"Ok pak saya tidak keberatan masalah gaji, sekali lagi terimakasih ya pak, saya pamit lanjut jualan dulu ya pak, besok saya akan kesini lagi"

Aku pergi melanjutkan jualan dengan hati yg gembira, Seperti mendapat durian runtuh aku berjalan sambil bersenandung bahagia, akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan. Terlihat lebay memang, tapi kan tingkat bahagia seseorang berbeda beda.

Hari ini gorengan ku ludes terjual, seolah menambah rasa gembira yg ada di hati ku.

" ibuu !!"

pekik ku dari depan pintu dengan senyum yg tak lepas dari mulut ku, membuat ibu terlonjak berlari tergopoh-gopoh khawatir mendekati ku.

"Ada apa Mutiara ?, apa yg membuat kamu berteriak seperti itu nak ?"

ibu penasaran dengan tingkah ku, mungkin dia ngira aku ketempelan.

"Masuk lah dulu, kata kan pada ibu apa yg membuat putri kesayangan ibu segembira ini ?"

tanya ibu lagi sambil membaca ayat kursi dan meniupkan ke ubun-ubun ku. Aku terkikik geli.

" Ibu aku tidak kesurupan, hari ini gorengan ku habis terjual semua, dan yg paling menggembirakan besok anak mu yg cantik ini akan bekerja di toko furnitur yg tak jauh dari rumah kita"

ucap ku dengan PD nya, sambil memukul-mukul dada bangga.

Ibu sangat gembira mendengar ucapan ku.

"Alhamdulillah, semoga anak anak ibu selalu di berkahi"

"Amiin"

ucap kami bersamaan.

Keesokan pagi nya aku berangkat untuk bekerja, ditempat kerja aku diberi arahan oleh pak Anto yg merupakan pemilik toko, ya namanya pak anto, pak Anto memperkenalkan ku pada seorang karyawan nya yg sudah satu bulan bekerja disitu.

"Mutiara ini adalah Sindi satu-satu nya karyawan perempuan ditoko saya"

"Hai Sindi saya Mutiara karyawan baru disini, senang berkenalan dengan mu"

aku memperkenalkan diri, sok akrab. Namun Sindi terlihat cuek dan melanjutkan pekerjaan nya. pak Anto pun meninggalkan kami.

Setelah pak Anto tidak kelihatan lagi Sindi yg tadi nya cuek menghampiri Mutiara.

" kamu yakin mau bekerja disini ?"

tanya Sindi, dengan nada meledek.

"Saya sangat yakin, emang nya kenapa kamu kok nanya gitu sin?"

Aku jadi penasaran dengan kata kata Sindi.

"Tidak apa-apa, dilihat lihat dari paras dan ukuran body kamu mungkin bisa dapat pekerjaan yg layak, menjadi model misal nya"

Tak heran sih, orang yang belum kenal Aku pasti berfikiran begitu. Sekali lagi aku Cantik. Cihuii ..

"huus !!, jangan mengejek ku seperti itu, mendapatkan pekerjaan ini saja sudah cukup bagi ku, aku tidak sekolah,ijazah ku hanya sampai SD"

ucap ucap ku merendah serendah rendahnya sampai nyungsep, canda nyungsep.

"Maaf Mutiara aku tidak bermaksud menyinggung mu, aku hanya bergurau saja"

kata Sindi dengan ekspresi yg lucu.

"Sudah lah lupakan saja"

kami pun ketawa bersama, entah menertawakan apa?.

Tadi nya aku mengira Sindi adalah orang yg sombong dan cuek, tapi ternyata Sindi orang nya asik diajak ngobrol.

"O ya Mutiara disini pekerjaan kita tu banyak apakah kamu sanggup ?"

tanya Sindi, hm meremehkan wanita tangguh seperti ku, belum tau aja dia kekuatan super seorang Mutiara.

"Sindi aku sudah pernah mengatakan kalau aku sanggup, tidak ada pekerjaan yg berat disini, diri mu seperti meremehkan kekuatan ku saja"

ucap ku sambil mengangkat tangan memperlihat kan otot lengan ku, sayang tidak seperti otot popaye.

Sindi terkekeh dengan kelakuan ku, dengan posisi yg masih tangan terangkat aku berkata.

"Begini Sin kalau hanya untuk menyapu, mengelap debu dan menutup pintu. Lengan ku yg kecil ini masih kuat kok"

"Yakin ?, nanti nangis"

ejek Sindi pada ku.

"Tapi beneran disini tu pekerjaan kita banyak kadang sambil nguli juga"

Sindi sambil tertawa.

aku tidak pedulikan perkataan Sindi bagi ku itu cuma lelucon Sindi saja.

kami bercerita sambil menyapu dan mengelap perabotan tak terasa waktu istirahat makan siang dan shalat zhuhur pun tiba.

aku memang tidak pernah meninggal kan waktu shalat aku adalah anak yg rajin beribadah, selesai shalat aku menemui Sindi. Sindi yg tengah membuka bekal makan siang nya pun menoleh pada ku.

"kamu gak bawa bekal ?"

tanya Sindi.

Lah harus bawa bekal ya?

"nggak Sin, aku kira makan siang kita ditanggung bos"

Dengan raut lesu aku duduk di samping Sindi.

"Kamu kira siapa bos kita ? Rafi Ahmad ?, yg mentraktir makan karyawan nya, asal kamu bos kita tu seperti ini"

Sindi berkata sambil menggenggam kan tangan nya, aku yg tak mengerti maksud Sindi cuma bisa bengong.

" Ini arti nya pelit" jelas Sindi.

aku hanya terkekeh dengan kalimat Sindi.

"Sudah ayo makan bersama kita"

ajak Sindi.

"Nasi mu sedikit, hanya muat mengisi seperempat lambung ku saja"

"Tidak perlu banyak alasan, aku tau makan mu banyak tapi karena hari ini masih panjang sampai pulang sore nanti makan la sedikit, kasian cacing cacing mu nanti mereka pargoy"

aku terkekeh mendengar ucapan Sindi, kami pun makan bersama. Ternyata Sindi orang nya baik dan humoris dihari pertama bertemu saja kami sudah akrab.

Setelah waktu istirahat siang selesai aku melanjutkan pekerjaan ku , tapi karena pekerjaan nya sedikit aku lebih banyak duduk. aku merasa bosan sedangkan Sindi masih terlelap tidur siang, aku tidak membangunkan nya karena aku pikir tidak ada pekerjaan lagi.

Aku pun lanjut berkeliling toko, aku penasaran dengan setiap sudut toko hingga aku sampai pada pintu belakang, aku pun coba membuka nya.

"Oo ternyata ini hanya gudang kayu dan busa"

pikir ku.

*****

Sindi

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

kayaknya seru deh

2022-02-28

0

Siroth Arsy

Siroth Arsy

cakepan cindi

2022-02-19

0

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

masih nyimak dlu y thor..

2022-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab - 1 Mutiara Aurora
2 Bab - 2 Pekerjaan baru
3 Bab - 3 Sahabat Pertama
4 Bab - 4 Dipecat
5 Bab - 5 Simalakama
6 Bab - 6 Mami Tiara
7 Bab - 7 Mahkota yg Rusak
8 Bab - 8 Rindu Sahabat Pertama
9 Bab - 9 Kepikiran Dia
10 Bab 10 Rencana Daren
11 Bab 11 Dipermalukan Didepan Umum
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Hari Pernikahan
14 Bab 14 Kabar Burung
15 Bab 15 Menerima Perjodohan
16 Bab -16 Mencoba Melupakanmu
17 Bab - 17 Menunda Bulan Madu
18 Bab -18 Sabun oh sabun
19 Bab - 19 Tendangan Pagi Pertama
20 Bab -20 Memori Masa lalu
21 Bab - 21 Pria Tidak Berperasaan
22 Bab - 22 Menemui mu
23 Bab - 23 Sakit Perut
24 Bab - 24 Persalinan Mutiara
25 Bab - 25 Wajah yang mirip Daren
26 Bab - 26 Mutiara Yang Sama
27 Bab - 27 Farid
28 Bab - 28 Tangis pilu Daren (part 1)
29 Bab - 29 Tangis pilu Daren (part 2)
30 Bab - 30 Duka yg Bertubi-tubi
31 Bab - 31 Surat Terakhir Dari Sindi
32 Bab - 32 Ayo Hidup Bahagia Bersama ku
33 Bab - 33 Keceplosan
34 Bab - 34 Ibu baru yg protektif
35 Bab - 35 Pria yg Rapuh
36 Bab - 36 Mbok Ratni Dan Pria Misterius
37 Bab - 37 Makan Malam
38 Bab - 38 Menginap
39 Bab - 39 Diselamatkan Pria Misterius
40 Bab - 40 Balas Dendam
41 Bab - 41 Pertahanan yg runtuh
42 Bab - 42 Sisi Lain Daren ( Part 1)
43 Bab - 43 Sisi Lain Daren (part 2)
44 Bab - 44 Sebut namaku seorang
45 Bab - 45 Iming-iming Janji
46 Bab - 46 Amplop pembawa luka
47 Bab - 47 Daren yg terjebak
48 Bab - 48 Kembali nya Dimas
49 Bab - 49 Pertemuan Dimas dan Mutiara
50 Bab - 50 Mutiara yg tamak
51 Bab - 51 konsultasi dokter Hanan
52 Bab - 52 Melani Keguguran
53 Bab - 53 Usaha Daren
54 Bab - 54 Dianggap Patung
55 Bab - 55 Menonton
56 Bab - 56 Kedatangan Melani
57 Bab - 57 Kesedihan ibu
58 Bab - 58 Melepas Mutiara Mendapat Berlian
59 Bab - 59 Tanda kepemilikan Laura
60 Bab - 60 Rahasia terungkap
61 Bab - 61 Kebahagiaan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab - 1 Mutiara Aurora
2
Bab - 2 Pekerjaan baru
3
Bab - 3 Sahabat Pertama
4
Bab - 4 Dipecat
5
Bab - 5 Simalakama
6
Bab - 6 Mami Tiara
7
Bab - 7 Mahkota yg Rusak
8
Bab - 8 Rindu Sahabat Pertama
9
Bab - 9 Kepikiran Dia
10
Bab 10 Rencana Daren
11
Bab 11 Dipermalukan Didepan Umum
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Hari Pernikahan
14
Bab 14 Kabar Burung
15
Bab 15 Menerima Perjodohan
16
Bab -16 Mencoba Melupakanmu
17
Bab - 17 Menunda Bulan Madu
18
Bab -18 Sabun oh sabun
19
Bab - 19 Tendangan Pagi Pertama
20
Bab -20 Memori Masa lalu
21
Bab - 21 Pria Tidak Berperasaan
22
Bab - 22 Menemui mu
23
Bab - 23 Sakit Perut
24
Bab - 24 Persalinan Mutiara
25
Bab - 25 Wajah yang mirip Daren
26
Bab - 26 Mutiara Yang Sama
27
Bab - 27 Farid
28
Bab - 28 Tangis pilu Daren (part 1)
29
Bab - 29 Tangis pilu Daren (part 2)
30
Bab - 30 Duka yg Bertubi-tubi
31
Bab - 31 Surat Terakhir Dari Sindi
32
Bab - 32 Ayo Hidup Bahagia Bersama ku
33
Bab - 33 Keceplosan
34
Bab - 34 Ibu baru yg protektif
35
Bab - 35 Pria yg Rapuh
36
Bab - 36 Mbok Ratni Dan Pria Misterius
37
Bab - 37 Makan Malam
38
Bab - 38 Menginap
39
Bab - 39 Diselamatkan Pria Misterius
40
Bab - 40 Balas Dendam
41
Bab - 41 Pertahanan yg runtuh
42
Bab - 42 Sisi Lain Daren ( Part 1)
43
Bab - 43 Sisi Lain Daren (part 2)
44
Bab - 44 Sebut namaku seorang
45
Bab - 45 Iming-iming Janji
46
Bab - 46 Amplop pembawa luka
47
Bab - 47 Daren yg terjebak
48
Bab - 48 Kembali nya Dimas
49
Bab - 49 Pertemuan Dimas dan Mutiara
50
Bab - 50 Mutiara yg tamak
51
Bab - 51 konsultasi dokter Hanan
52
Bab - 52 Melani Keguguran
53
Bab - 53 Usaha Daren
54
Bab - 54 Dianggap Patung
55
Bab - 55 Menonton
56
Bab - 56 Kedatangan Melani
57
Bab - 57 Kesedihan ibu
58
Bab - 58 Melepas Mutiara Mendapat Berlian
59
Bab - 59 Tanda kepemilikan Laura
60
Bab - 60 Rahasia terungkap
61
Bab - 61 Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!