Pagi jam masih menunjukan pukul setengah lima Bimo sudah bersiap untuk pulang, dirinya menepati janji.
"Anda sudah mau pulang." Mirna yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat Bimo yang sudah berdiri bersiap untuk pergi.
"Ya, saya harus pergi sebelum tunangan Alena datang dan menghajar saya." Bimo terkekeh pelan dengan ucapanya.
Mirna juga ikut tertawa, dirinya tahu jika Diki tipe pria pencemburu. "Baik lah kalau begitu."
"Jika terjadi sesuatu dengan perkembangan Alena tolong hubungi saya." Bimo menyerahkan kartu nama miliknya kepada Mirna.
"Akan saya beri kabar jika ada perkembangan." Mirna menerima kartu nama Bimo, dan Bimo pun keluar setelah pamit kepada Alisa yang juga baru saja bangun.
"Ibu, kenapa ada kak Bimo disini?" Tanya Alisa yang baru saja bangun melihat Bimo di ruangan kakaknya.
Alisa memang disuruh Mirna untuk memanggilnya ibu, Mirna yang tidak mempunyai anak begitu menyanyangi Alisa yang cantik dan pintar.
"Kamu kenal pria tadi?" Mirna bertanya.
Kepala Alisa menganguk. "Kak Bimo pernah main kerumah."
Mirna merasa jika atasan Alena memliki perasaan kepada Alena, melihat tatapan mata Bimo membuat Mirna tahu.
"Yasudah kamu buruan mandi dan bersiap sekolah, nanti ibu antar." Mirna memberikan handuk kepada Alisa.
"Oke." Alisa segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.
Beruntung Yuda mmberikan kamar dengan fasilitas VIP jadi Alisa dan Mirna nampak leluasa menunggu Alena.
.
.
Bimo mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi karena masih sangat pagi jalanan sepi.
"Loe harus diberi pelajaran Yud."
Mobil Bimo berhenti di parkiran apartemen tempat Yuda tinggal.
Menekan bel apartemen hingga kelima kali baru dibuka dari dalam.
Bugh
Yuda yang nyawanya belum terkumpul tersungkur kelantai begitu saja ketika mendapat pukulan di wajahnya.
"loe apa-apa-an sih Bim." Yuda mengusap darah di bagian sudut bibirnya, matanya menatap nyalang Bimo.
Bimo maju mencekram kerah baju Yuda. "Gara-gara loe Alena koma bareng*sek.!" Tatapan mata Bimo tajam dengan rahang mengeras.
"Maksud loe apa? hubungan loe sama Alena apa?" Yuda yang sedang kesusahan bernafas masih sempat bertanya.
"Alena karyawan gue dikantor bodoh.!!" Bimo menghempaskan tubuh Yuda hingga kembali terjerembab kelantai.
"Loe hanya atasan segitu marahnya sama gue, yang tunangan nya saja hanya ngancam gue." Yuda berdiri dengan memegangi wajahnya yang ngilu.
Bimo menghempaskan tubuhnya di kursi. "Loe gak tau, gimana panik nya gue tau Alena gak masuk kerja karena masuk rumah sakit." Bimo menatap Yuda dengan datar.
Yuda berdecih mendengar ucapan Bimo. Meskipun sempat marah dan tidak terima tiba-tiba dipukul namun Yuda hanya diam mengamati wajah Bimo yang sangat marah.
"Gue curiga loe punya hubungan sama Alena?" Yuda memincingkan mata menatap Bimo.
"Ngaco loe, dia punya tunangan, gue hanya kasihan sama Alena." Bimo memejamkan mata dengan kepala bersandar dikursi. Menunggu Alena membuatnya tidak tidur.
"Justru itu, tunangannya saja ngak semarah kaya loe."
Bimo hanya diam, yang dikatakan Yuda benar dirinya bukan siapa-siapa Alena tapi mendengar sahabatnya yang menabrak Alena hingga koma membuatnya marah.
Mendengar Alena bertunangan saja membuat hatinya tak rela, tapi Bimo berusaha menepis perasaan itu dirinya tidak mungkin tertarik dengan Alena, meskipun tak dipungkiri jika tidak bertemu Alena dan membuat gadis itu kesal ada yang kurang seperti rindu.
Jika saja dirinya bisa berdekatan dengan wanita manapun pasti Bimo sudah menjadi Playboy, wajah tampan dan pesona seorang Bimo tidak akan ada yang bisa menolak. Tapi kenyataanya sifat cuek dan dinginnya tidak membuat Bimo mudah di dekati tapi dirinya sendiri yang akan mendekati.
Aneh? tapi itu kenyataan nya. Alena yang berusaha menghindar justru Bimo yang selalu mencarinya, meskipun hanya sebatas di suruh ataupun menjahili hingga membuat gadis itu kesal adalah hiburan sendiri bagi dirinya. Wajah Alena yang sedang kesal sangat menggemaskan Alena sama persis seperti sahabatnya Indira, apa adanya tidak menutupi wajahnya menggunakan topeng. Mengingat Alena Bimo seperti menemukan kembali sahabatnya ketika remaja yang sekarang sudah menikah dan akan mempunyai anak.
.
.
.
Bimo tertidur di apartemen Yuda sampai jam delapan pagi, dirinya sudah memberi pesan kepada Daniel jika dirinya terlambat ke kantor.
Melihat jam di dinding Bimo segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tiga puluh menit dirinya keluar kamar mendapati Yuda yang masih memegangi sudut bibir nya yang terasa kaku dan nyeri karena tidak sempat di obati.
"Gue pinjem baju loe." Bimo menghempaskan tubuhnya dimeja makan yang sudah ada beberapa makanan yang Yuda pesan.
"Loe gak punya perasaan Bim." Yuda berbicara sambil meringis merasakan kaku dan perih ketika bicara.
"Ngak, gue masih normal ngapain punya perasaan sama loe."
Mendengar jawaban Bimo membuat mata Yuda mendelik." Bukan itu maksud gue, gue juga ogah main terong-terongan sama loe, gue masih suka apem." Yuda mendengus kesal, enak saja dirinya dikira suka sama sesama jenis.
Bimo hanya mengangguk. "Gue kira loe udah belok, pake tanya perasaan segala." Jawab Bimo cuek dan datar, membuat Yuda bertambah kesal.
"Loe kira gue apa, bisa belok."
Bimo hanya mengangkat kedua bahunya. "Gue mau ke kantor, thank buat sarapan nya." Bimo lekas berdiri dan keluar apartemen Yuda.
"Dasar bajaj Bemo, gak tanggung jawab banget udah bikin gue bonyok, mana nanti mau ketemuan sama cewek alamat gak bisa sesap-sesap deh." Yuda lemas dengan menumpukan kepalanya di meja.
.
.
.
Bimo sampai di kantor setelah menempuh perjalanan selama 20 menit. Loby nampak sepi karena memang bukan pagi lagi, para karyawan sudah sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing.
Hari ini ada metting untuk mencari model iklan produk minuman terbarunya, Bimo berjalan menuju lift yang akan membawanya ke lantai ruangan nya berada.
Daniel sudah menunggu bosnya di depan pintu.
"Pagi pak." Sapa Daniel membukakan pintu untuk bosnya.
"Menjelang siang Niel."
Daniel memberikan berkas tentang para model yang sudah di seleksi, hanya tinggal ada tiga model yang harus Bimo pilih sendiri satu diantara ketiganya.
"Apa mereka sudah sangat mahir dalam bekerja." Bimo membaca identitas para model yang yang tertera.
"Mereka semua sudah go internasional tuan, saya rasa mereka cukup berkompeten." Daniel menjelaskan, bos nya itu memang tidak mengenal wanita cantik.
"Oke..Kamu saja yang memilih, saya pusing melihat wajah mereka." Bimo memberikan berkas itu kembali kepada Daniel.
Yang di beri berkas hanya melongo, apakata nya pusing? sungguh bosnya itu sangat ajib, jika pria lain akan senang hati memilih yang aduhai, tapi lihat bosnya sendiri malah pusing melihat model cantik-cantik seperti ini.
'Sungguh warbiasa si bos' Daniel bergumam dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
🌹Fina Soe🌹
lumayan...anggaplah Bimo mewakili Diki kasih pelajaran buat Yuda /Facepalm/
2024-03-25
0
Bella Desiana
suka dgn sifat bimo🥰🥰
2023-02-03
1
jhon teyeng
pusing indira sm ale satu type jd wanita secantik apapun gak masuk hitungan bemo
2022-11-08
1