Di rumah sakit Alisa hanya bisa menangis terisak melihat keadaan kakak nya belum sadarkan diri. Alisa di bawa pak Rudi kerumah sakit untuk menemui Alena bersama Mirna yang biasa menemani Alisa.
Mirna memeluk tubuh Alisa yang masih menangis, Mirna meneteskan air mata ketika tahu Alena mengalami kecelakaan yang cukup parah, bahkan gadis malang itu sampai sekarang belum juga siuman.
"Alisa yang sabar ya, kita doakan kak Lena semoga cepat sadar." Mirna mengelus kepala Alisa yang berada di pelukan nya. Mirna juga sudah memberi tahu Diki tunangan Alena.
"Kak Lena.." Alisa sejak tadi hanya menyebut Alena dengan tangisnya.
Yuda yang masih menunggu di ruangan itu merasa terenyuh melihat gadis kecil yang sedih dan terpukul melihat kakaknya terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Pintu tiba-tiba di buka dari luar muncul seorang pria dengan wajah panik dan khawatir.
"Alena..!" Diki langsung menghampiri ranjang Alena dirinya menatap sendu wajah Alena yang terlihat pucat.
Ketika mendapat kabar Diki masih di kantor sedang lembur karena mengerjakan pembangunan proyek yang baru saja dirinya terima, Diki bekerja di bagian kontruksi sebagai orang penanggung jawab.
"Apa yang terjadi dengan Alena." Tanya Diki yang duduk di samping Alena, setelah Mirna berdiri dan membawa Alisa dalam gendongannya.
"Maaf." Yuda mendekat, dirinya yakin jika pria barusan adalah tunangan Alena.
"Maaf, ini semua kesalahan saya, saya yang tidak sengaja menabrak Alena di jalan." Yuda dengan wajah menyesal berbicara dengan Diki.
Mendengar tunangannya tertabrak membuat rahang Diki mengeras, namun dirinya tidak ingin membuat keributan di rumah sakit apalagi di ruangan Alena yang masih tak sadarkan diri.
Diki hanya diam tanpa berucap ataupun membalas tatapan Yuda, yang masih berbicara untuk meminta maaf.
"Sebaiknya anda keluar, dan jangan pernah datang menemui Alena lagi." Suara Diki terdengar dingin, dirinya menahan amarah agar tidak menimbulkan keributan.
"Sekali lagi saya minta maaf." Hanya itu yang bisa Yuda ucapkan, dan dia pun keluar setelah pamit dengan Mirna.
Yuda membereskan perawatan Alena sampai sembuh, dirinya yang baru saja tiba di Jakarta setelah pulang dari LA. Ingin mengunjungi sahabatnya yang di kenalnya ketika di LA, tapi nasib apes menghampirinya ketika kejadian tak sengaja yang membuat dirinya menabrak seseorang.
.
.
Bimo duduk dengan tenang sambil melihat jendela pesawat yang menampilkan awan putih.
Dirinya merasa tidak sabar untuk sampai di Jakarta mengingat sebelum pergi dirinya tidak bertemu Alena, entah mengapa dirinya merasa merindukan gadis itu.
Bimo tersenyum sendiri mengingat wajah Alena yang menggemaskan ketika sengaja dirinya membuat gadis itu kesal. Hingga dirinya tidak menyadari ada seseorang sedari tadi memperhatikan nya diam-diam.
Wanita yang selalu bertemu Bimo tidak sengaja ternyata satu pesawat kembali. Wanita yang bekerja sebagai model bernama Siera Sehan tidak menyangka akan bertemu pria tampan yang menurut nya sombong itu.
Siera sejak tadi mengamati wajah tampan Bimo, dirinya yang mendapat tempat duduk diseberang kursi Bimo dengan jelas bisa melihat wajah rupawan Bimo. Siera akui jika wajah pria menyebalkan itu sangat mempunyai daya tarik sendiri, selama menjadi model Siera belum pernah bertemu ataupun bermain dengan lawan jenis yang memiliki wajah menawan seperti pria yang sejak tadi dirinya perhatikan.
.
.
Bimo turun dari pesawat seperti biasa Daniel mengikuti dari belakang, Bimo sudah ada janji dengan sahabatnya yang baru pulang dari luar negeri, dan disinilah sahabat Bimo menunggu ketika dirinya memberi tahu kepulangan nya di Jakarta.
"Hai..man.." Bimo bersalaman ala pria dewasa kedua berpelukan layaknya sahabat yang lama tidak bertemu.
"Apa kabar bro, sudah lama tidak bertemu loe makin tampan man." Ucap pria yang menunggu Bimo keluar dari bandara.
"Loe bisa aja Yud, loe apa kabar." Ya sahabat yang menunggu Bimo adalah Yuda.
"Gue kurang baik, baru sampai Jakarta gue dapet masalah." Keduanya memasuki mobil Yuda, setelah Bimo memberi tahu Daniel jika dirinya akan pulang bersama Yuda.
"Ck. loe emang gak berubah, wanita mana lagi yang loe tabur benih lac*nut loe itu." Bimo terkekeh mengingat sahabatnya ini memang Sorang player.
"Sialan loe." Yuda meninju lengan Bimo dengan kepalan tangannya dengan nada tertawa.
"Yang gue tahu hanya itu yang ada di kehidupan loe." Bimo geleng kepala, ternyata sahabatnya ini belum juga berubah.
"Hiburan man, tanpa wanita dunia gue serasa mati."
"Ck. loe belum kena karmanya Yud, makanya loe masih bertingkah."
"Loe nyumpahin gue Bim." Yuda mendelik ke arah Bimo.
"Tanpa gue sumpah-in, karma tetap berlaku."
Keduanya tertawa membahas cerita konyol Yuda yang seorang player, penjajah wanita.
Bimo menyuruh Yuda mengantarnya ke apartemen, karena Bimo lebih suka tinggal sendiri ketimbang tinggal di rumah kedua orang tuanya.
"Loe tinggal sendiri Bim." Yuda menghempaskan tubuhnya di kursi ruang tamu, dirinya cukup lelah meskipun tidak melakukan apapun, karena kejadian kemarin masih menyisakan kegalauan di hatinya. Yuda yang sebenarnya ingin menjenguk Alena yang belum sadarkan diri dirumah sakit selama hampir dua hari, namun tunangan Alena tidak mengijinkan Yuda untuk menjenguk Alena. alhasil Yuda hanya meminta suster yang merawat Alena untuk memberi kabar tentang perkembangan gadis malang itu.
"Seperti yang loe tahu, gue lebih baik tinggal sendiri di banding tinggal dengan kedua orang tua gue." Bimo memberikan minuman kaleng kepada Yuda.
"Ck. gak ada gitu gadis yang nemenin loe." Sindir Yuda sambil menegak minuman kaleng nya.
"Gue bukan loe, yang suka celup-celup kek Oreo." Balas Bimo membuat Yuda tergelak keras.
"Ngomong-ngomong baru sampai Jakarta loe punya masalah apa?" Tanya Bimo yang sudah kembali mode serius.
Yuda menghela napas dalam sebelum berbicara. "Gue kemarin nabrak cewek di jalan, dan keadaanya lumayan kritis, sampai sekarang dia belum juga sadar." Yuda berbicara dengan wajah sendu, terlihat jelas dirinya merasa bersalah.
"Terus keluarga nya gimana, loe gak kabur kan?" Tanya Bimo memincingkan matanya menatap Yuda yang hanya geleng kepala.
"Gue bawa dia kerumah sakit, dan ternyata dia anak yatim piatu dan hanya mempunyai adik satu perempuan yang masih kecil." Yuda kembali menghela nafas dalam. "Gue pengen banget jengukin cewek itu, tapi tunangannya ngelarang gue buat ketemu cewek itu lagi." Yuda mengusap wajahnya kasar. Sedangkan Bimo hanya diam menyimak, merasa kasihan kepada cewek itu yang sudah tidak punya siapa-siapa.
"Gue punya ide kalau loe pengen ketemu cewek itu." Bimo tersenyum menyeringai.
"Maksud loe apa?" Yuda nampak mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Tidak mungkin kan pria itu dua puluh Empat jam menunggu dirumah sakit, kita kesana ketika pria itu tidak ada." Bimo memainkan kedua alisnya naik turun ketika idenya yang cukup berlian untuk membatu Yuda.
Dirinya belum tahu cewek yang ditabrak oleh Yuda, jika tahu mungkin Yuda sudah mendapat amukan dari Bimo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
HR_junior
Yuda ni sahabat Bimo pas kuliah ap SMA ya kok lupa..
2024-02-19
0
Bella Desiana
bimo masih belum tau... cepat sadar alena
2023-02-03
1
Fenty Izzi
klu Bimo tau yang d tabrak itu ale.. mungkin g akan sesantai ini ngomongnya😊
2022-11-16
1