Setelah bertemu dengan klien Bimo kembali ke kantor, pukul sebelas siang Bimo sampai kantor.
Seperti biasa ketika dirinya memasuki lobby kantor maka obyek pertama adalah kedatangan yang membuat para karyawan wanita tak berkedip melihat wakil direktur perusahaan.
Bimo berjalan dengan santai, namun aura wibawanya sudah terlihat meskipun masih berusia muda. Dengan menggunakan kaca mata hitam dan jas yang pas melekat ditubuhnya membuat dirinya sungguh mempesona bagi kaum wanita yang melihatnya.
Bruk
Karena berjalan sambil melihat ponsel Bimo tak sengaja menabrak seseorang ketika ingin memasuki lift.
"Maaf pak saya tidak sengaja." Ucap seorang wanita mengambilkan ponsel Bimo yang terjatuh.
Bimo menerima dan menatap wanita didepannya dengan menunduk. "Apa kamu tidak melihat jalan." Ucapnya dingin.
Wanita itu mengangkat kepalanya ketika mendengar suara yang familiar di telinganya.
"Ng.."
"Ikut saya.." Bimo menarik Alena kembali memasuki lift menuju keruangan nya. Kejadian barusan menjadi buah bibir para karyawan yang melihat aksi Cleaning servis dan wakil direktur.
Alena ingin menolak, namun cekalan tangan Bimo yang kuat membuatnya diam. Mungkin bos nya itu marah karena sudah menabrak dan membuat ponselnya jatuh.
Alena mengikuti langkah lebar Bimo hingga membuatnya kesulitan untuk mengimbangi.
"Pak.." Alena ingin protes namun Ia tersentak ketika Bimo menarik kuat dan langsung menutup pintu ruangan nya.
"Pak.." Jantung Alena berdegup kencang ketika wajah Bimo sangat dekat dengan wajahnya.
Bimo mengunci pergerakan Alena di balik pintu ruangan nya yang tertutup. Menatap intens wajah Alena yang manis bibir kecil mancung, mata kecoklatan dan bibir pink yang menggoda.
Ingatannya kembali pada kejadian tadi malam, ketika Ia melihat adegan live sepasang kekasih yang berciuman di dalam mobil.
Malam ketika Bimo ingin mendatangi Alena untuk mengajaknya belanja kebutuhan isi kulkasnya, tak di sangka dirinya melihat Alena yang diantar seorang pria dan Bimo melihat kejadian Alena dicium oleh pria yang mungkin kekasihnya. Bimo yang melihat hal itu merasa tidak suka, apa lagi Alena sangat menikmati ciuman mereka.
Ada desiran halus yang membuat jantung nya berdegup kencang menatap wajah manis nan cantik Alena dalam jarak sedekat ini, jangan lupakan bibir pink alami yang menggoda.
Tangan Bimo menyentuh wajah Alena, ibu jarinya mengusap lembut bibir pink yang membuatnya menelan ludah kasar.
Alena hanya diam dengan jantung masih berdebar, dirinya belum sadar karena wajah tampan bosnya yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Apa kah ini sangat enak." Bimo berucap tepat didepan bibir Alena, bahkan nafas beraroma mint dapat Alena rasakan.
Tatapan mata keduanya bertemu hingga membuat jantung keduanya berdebar. Bimo menatap intens Alena dengan tatapan teduh.
"Pak..ini_" Ucapan Alena terpotong, tubuhnya membeku dengan mata mengerjap pelan.
Benda kenyal nan hangat menyentuh bibirnya, Alena hanya diam dengan pikiran berkecamuk belum sepenuhnya sadar dengan apa yang Ia rasakan.
Bimo mengecup bibir ranum Alena dengan lembut, menyesap bibir Alena dengan mata terpejam, meskipun Alena tidak membalas.
Plak
Sadar setelah beberapa detik, tangan Alena reflek menampar pipi Bimo.
Bimo memejamkan mata ketika rasa panas di pipi Ia rasakan.
"Bapak keterlaluan..!" Alena dengan nafas memburu menatap marah bosnya.
Bimo membuka matanya ketika mendengar suara Alena yang keras dengan wajah marah.
Tanpa menunggu lama Alena mendorong dada Bimo hingga mundur beberapa langkah, dan segera pergi dengan rasa kecewa dan amarah.
Kecewa karena yang Alena pikir Bimo adalah bos yang menghormati wanita, namun pikiranya salah. Marah ketika dirinya tidak bisa mencegah atau pun melawan karena kejadian barusan sangat tiba-tiba dan membuatnya terkejut.
"Ale..!" Bimo mengejar Alena, namun ketika membuka pintu Alena sudah tak terlihat, bahkan Bimo mendatangi pantry namun tidak ada siapa-siapa.
"Arghh.." Bimo mengguyar rambutnya frustasi. Kejadian barusan sungguh membuatnya merasa pria kurang ajar.
Langkahnya kembali memasuki ruangan nya dengan wajah penyesalan yang masih ketara.
"Kamu dari mana Bim?" Tanya Rendy yang sudah berada di dalam ruangan putranya.
"Papa, ada apa pa?" Tanpa menjawab namun malah bertanya.
"Kenapa wajah kamu kusut begitu?" Rendy duduk di depan meja putranya.
"Tidak apa-apa? apa ada yang penting?" Tanya Bimo, yang memang tak biasanya papanya mendatanginya kalau bukan hal yang penting.
"Ya, ini ada tender untuk perusahaan kita dan kamu yang papa utus untuk menangani tender besar ini." Rendy menyerahkan berkas yang ia pegang kepada Bimo. "Ini adalah tender besar di kota S, papa ingin kamu memenangkan tender ini." Rendy menyatukan kedua tangannya dan bertumpu dia atas meja. "Jika kamu berhasil memenangkan tender ini maka jabatan papa akan papa serahkan kepadamu."
Bimo hanya diam, mempelajari isi dokumen yang Rendy berikan. "Kapan tender ini akan di mulai."
"Lusa kamu sudah harus berangkat ke kota S."Ucap Rendy.
"Baik, aku akan memenangkan tender ini." Bimo menutup berkas di atas meja, dan tersenyum lebar menatap Rendy.
"Bagus, papa yakin kamu akan berhasil memenangkan tender ini." Rendy ikut tersenyum, dirinya yakin jika Bimo akan berhasil dalam memenangkan tender ini.
"Doakan saja Pah, semoga Bimo berhasil." keduanya berdiri dan saling memeluk.
"Oke..papa akan tunggu kabar keberhasilan kamu."
Bimo menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya, pikiranya kembali mengingat wajah Alena yang kecewa dan marah.
"Maaf Alena." Bimo mengusap wajahnya dengan kasar.
.
.
.
Alena duduk berdiam diri di roof top atas gedung kantor, dirinya berlari menuju roof top ketika keluar dari ruangan Bimo.
Alena masih merasa tidak percaya mengingat kejadian barusan ketika sang bos mencium bibirnya. Alena jadi berfikir mungkin bosnya itu bukan pria baik seperti dalam pikiranya, pada kenyataannya Bimo berani mencium bibirnya tanpa perasaan.
"Udah kaya cewek gak bener aja gue." Alena menghela napas kasar, jika saja Bimo kekasihnya itu tidak masalah, tetapi yang mencium bibirnya adalah bos nya sendiri, sedangkan dirinya juga mempunyai kekasih.
"Maafin Alena Mas." Alena bergumam lirih.
.
.
Alena keluar dari kantor Bimo pukul empat sore. Di parkiran sudah ada mobil Diki yang terparkir menjemputnya.
"Mas sudah lama?" Alena duduk di kursi dengan senyum mengapa calon tunangannya.
"Belum sayang, mas baru saja sampai." Diki membantu Alena memakaikan sabuk pengaman.
"Oh..aku kira Mas sudah menunggu Lena lama."
"Hm..lama juga tidak apa-apa kalau untuk kamu." Diki tersenyum, sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Dih..mulai bisa gombal." Alena mencibir dengan mencebikkan bibirnya.
"Serius, dalam kamus Mas tidak ada istilah gombal."
Keduanya tertawa, Diki melajukan mobilnya menuju Mall terbesar untuk mencari cincin pertunangan mereka.
.
.
Bimo dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya, agar dirinya bisa menemui Alena dan meminta maaf.
Bimo keluar ruangan pukul empat lewat, biasanya Alena belum pulang dan Bimo tahu itu. Langkah lebarnya menuju pantry namun ketika sampai di pantry dirinya kembali tidak melihat siapa-siapa.
"Apa dia udah di apartemen ya." Bimo kembali melangkahkan kakinya menuju lift dan ingin segera sampai di apartemen.
Dua luluh menit Bimo sampai di lobby Apartemen nya, segera menaiki lift menuju kamarnya.
"Ale..!" Bimo memanggil Alena ketika sudah membuka pintu, namun tak mendengar sahutan dari Alena.
"Alena..?" Bimo menyusuri tempat yang biasa Alena beberes namun juga tak menemukanya.
"Ck. apa dia tidak datang."
.
.
.
Hay..para reader kesayangan akhirnya bang Bemo nonggol lagi🤭 setelah sekian hari sembunyi..😂
.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
HR_junior
bang bemo keknya mau JD pembinor ya..
2024-02-17
0
Ita rahmawati
dasar si bimo
2023-10-22
0
Nurul Laila
🤣🤣🤣
2023-09-05
0