Bimo duduk di teras kontrakan Alena dengan Alena yang baru datang setelah membereskan bekas makan mereka.
"Bapak kok tau aku tinggal disini?" Alena duduk di kursi samping Bimo yang berjarak meja kecil di tengahnya.
"Cuma nyari alamat kamu apa susahnya buat saya." Bimo tersenyum simpul.
Alena hanya memutar kedua bola matanya malas. "Ada apa bapak menemui saya?" Lagi-lagi Alena bertanya, agar bos nya itu cepat pergi menurut Alena.
"Kamu kenapa jadi tidak sabaran gitu." Ucap Bimo menatap Alena yang acuh tak acuh.
"Bapak langsung aja deh, gak usah muter-muter tujuan bapak kemari itu sebenarnya apa?" Alena yang sudah kesal karena bosnya itu.
"Kenapa? apa kamu takut kalau pacar kamu datang dan melihat ada aku disini." Ucapan Bimo malah membuat Alena semakin kesal.
"Terserah deh, dasar bos nyebelin." Alena beranjak berdiri dan ingin pergi meninggalkan bosnya itu, namun tangan nya di cekal oleh Bimo.
"Isss...ngapain pegang-pegang." Alena menghempaskan tangan Bimo dan melotot garang menatap Bimo.
"Galak amat jadi cewek." Bimo bergumam namun masih didengar oleh Alena.
"Apa bapak bilang?!" Alena berkacak pinggang mendengar ucapan Bimo.
Bimo tidak menjawab melainkan mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya.
"Kerugian mobil saya yang harus kamu bayar." Bimo menyodorkan kertas nota pada Alena.
Alena menerima dan melihat nominal yang tertera di nota itu, seketika matanya membelikan sempurna.
"Se-sebanyak ini." wajah Alena nampak pias melihat angka yang cukup membuatnya akan pingsan jika bisa. ehh
"Ya, dan kamu harus menggantinya, jika tidak kamu akan saya laporkan polisi atas kasus penipuan." Ucap Bimo santai dengan menikmati wajah ketakutan Alena yang menurut Bimo menggemaskan.
"Ke-kenapa jadi penipuan?"
"Karena kamu tidak mau bertanggung jawab, membayar ganti rugi kerusakan mobil saya."
"Tapi saya dapat uang dari mana sebanyak ini." Alena nampak bingung harus membayar pakai apa, sedangkan dirinya baru akan menerima gaji dua hari lagi dan semua sudah ia persiapkan untuk membayar ini dan itu.
"Terserah yang penting kamu bayar." Bimo duduk santai, dirinya tahu jika Alena tidak akan bisa membayar biaya perbaikan mobilnya, namun entah mengapa Bimo ingin membuat gadis galak itu bertanggung jawab padahal jelas-jelas Alena tidak akan mampu.
'Ah, melihat wajah ketakutan Ale menyenangkan juga.' Bimo.
"Saya cicil saja boleh." Tanya Alena yang kembali duduk di kursi menatap Bimo berharap.
"No.. tidak mau, saya membayar itu kes, bukan kredit."
"Tapi saya gak punya uang sebanyak itu pak." Mata Alena sudah nampak sendu.
Sebenarnya Alena bisa saja meminta bantuan kepada Diki, tapi Alena bukan tipe gadis yang memanfaatkan kekasihnya.
"Lalu kamu mau bagaiman?"
"Terserah bapak, yang penting jangan laporin saya, saya akan lakukan apa saja yang penting jangan laporin saya." Ucap Alena yang sudah pasrah.
Bimo nampak berpikir dan ide cemerlang melintas di otaknya.
"Oke, saya tidak akan laporin kamu, asalkan ada syaratnya?" Ucap Bimo tersenyum penuh arti.
Alena menelan salivanya susah melihat senyum bosnya itu yang menurutnya sinyal bahaya. "A-apa pak?" tanya Alena was-was sekaligus penasaran.
"Jadi pembantuku selama tiga bulan." Ucap Bimo tersenyum senang.
Syukuri.
"Pem-pembantu."
.
.
.
.
"Pah kenapa Bimo gak mau pulang kerumah sih, mama kan kangen. punya anak satu kok sukanya tinggal sendiri di Apartemen." Leina sedang duduk didepan tv bersama suaminya, keduanya seperti pengantin baru yang hanya tinggal berdua di rumah besar itu beserta art.
"Bimo masih muda mah, dia masih suka berkelana dan bersenang-senang nanti kalau sudah lelah pasti dia akan pulang." Ucap Rendy suami Leina.
"Papa gak ngerti banget jadi seorang ibu." ucap Leina kesal.
Selama pulang dari sekolah luar negeri memang Bimo kembali tinggal sendiri di apartemen nya, dulu semasa remaja dirinya juga sering tinggal di apartemen ketimbang tinggal dirumah kedua orang tuanya.
"Terus papa harus apa?" tanya Rendy.
"Ya papa bujuk suruh tinggal disini, kalau gak cariin jodoh sekalian biar cepet nikah dan punya anak, nanti anak nya biar mama yang urus." Leina berbicara dengan ide dikepala nya.
"Bimo masih muda ma, masa mau dijodohin kaya gak laku aja keturunan papa." ucap Rendy dengan geleng kepala mendengar ucapan istrinya.
"Dari pada mama gak ada temen, kalau Bimo menikah dan punya istri kan Mama bisa ajak istrinya kalau mau pergi-pergi gak sendirian melulu."Leina masih saja ngedumel.
Rendy merangkul bahu istrinya. "Dari pada mama bicara hal yang gak penting soal perjodohan dan punya cucu, mending kita buat adik untuk Bimo." Rendy menatap istrinya penuh arti dengan menaik turunkan alisnya.
"Dih, inget umur Pah, udah gak pantes punya anak. punya cucu iya." Leina melengos membuang muka.
"Ck. apa susahnya usaha, siapa tahu membuahkan hasil." Rendi mencolek pinggang istrinya.
"Iss..papa ah, geli tau." Leina menatap tajam Rendy.
"Ayolah, yuk mumpung malam Jumat, kita sunah rasul."
"Ya, ampun punya lakik gini amat."
Rendy tertawa dan menggendong tubuh istrinya menuju kamar mereka berdua, melakukan ritual malam dengan penuh cinta, yaitu sunah rasul.
.
.
.
Alena tidur terlentang dengan mata menatap langit-langit kamar, dirinya masih memikirkan ucapan bos menyebalkan nya itu.
"Kamu harus mau menjadi pembantuku selama tiga bulan, gampang kan." ucap Bimo.
"Tapi kan saya bekerja pak, mana mungkin bisa?" tanya Alena tak habis pikir, dirinya sudah bekerja di kantor seharian melayani bos menyebalkan dan sekarang dirinya disuruh menjadi pembantu, bisa gila dirinya lama-lama berdekatan dengan bos menyebalkan.
"Gampang, kamu bisa pulang kerja datang ke Apartemen saya, hanya bersih-bersih dan menyiapkan makan malam untuk saya." ucap Bimo santai, dirinya tidak akan berhenti mencari akal agar gadis itu tidak menolak keinginan nya.
"Lalu adik saya gimana pak, kasian kan Alisa saya tinggal dari pagi sampai malam." Alena masih mencari alasan agar bosnya tidak memaksa.
"Alisa sudah biasa kamu tinggal kan, biasanya dia sama siapa?"
"Ya..ya sama tetangga saya." Alena menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Yasudah titipin, kenapa masih bingung. Sabtu besok kamu saya tunggu di Apartemen saya jam delapan pagi, ingat selain hari kerja kamu harus datang pagi." setelah mengatakan itu Bimo pergi dengan menggunakan mobil mewahnya.
"Ahhh, kenapa aku jadi apes gini sih." Alena mengusap wajahnya kasar. "Apa minta bantuan Mas Diki aja ya..?" Alena nampak berpikir. "Jangan deh, nanti dikiranya aku cewek matre lagi."
"Masa iya sih aku harus ketemu bos menyebalkan itu seharian penuh, dikantor aja udah buat mood aku rusak karena tingkah menyebalkan nya." Alena membayangkan jika dirinya setiap waktu harus melihat wajah menyebalkan Bimo di manapun dia berada, membuatnya bergeridik ngeri sendiri.
"Pokoknya harus bisa, demi hutang, ya demi hutang." Alena menyemangati dirinya sendiri, dan segera memejamkan mata untuk istirahat karena besok lagi mungkin dirinya akan mendapat kelakuan yang lebih konyol lagi dari bosnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Suti
semangat Alena kamu pasti bisa.
2023-01-13
1
Fenty Izzi
semangat ale💪💪💪
2022-11-16
1
jhon teyeng
aya versi lain, mknya bemo suka
2022-11-07
1