Setelah kepulangan Allan dan Indira, mereka sempat makan siang bersama di kantor Bimo. Karena si ibu hamil yang belum mau pulang masih ingin mengobrol dengan Bimo, alhasil Allan pun menuruti permintaan istri tercintanya. Bimo kembali berkutat dengan berkasnya, hingga tangan nya mengambil gelas yang ada di mejanya, namun gelas itu sudah kosong.
"Ck. abis lagi."
Bimo menghubungi pantry untuk di bawakan kopi.
"Masuk"
Pintu di buka Gina masuk membawakan kopi yang bosnya pesan.
"Kopinya pak." Gina menaruhnya di meja Bimo.
"Permisi pak." Gina yang sudah ingin berbalik namun tertahan karena panggilan bosnya.
"Tunggu..!"
"Iya pak..?" Tanya Gina sedikit gugup karena ini kali kedua dirinya melihat bos tampan yang banyak di kagumi para karyawan wanita.
"Apa kamu tahu kenapa Alena tidak masuk?" Tanya Bimo dingin dan datar.
"Kalau tidak salah kemarin Lena bilang ada acara keluarga, jadi tidak bisa masuk bekerja hari ini." Ucap Gina menunduk, dirinya tidak berani menatap wajah bosnya itu.
"Yasudah pergilah."
Gina pun kembali permisi dan keluar dari ruangan Bimo.
"Alamak dada ku kenceng banget, kalo tiap hari begini bisa mati muda aku. Apa kabar Alena yang setiap hari bertemu si bos." Gina mengelus dadanya yang jedag jedug melihat bos tampan rupawan.
"Ck. Ale gue beneran salah sama loe." Bimo menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.
Entah mengapa bayangan kejadian dirinya yang mencium bibir Alena terus berputar di otaknya, apa mungkin karena itu ciuman pertama Bimo?
Meskipun usia Bimo sudah 25tahun dan tinggal di LN selama empat tahun, tidak membuat dirinya terjerumus ke dunia bebas seperti di negara yang ia tinggali, Bimo hanya bermain dan berkumpul dengan sahabatnya di sana dengan batas wajar. Dan ternyata dirinya mampu membatasi pergaulan dirinya disana.
Ciuman pertama dirinya berikan kepada Alena, gadis yang bukan siapa-siapa baginya begitupun juga Alena, Entah mengapa melihat Alena berciuman dengan pria lain membuat dirinya tidak suka, dan ingin menghapus bekas ciuman pria itu meskipun dirinya harus mendapat tamparan dari Alena.
Jika dulu ketika remaja Bimo bisa menahan rasa ingin tahu nya berciuman dibibir, tapi dirinya tidak berani untuk melakukan hal itu, Bimo melakukan hanya sebatas mencium kening dan pipi Indira, karena memang dulu mereka bukan sepasang kekasih.
Alena gadis yang tanpa Bimo sadari sudah membuatnya tertarik, tingkah Alena yang kadang berani dan menyebalkan tapi terkadang juga wajah takutnya membuat Bimo gemas sendiri.
.
.
.
Alena dan Alisa di jemput supir keluarga Yusuf, Hesti yang menyuruh Alena datang ke rumahnya lebih dulu, karena acara pertunangan Alena dan Diki akan dilaksanakan di kediaman Diki, dan Diki di suruh Hesti untuk berada di apartemen karena tidak ingin keduanya bertemu dan malah membuat kekacauan, terutama Diki yang tidak bisa jauh dari Alena ketika bersama.
"Sayang kamu sudah datang." Hesti menyambut kedatangan Alena dan Alisa.
"Sudah Bu." Alena menyalami Hesti begitupun juga Alisa.
Rumah Diki sudah di sulap sedemikian rupa, tatanan dan suasana untuk acara pertunangan. Sederhana namun terkesan elegan dan simpel, Alena menyukainya.
"Sayang kalian istirahat dulu, mumpung masih ada waktu, nanti akan ada Mua yang akan merias kamu." Hesti membawa Alena dan Alisa ke kamar tamu yang sudah di siapkan. Mengingat masih hari masih siang, dan acara akan di mulai pukul tujuh malam.
"Iya Bu." Alena mengikuti langkah calon mertuanya yang membawanya masuk ke dalam kamar tamu.
"Jika butuh sesuatu panggil saja bibi, ibu masih harus menyiapkan keperluan yang lainya ya.." Hesti menyayangi Alena dan Alisa sudah seperti putrinya sendiri, karena dulu Hesti berteman dekat dengan almarhum kedua orang tua Alena.
"Apa Alena bisa membantu?" Alena tidak enak jika harus berdiam diri dikamar, sedangkan waktu masih siang hari, masih lama menuju malam hari.
"Tidak usah Lena, biarkan mereka yang bekerja, kamu hanya perlu istirahat." Hesti mengelus lengan Alena. "Alisa juga istirahat ya, temani kak Lena." Tangan Hesti beralih mengelus kepala Alisa.
"Iya Tante." Alisa tersenyum.
"Pintar, yasudah ibu tinggal dulu." Hesti pun keluar setelah menutup pintu kamar Alena.
"Kak, apa kakak akan cepat menikah?" Tanya Alisa dengan polosnya. Kini keduanya sudah duduk di atas ranjang saking berhadapan.
"Apa Alisa senang jika kakak menikah." Alena malah balik bertanya.
"Kalau kakak bahagia, Alis juga pasti akan bahagia."
Alena tersenyum, mengelus kepala Alisa. "Kakak masih akan bertunangan dengan kak Diki, jadi kakak belum akan menikah, tapi nanti jika sudah waktunya kakak akan menikah."
"Apa Alis akan tinggal sama kak Lena, jika kak Lena sudah menikah?"
"Tentu saja sayang, Alis akan ikut kemanapun kak Lena pergi." Alena memeluk tubuh kecil adiknya. Dirinya bisa merasakan jika ada kesedihan dan kekhawatiran dalam mata Alisa. "Kak Lena janji tidak akan pernah meninggalkan Alisa."
"Hem, Alis sayang kak Lena." Alisa mengeratkan tangan nya pada punggung Alena yang memeluknya.
"Kak Lena juga sayang Alisa.
Inilah yang Alena takutkan jika dirinya langsung menerima lamaran Diki untuk menikahinya, karena sudah pasti waktunya untuk Alisa akan berkurang dan mungkin dirinya akan mengabaikan Alisa yang masih kecil, Alisa baru berumur tujuh tahun, tapi karena kedua orang tuanya memanjakan Alisa, selalu memberi kasih sayang yang berlimpah Alena menjadi tidak tega untuk membagi kasih sayang dan waktunya untuk Alisa, setidaknya sampai Alisa mengerti.
.
.
.
Bimo keluar kantor pada jam lima sore, masih ada waktu dua jam untuk dirinya berangkat ke bandara menuju kota S.
Mobil mewahnya memasuki gang sempit menuju rumah Alena, Bimo berniat menemui Alena untuk meminta maaf sebelum dirinya pergi ke kota S yang mungkin akan memakan waktu satu Minggu bisa lebih.
Mobil mewah Bimo berhenti di depan rumah kontrakan Alena, Sepi bahkan lampu teras Alena belum menyala padahal sebentar lagi petang.
Bimo mengetuk pintu rumah Alena, namun tidak ada sahutan dari dalam, bahkan sepertinya rumah Alena kosong.
"Maaf, mas cari siapa?" Tetangga Alena Ratna yang ingin keluar melihat seorang pria yang mengetuk pintu rumah Alena.
"Saya mencari Alena Bu?" Ucap Bimo sopan.
"Oh, Lena nya sedang pergi sejak tadi siang, memang anda siapa nya Lena?" Tanya Mirna lagi.
"Em..saya teman kantor Alena, karena Alena hari ini tidak masuk bekerja saya kira Alena sedang sakit." Ucap Bimo beralasan, karena dirinya tahu jika Alena tidak masuk karena sedang ada acara keluarga.
"Loh teman Lena tapi tidak tahu jika Alena malam ini akan mengadakan acara tunangan." Ucap Mirna bingung, jika teman pasti Alena sudah mengundang teman nya itu. Mirna saja di undang Alena untuk menghadiri acara pertunangan nya.
"Tu-Tunagan." Bimo terbata, perasaan asing mulai merayap di dadanya, rasa tidak percaya.
"Iya, malam ini Lena akan bertunangan, yasudah saya permisi ya." Mirna pamit karena ingin pergi ke warung.
"Jadi acara keluarga yang dimaksud pertunangan Ale." Gumam Bimo yang merasakan dadanya nyeri, namun dirinya tidak menyadari hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Bella Desiana
buruan bimo ... ambil hati alena ...
jadikan alena kekasih hatimu bimo
2023-02-03
2
Sri Tanjung
hancur hatiku
2023-02-01
1
Nina Nina
diki sama bimo sama sama baik,,,, siapa kira kira yg bakal dapatkan alena,, ,seru thor 😱😱😱 😬😬😬
2022-12-23
1