Bimo kembali melajukan mobilnya menuju apartemen, dirinya juga harus bersiap-siap untuk pergi keluar kota. Sepanjang jalan dirinya masih memikirkan Alena yang akan bertunangan, kenapa Alena tidak memberitahunya.
'Loe bukan siapa-siapa nya Alena'
Bimo mulai merasakan kegelisahan seperti tidak rela jika Alena akan bertunangan dengan pria lain, namun dalam hati Bimo selalu menyangkal hal itu, karena dirinya hanya merasa bersalah atas kejadian tempo hari ketika dirinya tanpa rasa mencium bibir Alena.
Daniel sudah menunggu di lobby apartemen ketika Bimo sampai, karena waktu Bimo hanya tersisa kurang dari satu jam lagi untuk berangkat ke bandara.
"Pak." Daniel menyapa Bimo yang hanya di balas dengan anggukan kepala.
Keduanya berjalan memasuki lift menuju unit kamar Bimo, Daniel membantu Bimo menyiapkan berkas-berkas yang akan di bawa, karena Bimo akan di temani Daniel selama di kota S.
"Semua sudah siap." Bimo keluar kamar dengan pakaian cansual, Sangat tampan dan rupawan.
"Sudah pak."
Keduanya kembali memasuki lift untuk menuju lobby apartemen, mobil yang akan mengantar mereka sudah menunggu.
Jarak apartemen menuju bandara tidak terlalu jauh, apalagi jalanan sedikit lenggang, membuat Bimo dan asistennya sampai tepat waktu di bandara.
.
.
.
Dilain tempat Alena nampak merasa gugup, dirinya sedang duduk di depan cermin wajah yang sudah dirias sedemikian rupa, make up natural dengan tatanan rambut yang modern, serta atasan kebaya modern dengan bawahan kain batik membuat Alena sangat cantik dan anggun.
Alena sendiri sampai tidak percaya melihat penampilannya yang memukau, karena memang Alena tidak pernah berdandan, hanya memakai bedak dan lips saja.
"Kak Lena cantik banget, kayak princess." Mata Alisa berbinar melihat Alena yang cantik.
"Hem.. Alis juga cantik, seperti princess." Alena tersenyum, Alisa juga memakai gaun dengan warna yang sama seperti Alena, gaun anak-anak yang Hesti belikan khusus untuk Alisa.
"Sayang kalian sudah siap." Hesti masuk dengan mengunakan pakaian kebaya di padu dengan bawahan batik, dengan warna sama seperti Alena.
"Sudah Bu." Alena tersipu malu, karena ini kali pertama dirinya berpenampilan secantik ini.
"Duh, calon mantu ibu cantik banget, pasti Diki tambah klepek-klepek lihat kamu." Hesti memuji penampilan Alena yang memang sangat cantik.
"Ibu Lena gugup." Alena mengutarakan kegelisahannya.
"Tidak apa-apa sayang, hal yang wajar jika kamu merasa gugup dan grogi, karena itu tandanya kamu mencintai Diki, justru sebaliknya jika kamu tidak merasakan apa-apa maka kamu tidak memiliki perasaan kepada anak ibu." Hesti tersenyum dan mengelus pundak Alena.
"Yasudah ayo turun, acara akan segera di mulai, Diki juga sudah datang ayo.." Hesti mengandeng Alena, Alisa juga berjalan disamping Alena.
Ketika keluar dari kamar tamu, semua mata tertuju pada Alena yang berjalan mendekati dimana Diki berdiri dengan menggunakan batik yang senada dengan corak bawahan batik yang Alena kenakan. Karena memang kedua orang tua Diki memiliki darah Jawa, meskipun tinggal di kota Jakarta tidak membuat mereka menghilangkan simbol adat Jawa yaitu batik.
Mata Diki tidak berkedip ketika melihat belahan hatinya berjalan dengan anggun dan sangat cantik menuju tempatnya berdiri, jantung Diki kembali berdebar hanya melihat Alena yang berjalan mendekat kearahnya.
Alena hanya malu-malu menatap wajah kekasihnya yang sebentar lagi menjadi tunangannya.
"Kamu sangat cantik sayang." Diki berbisik di samping Alena.
Alena hanya tersenyum kaku, dirinya merasa gugup.
Acara tukar cincin berjalan dengan lancar, keduanya menampilkan senyum bahagia di depan kamera yang mengabadikan momen bahagia kedua nya.
Kerabat dan keluarga dekat keluarga Diki maupun Alena menghadiri dan memberikan ucapan selamat dan doa semoga berjalan lancar sampai hari pernikahan.
"Mas kenapa lihatin aku kayak gitu." Alena aneh ketika Diki selalu menatapnya.
"Mas hanya ingin menikmati kecantikan bidadari di depan mas." Diki tersenyum dengan manis.
Alena tersipu, pipi nya merona mendengar pujian Diki. "Duh, Lena jadi panas dingin mas." Alena tertawa membuat Diki ikut tertawa.
Keduanya bahagia karena baru saja menjalin status bertunangan, meskipun harapan Diki ingin segera menikahi Alena, namun dirinya juga menghormati permintaan Alena yang memang Alena masih sangat muda masih berusia 18tahun. Tapi Alena sudah menjadi gadis dengan pemikiran dewasa.
Alena di perkenalkan oleh kerabat dari keluarga Diki yang Alena belum kenal, mereka berbincang dengan hangat.
.
.
.
.
Dilain tempat Bimo masih berada di dalam pesawat, dirinya melihat jam yang melingkar di tangannya. "jam delapan malam, pasti Ale sudah melangsungkan acara nya." Bimo menghembuskan napas dalam, sejak tadi pikiranya selalu tertuju pada Alena, entah apa yang Bimo pikirkan namun hanya ada Alena yang selalu muncul di otaknya.
Bimo berdiri ingin menuju ke kamar kecil yang berada di dalam pesawat, tidak sengaja dirinya menyenggol lengan penumpang lain yang berada di sebrang kursinya.
"Maaf, saya tidak sengaja." Ucap Bimo yang melihat seorang wanita sedang asik membaca majalah, hingga majalah itu jatuh ketika tak sengaja Bimo menyenggolnya.
"It's oke." Wanita itu hanya cuek dan kembali membaca majalah yang sempat jatuh.
Bimo kembali setelah beberapa menit, karena sebentar lagi pesawat akan mendarat di tempat tujuan.
Daniel membatu membawakan koper Bimo, keduanya berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan untuk mereka selama di kota S.
"Kita langsung ke hotel." Ucapan Bimo hanya mendapat anggukan dari supir. Daniel yang duduk di kursi samping supir, dan Bimo duduk di kursi penumpang.
Mobil yang menjemput Bimo berhenti di hotel milik keluarga Bagaskara, kedatangan anak pemilik hotel disambut oleh manager hotel langsung.
"Selamat datang pak." Ucap manager hotel.
Bimo hanya mengangguk, dirinya berjalan seperti biasa dengan gaya cool nya. para pengunjung wanita dan karyawan hotel sendiri nampak terpesona melihat pria tampan dan yang menggunakan kaca mata hitam membuat ketampanan seorang Bimo Bagaskara bertambah berkali-kali lipat.
"Saya berada di kamar sebelah anda tuan." Daniel menaruh koper Bimo.
"Baik, istirahatkan besok pagi kita mulai bekerja."
"Baik tuan." Daniel memang sering mengganti panggilan pada bos mudanya itu, terkadang pak karena Daniel sering memanggil Rendy seperti itu, dan terkadang tuan karena Bimo adalah tuan muda satu-satunya di keluarga Bagaskara.
Daniel keluar menuju kamar nya sendiri yang berjarak satu kamar dari kamar Bimo.
"Ale..kenapa wajah loe selalu hadir di otak gue." Bimo merebahkan dirinya di atas ranjang menatap atap kamar dengan pikiran kembali tertuju kepada Alena.
"Ck. gak bisa seperti ini." Bimo kembali berdiri, dirinya mengambil berkas yang akan ia kerjakan besok tentang proyek pembangunan Mall terbesar di kota S. Dirinya mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan agar pikiranya tidak berpikir tentang Alena.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Bella Desiana
betharap alena bakal jadi istri bimo🥰🥰
2023-02-03
2
Eka 'aina
kyk gue ya Bim daripada pusing mikirin pahitnya hidup mending gue alihin baca novel "pembantuku candaku" lupa semua pahitnya idul😂😂😂
2022-12-17
1
Fenty Izzi
galau... udah jatuh cinta tuh... perjuangin Bimo💪💪❤
2022-11-16
2