Pagi Ini Alena sudah rapi dengan penampilannya yang sederhana, hanya menggunakan celana jeans panjang, kaus hitam dilapisi kemeja panjang, hari ini adalah hari pertama dirinya akan bekerja di apartemen Bimo. Alena menggunakan helm dengan mengendarai motor maticnya.
Alisa sudah ia beri tahu jika dirinya mengambil kerja sampingan setelah pulang dari kantor tempatnya bekerja, dan Alisa pun mengerti yang Alena ucapkan, sehingga Alisa seperti biasa akan bermain di rumah Bu Mirna.
Sebenarnya Alena diminta Diki untuk datang kerumahnya bersama Alisa karena mama Diki merindukan Alena dan adik nya itu.
Tapi karena Alena sudah mempunyai janji dan tanggung jawab dengan bosnya, terpaksa Alena berbohong jika dirinya ada lembur di kantor. jika dirinya berkata menjadi pembantu bosnya di apartemen sudah pasti Diki tidak akan terima.
Motor Alena sampai diparkiran alamat Apartemen yang Bimo beri tahu, Alena turun dari atas motornya menatap bangunan tinggi dan mewah. "Ck, anak sultan mah bebas." Alena berjalan dengan memegangi tali tas nya dirinya baru pertama kali mendatangi tempat seperti ini sehingga membuatnya sedikit takut.
Alena langsung menuju lift yang kebetulan sedang terbuka, ia pun masuk menekan tombol angka menuju lantai 11 lantai Bimo tinggal.
"Nomornya..?" Alena melihat nomor di setiap pintu kebetulan di lantai 11 itu hanya ada Empat pintu saja.
"Ahh.. ini dia." Alena menekan bel pintu, namun hingga tiga kali belum juga pintu itu terbuka.
"Ck. ni orang ada gak sih, jangan-jangan pingsan di dalam lagi." Alena masih menekan bel hingga bunyi ke lima pintu terbuka.
Alena terperangah melihat pemandangan di depan nya, Bimo menggunakan kaus tanpa lengan dengan tubuh atletisnya terlihat dari lengan yang kekar.
Glek
Alena menelan ludahnya kasar, pemandangan didepan mata nya membuatnya sesak, rambut sedikit basah dan bulir keringat pelipis dan lengan kekar Bimo, karena memang Bimo sedang melakukan olah raga, ketika bel apartemen nya berbunyi.
Tak.
"Auwss, sakit tau." Alena memegangi kening nya yang disentil Bimo.
"Mau sampai kapan lihatin saya kaya gitu?" Bimo tersenyum miring, melihat Alena yang terpaku menatapnya tak berkedip.
"Dih, siapa juga yang liatin bapak, yang ada sakit mata saya." Alena memalingkan wajahnya agar tidak ketara jika dirinya berbohong.
Sungguh pemandangan pagi ini membuat jantung nya tak sehat.
"Oh..baguslah." Bimo hanya manggut-manggut dan berjalan masuk di ikuti Alena.
"Tugas saya apa pak?" Tanya Alena sambil memperhatikan isi ruangan bos nya itu yang cukup lebar dan fasilitas lengkap.
Bimo mengambil air di lemari pendingin. "Hanya bersih-bersih dan masak makanan untuk saya, dan boleh pulang jika saya menyuruh pulang." Bimo menegak air dalam botol di depan Alena.
Glek
Lagi-lagi Alena menelan ludahnya kasar karena melihat jakun Bimo yang naik turun, Seksi.
"Emm.." Alena menggaruk kepalanya yang tidak gatal, untuk mengurangi rasa gugupnya.
"Kalau begitu saya akan mulai bersih-bersih." Alena berbalik dan mencari alat kebersihan, namun karena belum tahu tempatnya dia salah mengambil arah.
"Kamu mau kemana Ale?" Tanya Bimo heran.
"Mm..mau ambil alat kebersihan." ucap Alena kikuk.
"Tempatnya di sana. "Bimo menunjuk pintu di dekat dapur. "Bukan di kamar saya." ucap Bimo mengulum senyum melihat wajah memerah Alena, karena malu.
"Maaf pak, saya tidak tahu." Alena pun menunduk dan berjalan menuju tempat yang Bimo katakan, dirinya merasa bodoh karena gugup.
"Hm.. Malu bertanya sesat dijalan Ale-Ale." Ledek Bimo dan langsung meninggalkan Alena yang bertambah malu, menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
"Duh, otak gue kenapa lemot sih." Alena memukul kepalanya pelan.
Bimo, tersenyum sendiri di dalam kamar mandi mengingat wajah Alena yang malu dan itu sangat menggemaskan, karena biasanya gadis itu akan menampilkan wajah jutek dan menyebalkan ketika berbicara padanya.
Bimo selesai membersihkan diri, keluar dari kamarnya melihat Alena yang sedang memasak.
"Masak apa kamu?" Ucap Bimo di belakang Alena, membuat nya kaget.
"Iss..bapak kaya hantu, tiba-tiba nonggol ngagetin aja deh." Alena mengelus dadanya karena jantung nya berdetak cepat terkejut.
"Ck. kamu masih muda jangan sampai punya penyakit jantung." Ucap Bimo menyandarkan tubuhnya di pinggiran marmer.
"Masak ayam goreng sama sup plus sambel, maaf karena hanya itu yang ada bahan nya di kulkas." Ucap Alena yang masih menunggu sup nya matang, sengaja tidak menanggapi ucapan Bimo.
"Hm.. mungkin stik nya sudah habis." ucap Bimo dengan melihat sup yang Alena masak dan sepertinya enak, hingga membuat perutnya lapar.
"Sudah matang belum saya lapar?"
"Sebentar lagi, tunggu saja di sana."
Bimo menuruti kata Alena, duduk di meja makan menunggu masakan Alena jadi.
"Silahkan, Kamar bapak mau di bersihkan sekalian?" tanya Alena yang sudah selesai menyiapkan masakan nya di atas meja.
"Hm..bersihkan saja."
Bimo segera mengambil nasi dan sayur sup yang Alena masak, mencium aroma sedap Bimo bersemangat untuk mencicipi.
"Masakan nya enak, jadi inget Aya." ucap Bimo dengan lahap memakan masakan Alena yang menurutnya enak seperti masakan Indira.
Memang belum sepenuhnya Bimo menghilangkan nama Indira di hatinya, namun dirinya berusaha melupakan dengan sendirinya, seiring waktu berjalan dirinya pasti bisa menghilangkan rasa yang masih tertanam dihatinya, cukup melihat gadis yang ia cintai bahagia sudah membuatnya bahagia. toh cinta tidak harus memiliki, dan merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya adalah pengorbanan cinta yang sesungguhnya.
.
.
Alena masuk kamar Bimo dengan mata tak henti-hentinya memandang, kamar Bimo yang masih rapi, bahkan tata letak barang di kamar itu nampak rapih pada tempatnya. "Kalau kayak gini apa yang mau diberesin, kamar gue aja kalah rapih nya sama kamar bos." Alena berjalan mendekati meja dekat tempat tidur melihat bingkai foto, ada dua bingkai foto di meja itu. Foto delapan orang dengan menggunakan seragam SMA empat pria dan tiga perempuan, diantaranya hanya Bimo yang Alena tahu. "Ck. dia memang sudah bibit unggul sejak remaja." Alena mengakui jika bosnya itu memang tampan sejak masih remaja. "Ini cewek cakep bener, mereka serasi." Alena menatap foto satunya dengan masih menggunakan seragam SMA yaitu Indira dan Bimo. Indira yang memeluk Bimo dari samping dengan tertawa lepas, mereka bertatapan dengan saling tertawa. "Kalau lagi ketawa kek gini, sepuluh kali lipat tampan nya." Gumam Alena tersenyum sendiri melihat wajah Bimo yang tertawa lepas.
Karena tidak ada yang harus di bersihkan Alena pun hanya menyapu dan sedikit merapikan yang menurutnya masih kurang rapi, dirinya ingin cepat selesai dan pulang menemani Alisa. karena biasanya Weekand Alena akan mengajak Alisa jalan-jalan meskipun hanya ke taman kota saja, tapi bagi anak yang masih kecil seperti Alisa hanya butuh perhatian dari sang kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Bella Desiana
udah ngerasa geregetan bimo dgn alena.... makin seru neee
2023-02-03
1
qllaa✨
gosah dejavu ihh
2022-12-16
1
Fenty Izzi
semoga cepet move on bemo sayang😊
2022-11-16
1