Keluarga Diki menyetujui permintaan Alena, Diki pun juga mengiyakan permintaan kekasihnya itu, meskipun berat hati. Diki ingin segera menghalalkan ikatan mereka, tidak tahu saja Alena jika Diki setengah mati selalu menahan gejolak hasrat yang selalu berkobar setiap berdekatan dengan Alena. Meskipun dirinya bisa mengendalikan rasa yang bergejolak dalam dirinya karena Diki tidak ingin merusak kekasihnya demi menuruti hasratnya.
Diki adalah pria dewasa, dirinya juga tidak pernah merasakan sesuatu yang berbau ranjang, karena Diki ingin melakukan pertama kali dengan orang yang ia cintai yang sah menjadi miliknya.
Kini Alena sudah berada di dalam mobil Diki, setelah selesai acara makan malam, Diki mengantarkan Alena dan Alisa pulang, dan sekarang gadis kecil itu sudah terlelap di kursi belakang.
"Mas, maaf jika permintaan Lena membuat mas kecewa." Alena menatap wajah kekasihnya dari samping, yang sedang fokus menyetir.
"Kenapa minta maaf sayang? Kamu berhak mengambil keputusan jika kamu tidak yakin." Diki mengelus kepala Alena. "Bagi aku, yang terpenting adalah kamu menjadi milik aku, meskipun aku harus menunggu." Diki tersenyum menatap wajah kekasihnya yang membuatnya menghangat.
"Terimakasih Mas." Alena tersenyum, yang dibalas anggukan kepala oleh Diki.
Diki tidak ingin memaksakan keinginannya untuk menikahi Alena secepatnya, karena Diki juga tahu jika kekasihnya masih berumur 18tahun. Yang Diki perlukan hanya bersabar menunggu kekasihnya itu siap.
Alena merasa lega, meskipun dalam hatinya merasa bersalah karena membuat kecewa keluarga Diki, terutama pada Diki sendiri. Entah mengapa dalam hatinya belum yakin jika harus menikah secepat ini, meskipun dengan orang yang ia cintai sekalipun.
Mobil Diki berhenti di depan rumah Alena. "Terimakasih mas sudah mengantar pulang." Alena melepas sealtbeat yang ia pakai.
"Sama-sama sayang, ingat besok aku jemput untuk membeli cincin pertunangan kita."
"Iya, aku ingat." Alena ingin keluar namun di cegah oleh Diki.
"Ada apa mas?" Tanpa menjawab Diki langsung memajukan tubuhnya dan mendaratkan ciuman di bibir Alena.
"Mikirnya jangan lama-lama ya, mas mencintai kamu dan ingin membina rumah tangga bersama kami." Diki mengusap pipi Alena lembut.
Alena hanya tersenyum tanpa memberi jawaban.
"Biar mas yang gendong Alisa."
Alena berjalan membuka pintu sedangkan Diki menggendong Alisa yang tertidur di kursi belakang.
"Biar aku yang bawa kekamar mas." Alena meraih tubuh Alisa dari gendongan Diki. Ia membawa Alisa kekamar mereka.
Diki mengunggu Alena di ruang tamu.
"Mas mau minum apa?" Alena duduk di depan Diki.
"Tidak usah, lagian sudah malam mas mau pulang." Diki berdiri menghampiri Alena. "Besok mas jemput."
"Iya mas.. Lena ingat, mas sudah berapa kali mengingatkan." Alena hanya geleng kepala.
Diki tersenyum. "Entahlah mas hanya merasa tidak sabaran." Diki berjalan keluar rumah di ikuti Alena.
"Hm.. Minggu depan kita akan bertunangan." Alena berdiri di depan Diki, pria menatap Alena dengan sayang.
"Yasudah mas pulang." Diki mencium kening Alena.
"Hati-hati." Alena tersenyum dan mengantar Diki hingga masuk kedalam mobil.
Alena melambaikan tangan ketika mobil Diki bergerak keluar halaman rumahnya, hingga hilang dari pandangan Alena.
.
.
.
"Ini kenapa Bisa begini sih." Bimo melihat kancing kemeja yang ia kenakan lepas hingga jatuh kelantai.
"Ck. bikin gue tambah terlambat aja." Bimo kembali melepas kemeja yang Ia kenakan dan mengganti dengan kemeja yang lain.
Tidak biasanya kancing baju yang ia kenakan bisa sampai lepas seperti itu.
Bimo berjalan keluar apartemen menuju lift, untuk membawanya ke lobby apartemen.
Pagi ini ada pertemuan dengan klien di luar kantor, dan Bimo mengendarai mobil mewahnya menuju tempat yang sudah di reservasi oleh Damian, Asistenya.
Bimo memasuki restoran dengan menggunakan kaca mata hitam. Kedatangan Bimo banyak menarik perhatian sebagain pengunjung restoran itu yang kebanyakan perempuan.
Seorang pelayan menyambut kedatangan Bimo, dan membawa Bimo menuju ruangan VIP yang sudah di lesan klien nya.
"Selamat datang pak Bimo Bagaskara." Ucap pria yang menunggu kedatangan Bimo, dan mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan.
Bimo melepas kaca mata hitamnya dan membalas uluran tangan klien nya itu.
Keduanya sedikit berbasa-basi sebelum membahas proyek yang akan mereka bangun, keduanya nampak berdiskusi membahas pembangunan sebuah Mall yang akan di bangun oleh perusahaan Bimo. Karena dirinya membutuhkan kontraktor yang kompeten, dan Bimo memakai jasa klien nya ini untuk mempercayakan pembangunan Mall.
"Saya sangat senang sekali bisa bekerjasama dengan bapak." Ucap pria yang seumuran dengan Bimo.
"Sama-sama, saya harap anda bisa di percaya dalam hal ini." Bimo menutup berkas-berkas yang mereka berdua bahas tadi.
"Tentu saja pak, bagi kami mendapat klien seperti bapak adalah hal yang tidak kami pikirkan." Pria itu berkata jujur, pasalnya mendapat tawaran menjadi kontraktor pembangunan yang mendapat job dari perusahaan terbesar seperti Bagaskara Corp, adalah sebuah kehormatan.
"Tentu saja kami di percaya, kami akan melakukan yang terbaik untuk anda pak."
"Oke..saya pegang ucapan kamu." Bimo berdiri dan menyalami pria itu, kemudian pamit undur diri karena masih banyak pekerjaan di kantor yang menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
qllaa✨
boleh gak siih gw gak suka sama dikii yaa walau pun dia baikk tapi cara nya dia kurang aja gituu
plisss buat sii bemooo ajaa si alee alee
2022-12-16
1
Fenty Izzi
next
2022-11-16
0
Ririe Handay
lagi
2022-10-24
2