Di rumah sakit Alena masih belum sadarkan diri tiga hari gadis itu masih tetap setia memejamkan mata.
Diki yang menjaga Alena di malam hari, karena siangnya dirinya harus bekerja.
Siang hari Mirna dan Alisa datang ketika Alisa sudah pulang sekolah, selama Alena sakit Alisa diurus oleh Mirna.
Hesti ibu Diki terkadang ikut menunggu Alena, karena mempunyai kesibukan lain Hesti tidak bisa setiap saat menunggu calon menantunya itu.
Alena akan bersama suster jika tidak ada yang menunggu, suster yang selalu memberi kabar kepada Yuda.
Pagi ini Alena tidak ada yang menunggu, karena semua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Yuda bersama Bimo datang kerumah sakit setelah mendapat pesan balasan dari suster, jika Alena hanya sendiri tidak ada yang menunggu, jadi Yuda bisa datang dan tidak bertemu dengan Diki.
"Duh, kenapa gue jadi gemetar gini sih." Yuda mengusap telapak tangannya yang seperti gemetar karena takut jika Alena akan sadar ketika ia menjenguk nya.
"Ck. kaya mau ketemu calon mertua aja loe." Bimo menyenggol lengan Yuda dan meninggalkan Yuda yang masih berdiri di area parkir.
"Woy..tungguin gue." Yuda berlari kecil untuk menyamai langkah lebar Bimo.
"Loe kebangetan, ninggalin gue yang gemetar." Yuda bersungut-sungut.
"Ck. lebai loe."
Yuda menunjukan kamar yang Alena tempati, mereka berjalan beriringan.
Yuda lebih dulu membuka pintu, dan melongok kan kepalanya kedalam, hanya ada suster yang menunggu Alena.
"Sebentar." ponsel Bimo berdering, ternyata dari Daniel.
"Halo."
"..."
"Dua puluh menit lagi saya sampai."
Bimo memasukan ponselnya kembali ke saku celana setelah sambungan mati.
"Yud, sorry gue gak bisa masuk." Bimo menepuk pundak Yuda yang masih berdiri di ambang pintu. "Gue ada urusan penting." Bimo segera pergi setelah mendapat anggukan dari Yuda.
"Bagaimana kepadanya sus?" Tanya Yuda pada suster yang sedang berjaga.
"Kondisinya stabil, namun masih tetap belum sadarkan diri." Ucap suster itu.
"Terima kasih." Suster itu pergi setelah pamit.
Yuda menatap wajah Alena yang pucat. "Ck. dosa apa gue sampai buat anak orang kaya gini." Yuda mengusap wajah nya kasar.
Cukup lama Yuda berdiam diri menunggu Alena, hingga siang hari Mirna datang bersama Alisa.
"Bu.." Yuda berdiri dan menyalami Mirna.
"Kamu disini?" Mirna sempat heran melihat Yuda tiba-tiba datang, karena beberapa hari kebelakang Yuda sama sekali tidak menampakkan diri.
"Ya, selagi tunangan Alena tidak ada, saya bisa menjenguk Alena." Yuda terkekeh pelan, dirinya takut menjenguk Alena karena Diki.
"Oh.. Diki kesini jika malam hari, kalau siang saya dan Alisa yang menunggu." Mirna menaruh barang bawaannya di bawah, Alisa duduk di sofa dengan memakan chiken kesukaannya. Mirna tahu kebiasaan Alena setiap seminggu dua kali membelikan Alisa makanan kesukaannya.
"Maka dari itu saya datang kesini pagi hari." Yuda berdiri dan mendekati Alisa yang sedang asik makan.
"Apa Tidka ada tanda-tanda jika Alena akan sadar." Yuda menghela napas dalam mengingat kondisi Alena yang belum sadarkan diri.
Mirna hanya menggeleng sebagai jawaban, karena memang tidak ada tanda-tanda jika Alena akan sadar.
.
.
Bimo sampai di kantor kurang dari dua puluh menit dirinya mendapat telpon dari Daniel jika ada investor yang akan membantu berjalannya pembangunan proyek di kota S.
"Tuan." Daniel menyapa Bimo ketika sudah sampai di lantai ruanganya.
"Dimana Mr. Richard?" Tanya Bimo.
"Di ruangan anda tuan." Daniel membukakan pintu ruang kerja Bimo.
"Maaf lama menunggu sir." Bimo menyalami tamu yang sudah lebih dulu menunggunya.
"Tidak apa-apa tuan, saya juga baru sampai." Pria yang usianya sama dengan Rendy papanya Bimo, menyambut ramah CEO muda yaitu Bimo Bagaskara.
"Panggil saja saya Bimo, sepertinya saya lebih pantas sebagai anak anda." Bimo bicara sopan, dirinya risih jika rekan kerjanya yang lebih tua seumuran dengan papanya menyebutnya tuan.
"Kau itu memang seperti Rendy ketika masih muda." Pria itu terkekeh mendengar ucapan pemuda didepanya, yang memang sangat mirip dengan Rendy waktu masih muda.
"Anda mengenal papa saya?"
"Tentu saja, saya adalah sahabat papa kamu waktu masih kuliah." Pria itu tersenyum.
Obrolan mereka berhenti sejenak ketika seseorang mengetuk pintu dan masuk, ternyata seorang OB.
Bimo mengernyitkan keningnya melihat seorang OB pria yang membawakan minum untuk tamunya, bukanya Alena ataupun wanita satunya. 'kemana Alena' Bimo masih memikirkan kenapa bukan Alena yang mengantar minuman, namun panggilan dari Richard membuyarkan lamunannya.
"Apa papamu tidak ada di kantor?" Tanya Richard yang sambil menyesap minuman.
"Em.. papa sedang ada acara dan belum kembali." Ucap Bimo setelah kembali sadar dari lamunannya.
"Sayang sekali, padahal aku ingin mengundang keluarga kalian untuk makan malam dirumah kami karena putri ku sedang ada di kota ini." Ucap Richard dengan nada sedikit kecewa.
"Lain kali jika papa sudah pulang nanti akan saya sampaikan."
"Baiklah, Sekarang saya ingin membahas kerja sama perusahaan kita."
Bimo dan Richard berbincang serius mengenai kerjasama pembangunan mall terbesar di kota S, karena memang perusahaan Bimo yang memenangkan tender dan juga butuh dana dari investor, maka Bimo cukup senang jika ada yang mau menyumbangkan dana pada pembangunan proyek tersebut.
Cukup lama keduanya membahas tentang proyek yang sedang Bimo tangani, hingga hampir dua jam keduanya berbincang.
"Baiklah kita sudah sepakat, dan semoga kerja sama kita akan membuahkan hasil yang memuaskan." Richard berdiri karena sudah mendapatkan kesepakatan dirinya akan pulang.
"Semoga pak."
Ketika tamu nya sudah pergi, Bimo segera keluar menuju pantry dirinya mencari keberadaan Alena namun hanya ada OB pria yang tadi mengantarkan minuman ke ruangannya.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" OB itu cukup terkejut mendapati bosnya yang tiba-tiba datang ke pantry.
"Apa Alena tidak masuk hari ini?" Bimo mengedarkan pandangan ke sekeliling siapa tahu memang Alena bersembunyi dan tidak ingin menemuinya karena kejadian waktu itu.
"Em.. Anu pak, yang saya dengar Alena dan Gina sudah tidak masuk selama empat hari, tapi saya tidak tahu karena apa." OB itu menunduk.
"Empat hari." Bimo semakin tidak percaya, ternyata Alena sudah tidak masuk kerja selama empat hari.
Bimo kembali keruang kerjanya, menghubungi bagian HRD. "Tolong keruangan saya sebentar." Tanpa mendengar jawaban orang di seberang Bimo sudah lebih dulu menutup telponnya.
tok..tok..tok
"Masuk."
Seorang wanita sedikit bertubuh subur itu masuk keruangan Bimo. "Bapak memanggil saya." Wati kepala bagian HRD menunduk hormat kepada atasannya.
"Ya, apa benar OB di bagian lantai ini sudah lama tidak masuk kerja." Ucap Bimo datar menatap wanita paruh baya itu.
"Maksud anda Gina dan Alena? Mereka berdua sudah empat hari tidak masuk, saya hanya mendapat surat keterangan dari rumah sakit bahwa keduanya sedang dirawat." Ucap Wati yang memang hanya mendapat surat keterangan dari rumah sakit tanpa tahu kedua nya sakit apa.
"Rumah sakit?" Entah mengapa perasaan Bimo jadi tidak enak, mendengar Alena tidak masuk kerja dan hanya mendapat surat keterangan dari rumah sakit.
.
.
Selamat malam..bekal tidur kalian dari Bang Bemo.🥰...Jangan lupa tinggalkan Like..komen kalian..😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Bella Desiana
makin seru dgn alur ceritanya....
2023-02-03
2
Siti Maimunah
yg ditabrak Allan mungkin si gina bukan Alena.. bener ga ya.. kan si gina juga ga masuk kerja
2023-01-02
1
Fenty Izzi
visual kak😉
2022-11-16
1