Alena sudah menyesaikan semua pekerjaan nya. Jam menunjukan masih jam dua siang, Alena berniat untuk pulang.
Ketika mencari Bimo Alena tidak menemukan keberadaan bosnya itu. "Ck. kemana sih tuh si bos." Alena berjalan menuju kamar Bimo tapi ketika ingin mengetuk pintu suara Bimo mengangetkan nya.
"Kau sudah mau pulang?"
"Eh..I-Iya pak." Alena gugup, karena saat ini posisi Bimo sangat dekat ketika dirinya membalikkan badan.
"Oke..mau saya antar?"
"Ti-tidak usah, saya bawa motor pak." Jawab Alena menunduk, karena posisi seperti ini membuat jantung nya tak sehat, selain gugup Alena juga canggung. "Kalau begitu saya permisi pak."
"Emm..baiklah."
Alena berjalan dengan buru-buru dirinya ingin segera keluar dari apartemen bosnya itu.
Alena bernapas lega karena tugasnya hari ini sudah selesai, dirinya kembali mengendarai motornya menuju kerumah kontrakan.
Seperti biasa Alena akan mampir untuk membeli makanan kesukaan Alisa.
Alena yang tiba di rumah kontrakan melihat mobil Diki. Alena segera turun dari motor dan masuk kerumah.
"Lena, kamu sudah pulang?" Tanya Diki yang melihat kekasihnya. Diki menemani Alisa bermain, ketika dirinya datang Alisa berada di rumah Bu Mirna dan Diki mengajak Alisa untuk menunggu Alena di rumah.
"Iya mas, kok mas ada di sini." Alena menaruh bungkusan yang ia bawa di meja.
"Sengaja mau nemenin Alisa main." Diki tersenyum.
"Alisa mana?" Tanya Alena yang tidak melihat Alisa di ruang tamu.
"Kebelakang, katanya ambil minum."
"Kakak sudah pulang?" Tanya Alisa yang datang dari dapur membawa minuman di gelas.
"Sudah Alis, ini kakak bawakan makanan kesukaan kamu." Alena memberikan bungkusan chiken kesukaan Alisa.
"wahh pasti enak.." Alisa sangat senang mendapat makanan kesukaannya, meskipun hanya satu Minggu sekali dan pasti hanya dua potong saja Alena membelikannya, namun Alisa tetap senang sang kakak, selalu ingat membelikan makanan kesukaannya.
"Yasudah sana, dimakan di belakang." Alena mengelus kepala Alisa dengan sayang.
"Oke." Alisa pun segera pergi untuk menghabiskan makanan kesukaannya.
"Memang apa yang kamu belikan untuk Alisa." kini Diki pindah duduk di samping Alena.
"Hanya ayam chiken kesukaan Alisa." Ucap Alena dengan senyum. "Mas udah dari tadi?"
Diki hanya diam menatap lekat wajah Alena, wajah yang membuatnya jatuh cinta. "Lumayan, mas kesini mau ajak kamu dan Alisa ke rumah, ada yang mau sampaikan sama kamu." Diki menggenggam tangan Alena.
"Apa penting." Entah mengapa ada perasaan berdebar di dadanya.
"Hm..sangat penting untuk hubungan kita." Diki semakin memajukan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan.
Alena menahan napas merasakan sapuan hangat di sekitar wajah karena hembusan nafas Diki.
Keduanya bertatapan dalam jarak dekat bahkan keduanya sama-sama merasakan sapuan nafas di area wajah. Diki semakin memiringkan kepalanya dan bibir kedua nya saling menempel, ini bukan kali pertama bagi Alena berciuman di bibir, karena hanya sebatas bibir lah mereka bercumbu sebagai sepasang kekasih.
Karena Alena sudah kehabisan nafas, Diki pun menyudahi ciuman nya, lalu mencium kening Indira. "Buru gih, siap-siap mas tunggu disini." Suara Diki terdengar berat karena mati-matian dirinya menahan hasrat yang hadir karena ciuman mereka berdua.
Alena pun hanya mengangguk dan segera pergi dengan wajah memerah, jantungnya berdebar tak karuan setiap kali berciuman dengan Diki.
"Duh, kalo lama-lama gak tau gue bisa tahan ngak." Diki mengusap wajahnya kasar demi mengurangi gejolak yang berkobar.
.
.
Kini Diki membawa Alena dan Alisa kerumah orang tuanya, karena memang ibu Diki memintanya untuk membawa Alena dan Alisa kerumah.
"Dih calon mantu ibu sudah datang." Wanita paruh baya menyambut kedatangan adik dan kakak itu dengan wajah bahagia.
"Ibu apa kabar." Alena memberi salam dan memeluk ibu Diki yang bernama Hesti.
"Baik nak, kamu apa kabar." Hesti membalas pelukan hangat Alena.
"Baik Bu."
"Waah Alisa tambah cantik aja ya, udah lama gak ketemu ibu." Hesti memeluk dan mencium gadis kecil itu setelah Alisa memberi salam.
Mereka kini duduk di ruang keluarga karena waktu masih pukul empat sore jadi mereka bercengkrama bersama, ayah Diki pun ikut serta.
"Nak ada yang mau ibu bicarakan serius sama kamu." Hesti menatap Alena dengan tulus, wanita itu sudah mengganggap Alena seperti anaknya sendiri.
Dulu kedua orang Alena adalah sahabat baik orang tua Diki, mereka dulu sempat menjodohkan Alena dan Diki dan sekarang keduanya memang memiliki perasaan yang sama, Sifat Alena yang lembut dan paras yang cantik membuat Diki Irawan jatuh cinta dengan sifat Alena yang tegar dan penuh semangat. Diki menyukai Alena ketika gadis itu masih kelas satu SMA dan Diki baru berani mengutarakan perasaannya ketika Alisa menginjak kelas tiga SMA. Alena pun yang memang mengagumi sosok Diki yang dewasa dan penyanyang membuatnya menerima Diki sebagai kekasihnya, bahkan kedua orangtuanya dulu sangat mendukung hubungan mereka.
"Masalah apa Bu?" Tanya Alena yang memang sudah memikirkan tentang ucapan Diki ketika dirumahnya tadi.
"Bagai mana kalau kalian segera menikah saja, agar kamu dan Alisa menjadi tanggung jawab kami." Bukan Hesti yang bicara melainkan ayah Diki yaitu Yusuf.
"Iya nak, ibu dan bapak sudah memikirkan ini, agar kalian ada yang menjaga, dan Alisa bisa tinggal sama ibu disini." Hesti mengelus tangan Alena.
Alena yang mendengar ucapan kedua orang tua Diki masih diam, memikirkan jawaban yang akan ia berikan membuat mereka kecewa atau tidak.
"Apa Alena boleh memilih?" Tanya Alena lirih, karena baginya menikah sekarang bukan lah hal yang tepat, meskipun dirinya yakin jika sang kekasih akan mencukupi semua kebutuhannya.
"Pilihan apa maksud kamu Lena?" Tanya Diki yang mendengar ucapan kekasihnya itu. Diki juga berharap Alena mau menerima pernikahan mereka sekarang, karena bagi Diki nanti dan sekarang sama saja.
"Alena belum siap jika menikah, tapi Alena akan terima jika kita bertunangan dahulu." Ucap Alena dengan menatap wajah kedua orang tua Diki yang nampak saling tatap.
"Tapi sayang, kenapa harus tunangan, nanti atau sekarang kita akan tetap menikah kan." wajah Diki nampak kecewa karena gadis yang ia cintai menolak untuk Ia nikahi.
"Bukan begitu mas tap_"
"Tidak apa-apa nak kami mengerti, mungkin Diki harus bersabar dan mau menerima keputusan kamu untuk bertunangan dulu." Ucap Yusuf dengan bijak sana. dirinya juga tidak bisa memaksa Alena yang memang baru lulus sekolah dan masih ingin mencari jati diri.
"Diki, apa kamu mau bertunangan dulu, mungkin hanya butuh beberapa bulan untuk memberi Alena keyakinan mau menerima pernikahan." Ucap Yusuf melihat ke arah putranya yang memang nampak kecewa dengan keputusan Alena.
"Mas jika mas keberatan makan mas boleh_"
"Yasudah kita bertunangan dulu, masalah menikah nanti biar seiring berjalanya waktu menunggu kami siap." Diki akhirnya pasrah mengiyakan permintaan Alena, dirinya sangat mencintai Alena dan tidak mau gadis itu pergi meninggalkan nya karena Ia menolak keinginan Alena untuk bertunangan dahulu.
"Mas..?" Alena menatap sendu Diki, pria itu terlalu baik mau menerima keputusan nya dengan berbesar hati, padahal Alena bisa melihat ada kekecewaan ketika dirinya menolak.
"Tidak apa sayang, mas akan menunggu kamu sampai siap, karena mas tidak ingin kehilangan kamu." Diki tersenyum tulus menatap Alena yang tersenyum. Mata keduanya memancarkan cinta yang sama.
Alena yang baru saja lulus sekolah belum siap untuk menerima pernikahan, meskipun dengan orang yang Ia cintai, karena masih ingin menghabiskan waktu bersama adiknya Alisa. Alena takut jika Alisa kurang ia perhatikan ketika sudah menikah meskipun keluarga Diki dan Diki sendiri juga menyayangi Alisa, tapi entah kenapa hatinya belum menerima jika harus menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Norma Alia
typo nih author.. nama tokohnya jadi ganti
2023-08-31
0
RyanA MdHse
Alena ketukar Alisa
2023-03-30
4
Fenty Izzi
👍👍👍👍🌹🌹🌹❤❤❤
2022-11-16
1