Bab - 4 Dipecat

Aku tidak bisa menyembunyikan wajah lesu ku dari ibu, sebisa mungkin ku buat senyum bahagia namun ibu masih tetap melihat kegelisahan ku.

"Apa ada masalah nak?"

tanya sambil mengelus puncak kepala ku.

"Tidak Bu, aku hanya sedikit lelah hari ini" Elak ku.

"Yasudah segeralah mandi, ibu sudah memasak untuk mu"

Ibu berlalu ke dapur, aku melakukan apa yg dikatakan ibu.

Aku berfikir keras bagaimana cara agar aku bisa mendapat uang untuk mendaftar sekolah Laura, apa mungkin aku harus meminjam ke rentenir lagi pikir ku, Entah sampai jam berapa ku bergelut dengan pikiran hingga dingin malam menyelimuti hatiku yg gunda, aku tertidur sampai esok hari mengganggu tidurku.

Aku masih lesu, beban pikiran ku pun sangat banyak. Berbagai cara Sindi lakukan menghibur ku.

"Ayo lah Mutiara senyum lah sedikit, kamu tau siang ini kenapa mendung? itu karena belum dapat senyum manis dari kau, kamu cantik banget mutiara. Aku yg cewek aja terpesona dengan mu"

Ca elah anak ini, lagak gombalan nya sudah seperti buaya darat yg garing, ingin muntah aku rasanya.

"Sin kamu suka aku? Kamu belok sin? Astaga kenapa aku baru sadar jadi selama ini kamu??!.. Oh tidak jangan mendekat"

Aku bergeser menjauh dari Sindi, agar menyempurnakan akting ku menanggapi gombalan garing nya tadi, Sindi melongo mulut nya terbuka lebar lucu sekali wajahnya kalau aku punya handphone yg memiliki kamera akan ku abadikan wajahnya itu.

Aku tau Sindi tidak mungkin seperti itu, aku hanya mengerjainya saja. Melihat wajah cengo nya sedikit menghibur ku.

"Anjiir.. Najis babi !! Kamu nuduh aku belok?! Oh my God!! Mutiara kampret, ih sebel aku tu. Dah la malas.."

Nah kan malah dia yg ngambek.

"Ha ha ha...!!" Tawa ku pecah, puas rasanya ngerjain Sindi.

" Nah gitu dong, kan cantik ketawa gitu. Gak apa apa kamu ngatain aku, asal kamu kembali ceria ya mutiara, sekarang ayo lanjutkan pekerjaan kita"

Ternyata Sindi cuma ngambek bohongan.

Mereka ketawa bersama sambil mengerjakan pekerjaan nya.

Walau pun terhibur dengan tingkah Sindi, tetapi hati dan pikiran ku masih risau dan cemas akan biaya pendidikan Laura.

BRUUKK,,!!!!

bunyi lemari hias yg terbuat dari kaca kristal roboh, Aku dan Sindi kaget.

"Apa yg terjadi Mutiara ?, lu nggak apa apa kan ?"

Sindi sangat cemas dan terkejut dengan kejadian itu.

"Mutiara jawab gua !!"

teriak Sindi sekali lagi mengagetkan ku.

"A-aku tidak sengaja, sungguh, aku tidak sengaja Sin, tolong bagai mana ini"

Aduh mati aku..

Aku sangat gugup dan ketakutan. Lemari kaca tersebut telah hancur, kepingan kaca nya berserakan kemana mana. Ku rutuki keteledoran ku ini.

Sindi panik tapi masih bisa menenangkan ku

"Tenang, tenang lah Mutiara kita berdua akan bertanggung jawab atas ini semua"

ucap Sindi.

"Tapi Sin ini adalah salah ku, kamu tidak perlu ikut bertanggung jawab"

Ini memang salah ku aku teledor.

Karena bunyi tadi juga terdengar oleh pak Anto yg berada di gudang kayu, dia segera ke depan untuk melihat apa yg terjadi di toko nya.

Pak Anto sangat terkejut.

"Apa apaan ini ? apa yg telah kalian perbuat terhadap lemari hias ku ini ?"

Bentak pak Anto, aku hanya bisa menunduk merasa bersalah.

"M-maaf pak Kami tidak sengaja, tadi aku dan Mutiara akan membersihkan lemari yg ada di belang lemari kaca ini, kami mengangkat nya dan ternyata berat kami tidak kuat menahan nya dan roboh,, sekali lagi maaf pak"

Aku menatap Sindi, dia menggeleng meminta ku tenang Sindi berbohong sambil memohon pada pak Anto.

"Maaf kata mu !!, apa kalian tahu berapa harga lemari ini ?, dan apa kalian tahu berapa kerugian yg ku alami

karena kecerobohan kalian"

Pak Anto benar benar emosi.

"Untuk mengganti kerugian yg kalian perbuat aku tidak akan mengeluarkan gaji kalian berdua, dan ini terakhir kali nya kalian menginjakan kaki sebagai karyawan disini"

Aku yg mendengar itu menangis terisak, tak tahan rasanya aku tidak ingin Sindi menanggung kesalahan ku, aku yg ceroboh, aku yg sudah membuat lemari itu jatuh jadi kalau ada yg harus bertanggung jawab itu adalah aku orang.

"Tidak pak jangan, jangan pecat Sindi, saya lah yg salah, saya tidak sengaja membuat lemari itu tumbang saat membersihkan nya tadi,

saya lalai saya tidak fokus tolong jangan pecat Sindi juga pak".

Pak Anto tak mempedulikan ucapan ku.

"tidak ada yg bisa mengubah keputusan saya"

"Pergi dari sini !!"

teriak pak Anto mengusir kami berdua tanpa belas kasihan

Aku sangat sedih, cobaan apalagi ini?, aku tidak mengira kejadian nya seperti ini atas kelalaian ku,alih-alih mendapatkan uang untuk sekolah Laura, aku malah harus kehilangan uang gaji yg akan digunakan untuk membayar hutang.

Apes apes, seperti nya aku harus mandi kembang tujuh warna buat buang sial.

"Mutiara sekarang kita harus bagaimana ?" tanya Sindi pada ku, aku kasian padanya gara gara aku dia ikut di pecat"

"Entahlah Sin, otak ku sungguh serasa akan pecah, semua ini salah ku, aku minta maaf pada mu karena aku kamu juga kehilangan gaji dan pekerjaan mu Sin"

Huuu.. Kenapa hidup ku tidak pernah kering dari air mata?

"Aku akan pulang Sin, apa kau mau ikut dengan ku"

tawar ku pada Sindi namun dia menolak, dia beralasan akan berkeliling untuk mencari pekerjaan lain.

"O ya Sin, bisa kau berikan nomor ponsel mu pada ku, siapa tau jika kelak aku punya handphone dan bisa menghubungimu"

Sindi berlari kesebuah warung kecil didekat mereka duduk untuk meminjam pena dan meminta selembar kertas, Sindi pun menuliskan nomor ponsel lengkap beserta alamat rumah nya.

"Jika kamu belum punya handphone tapi rindu sama ocehan aku datang lah ke rumah, pintu rumah ku terbuka lebar untuk mu Mutiara"

Sindi pun memeluk ku, kami menangis menenangkan satu sama lain.

"Dasar cengeng hapus air mata buaya mu, emang kamu kira kita tidak akan berjumpa lagi hah ?" Ledek ku menirukan gaya bicara Sindi.

Sindi yg mendengar nya pun terkekeh, sekali lagi kami berpelukan sebelum benar benar berpisah. Aku masih ditempat duduk yg sama setelah Sindi tidak kelihatan lagi aku melepaskan semua beban dengan teriak sekencang kencangnya, aku menangis meraung tidak mempedulikan reaksi orang sekitar terhadap ku.

"Sabar mbak, banyak laki laki lain. Mbak cantik pasti dapat ganti yg lebih baik"

Ucap Abang-abang penjual siomay yg gerobak nya entah sejak kapan mangkal disebelah ku, mungkin dia fikir aku galau karena putus cinta.

"Diam lu.. Bacot !!, beban hidup aku lebih berat dari sekedar mikirin cinta !" aku begitu stres sampai membentak Abang-abang tukang siomay.

"Huu.. Dasar cewek aneh !!" balas nya terlihat kesal atas umpatan ku.

"hee maaf bg, aku khilaf" ucap ku merasa bersalah sama tukang siomay yg sudah ku bentak.

Entah sudah berapa jam aku tidak bergerak dari duduk ku hingga saat suara azan magrib menyadarkan ku dari lamunan.

Aku teringat akan Ibu dan Laura, aku pun bergegas untuk pulang. setiba di rumah aku langsung mandi dan melaksanakan shalat magrib, tapi tingkah ku yg jadi pendiam membuat ibu penasaran dengan apa yg terjadi.

" Mutiara apa ada sesuatu yg kau sembunyikan dari ibu nak"

tanya ibu menyelidik.

Aku yg tengah melamun pun tidak menangkap pertanyaan ibu nya.

"hah ?, nggak apa-apa Bu"

ucap ku bohong.

"nak aku adalah ibu mu, yg mengandung, melahirkan dan membesarkan mu aku mengetahui apa yg kau suka dan apa yg tidak kau suka, bahkan saat kau berbohong pun tak bisa mengelak dari ku, aku bisa merasakan kegundahan hati mu nak, apa kau tidak mempercayai ibu mu ini? sehingga kau tak ingin berbagi sedikit keluh mu kepada ibu, nak aku ini sudah tidak mudah lagi belakangan ini kondisi tubuh ibu juga terasa sangat menurun, aku ingin kau menjadi wanita yg kuat yg akan menjaga adik dan keluarga mu kelak"

ibu mengentikan ucapan nya sejenak dan menghela napas panjang sebelum memulai ucapan nya lagi.

"kau tau nak? diri mu sangat lah istimewa, disaat wanita seusia mu sedang bersenang senang kau malah rela membuang waktu muda mu hanya untuk memastikan kami bisa hidup layak. Ayah mu menamai mu dengan nama Mutiara yg mana arti nya Berharga nak, kau sangat berharga untuk kami"

Tangis ibu pecah dia tak tahan lagi menahan nya lagi.

Mendengar ucapan ibu, aku tak tahan membendung air mata,lagi lagi ku menangis.

Sudah seperti sinetron ikan terbang saja

Ku menangis....

" Ibu maafkan aku Bu, hari ini aku dipecat dan uang gaji ku tidak dikeluarkan sebagai ganti barang yg aku rusak"

Aku pun menceritakan semua yg terjadi hari ini pada ibu.

Sedangkan Laura yg mendengar dibalik pintu kamar nya pun tak tahan menahan tangis.

"ini semua salah ku, kakak menanggung semua beban ini karena aku, aku tidak akan mengecewakan mu kak, aku akan belajar dan sekolah yg benar sampai aku menjadi orang yg kau banggakan dan hingga tidak ada satu orang pun yg merendahkan dan menghina kita".

*****

Terpopuler

Comments

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Ada unsur bawangny jdi sedih dech..😭😭

2022-02-18

0

Aris Pujiono

Aris Pujiono

mampir kak ...mari kita saling dukung

2022-02-17

0

Kayla Hasifa Hasifa

Kayla Hasifa Hasifa

lanjut ke bab berikutnya..
buat mutiara yang sabar yaa..
sedih banget ceritanya 😞😞

2022-02-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab - 1 Mutiara Aurora
2 Bab - 2 Pekerjaan baru
3 Bab - 3 Sahabat Pertama
4 Bab - 4 Dipecat
5 Bab - 5 Simalakama
6 Bab - 6 Mami Tiara
7 Bab - 7 Mahkota yg Rusak
8 Bab - 8 Rindu Sahabat Pertama
9 Bab - 9 Kepikiran Dia
10 Bab 10 Rencana Daren
11 Bab 11 Dipermalukan Didepan Umum
12 Bab 12 Hamil ?
13 Bab 13 Hari Pernikahan
14 Bab 14 Kabar Burung
15 Bab 15 Menerima Perjodohan
16 Bab -16 Mencoba Melupakanmu
17 Bab - 17 Menunda Bulan Madu
18 Bab -18 Sabun oh sabun
19 Bab - 19 Tendangan Pagi Pertama
20 Bab -20 Memori Masa lalu
21 Bab - 21 Pria Tidak Berperasaan
22 Bab - 22 Menemui mu
23 Bab - 23 Sakit Perut
24 Bab - 24 Persalinan Mutiara
25 Bab - 25 Wajah yang mirip Daren
26 Bab - 26 Mutiara Yang Sama
27 Bab - 27 Farid
28 Bab - 28 Tangis pilu Daren (part 1)
29 Bab - 29 Tangis pilu Daren (part 2)
30 Bab - 30 Duka yg Bertubi-tubi
31 Bab - 31 Surat Terakhir Dari Sindi
32 Bab - 32 Ayo Hidup Bahagia Bersama ku
33 Bab - 33 Keceplosan
34 Bab - 34 Ibu baru yg protektif
35 Bab - 35 Pria yg Rapuh
36 Bab - 36 Mbok Ratni Dan Pria Misterius
37 Bab - 37 Makan Malam
38 Bab - 38 Menginap
39 Bab - 39 Diselamatkan Pria Misterius
40 Bab - 40 Balas Dendam
41 Bab - 41 Pertahanan yg runtuh
42 Bab - 42 Sisi Lain Daren ( Part 1)
43 Bab - 43 Sisi Lain Daren (part 2)
44 Bab - 44 Sebut namaku seorang
45 Bab - 45 Iming-iming Janji
46 Bab - 46 Amplop pembawa luka
47 Bab - 47 Daren yg terjebak
48 Bab - 48 Kembali nya Dimas
49 Bab - 49 Pertemuan Dimas dan Mutiara
50 Bab - 50 Mutiara yg tamak
51 Bab - 51 konsultasi dokter Hanan
52 Bab - 52 Melani Keguguran
53 Bab - 53 Usaha Daren
54 Bab - 54 Dianggap Patung
55 Bab - 55 Menonton
56 Bab - 56 Kedatangan Melani
57 Bab - 57 Kesedihan ibu
58 Bab - 58 Melepas Mutiara Mendapat Berlian
59 Bab - 59 Tanda kepemilikan Laura
60 Bab - 60 Rahasia terungkap
61 Bab - 61 Kebahagiaan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab - 1 Mutiara Aurora
2
Bab - 2 Pekerjaan baru
3
Bab - 3 Sahabat Pertama
4
Bab - 4 Dipecat
5
Bab - 5 Simalakama
6
Bab - 6 Mami Tiara
7
Bab - 7 Mahkota yg Rusak
8
Bab - 8 Rindu Sahabat Pertama
9
Bab - 9 Kepikiran Dia
10
Bab 10 Rencana Daren
11
Bab 11 Dipermalukan Didepan Umum
12
Bab 12 Hamil ?
13
Bab 13 Hari Pernikahan
14
Bab 14 Kabar Burung
15
Bab 15 Menerima Perjodohan
16
Bab -16 Mencoba Melupakanmu
17
Bab - 17 Menunda Bulan Madu
18
Bab -18 Sabun oh sabun
19
Bab - 19 Tendangan Pagi Pertama
20
Bab -20 Memori Masa lalu
21
Bab - 21 Pria Tidak Berperasaan
22
Bab - 22 Menemui mu
23
Bab - 23 Sakit Perut
24
Bab - 24 Persalinan Mutiara
25
Bab - 25 Wajah yang mirip Daren
26
Bab - 26 Mutiara Yang Sama
27
Bab - 27 Farid
28
Bab - 28 Tangis pilu Daren (part 1)
29
Bab - 29 Tangis pilu Daren (part 2)
30
Bab - 30 Duka yg Bertubi-tubi
31
Bab - 31 Surat Terakhir Dari Sindi
32
Bab - 32 Ayo Hidup Bahagia Bersama ku
33
Bab - 33 Keceplosan
34
Bab - 34 Ibu baru yg protektif
35
Bab - 35 Pria yg Rapuh
36
Bab - 36 Mbok Ratni Dan Pria Misterius
37
Bab - 37 Makan Malam
38
Bab - 38 Menginap
39
Bab - 39 Diselamatkan Pria Misterius
40
Bab - 40 Balas Dendam
41
Bab - 41 Pertahanan yg runtuh
42
Bab - 42 Sisi Lain Daren ( Part 1)
43
Bab - 43 Sisi Lain Daren (part 2)
44
Bab - 44 Sebut namaku seorang
45
Bab - 45 Iming-iming Janji
46
Bab - 46 Amplop pembawa luka
47
Bab - 47 Daren yg terjebak
48
Bab - 48 Kembali nya Dimas
49
Bab - 49 Pertemuan Dimas dan Mutiara
50
Bab - 50 Mutiara yg tamak
51
Bab - 51 konsultasi dokter Hanan
52
Bab - 52 Melani Keguguran
53
Bab - 53 Usaha Daren
54
Bab - 54 Dianggap Patung
55
Bab - 55 Menonton
56
Bab - 56 Kedatangan Melani
57
Bab - 57 Kesedihan ibu
58
Bab - 58 Melepas Mutiara Mendapat Berlian
59
Bab - 59 Tanda kepemilikan Laura
60
Bab - 60 Rahasia terungkap
61
Bab - 61 Kebahagiaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!