Bimo yang baru menyelesaikan pekerjaan nya pukul tujuh malam, hari ini memang sangat banyak yang harus dirinya pelajari, apalagi sudah satu bulan dirinya menjabat wakil CEO di kantor ayahnya, Walaupun begitu kemampuan Bimo tidak perlu di ragukan lagi, dirinya sudah beberapa kali memenangkan tender dan karena kemampuan Bimo, perusahaan nya kini banyak yang mencari dan mendatangi untuk menjalin kerja sama.
Mobil Bimo membelah jalan keramaian di malam hari, dirinya sengaja melajukan kendaraan nya ke alamat seorang gadis yang sudah membuat mobilnya masuk ke bengkel.
Ketika sampai di gang kecil yang hanya cukup untuk satu mobil, Bimo melajukan mobilnya pelan dirinya mengamati setiap rumah yang ia lewati.
"Ck. Kenapa gue bodoh sekali sih, udah tau jalan kecil kek gini." Bimo menggerutu kesal pasal nya banyak kendaraan roda dua yang melintas hingga jarak mobil dan motor hanya tersisa sedikit. Salah-salah mobilnya kena imbas lagi.
Sesekali Bimo kembali membaca alamat gadis itu. dan tepat dirinya berhenti didepan rumah kecil, tepat nya kontrakan.
"Besok saya bayar deh Bu, kalo sudah gajian ya." Alena menunjukan muka memelasnya didepan Bu Neneng, pemilik kontrakan.
"iiihh,,, ale-ale.. kamu mah, bisa nya ngomong besak-besok, udah panas kuping saya Aleee..." Bu Neneng yang gemas pun dengan gaya lebai bicara dengan Alena.
"Ya makanya ibu gak usah sering temuin saya, kalo kuping ibu panas, kalo ada duit nanti Alena anter deh gak perlu ibu satroni kontrakan Alena." ucap Alena yang juga ikut gemas melihat tingkah ibu kosnya itu.
Bimo hanya memperhatikan Alena dengan seorang ibu-ibu yang asik berdebat, dirinya bersandar di badan mobil dengan tangan bersedakep.
"Duh, Ale sekarang kamu pinter jawab ya.."
"Lagian si ibu, dari tadi ngomong terus." Crocos Alena tak mau kalah.
Karena kesal ucapanya di jawab terus oleh Alena, akhirnya Bu Neneng pergi.
"Gitu kek dari tadi, bikin aku tambah Laper aja." Alena menggerutu menatap punggung lebar seperti lapangan bola Bu Neneng.
Ketika berbalik ingin menutup pintu, suara deheman seseorang membuat Alena mengurungkan niatnya.
"Bapak?!" Matanya membulat sempurna, melihat pria yang menjulang tinggi di depan nya. Apa ini mimpi, kenapa bos dikantornya bisa nyasar ke kontrakan nya.
Bimo menerobos masuk, tanpa memperdulikan Alena yang berdiri diam seperti patung.
"Eh..eh.. kok." Alena yang baru sadar segera masuk mengejar Bimo.
"Tunggu pak." Cegah Alena dengan merentangkan kedua tangan nya di depan pintu, sehingga membuat kaki Bimo mengerem mendadak, kalau tidak bisa jadi adegan romantis ala-ala film yang berpelukan dan saling pandang . xixixi
"Kamu tidak mengijinkan saya masuk?" Tanya Bimo dengan alis terangkat.
"Bu-bukan begitu." Alena merasa gugup karena tubuh mereka sangat dekat dan bahkan dirinya bisa mencium aroma tubuh Bimo.
"Terus apa? Ale-aleee...Hm." Bimo menirukan ucapan Bu Neneng tadi.
"Iss, bapak jangan ganti nama orang sembarangan dong." Alena mendengus kesal ketika bosnya meledek.
"Emang iya kan, Ale_na." Bimo mengeja dengan akhiran belakang terpisah, ingin sekali dirinya tertawa melihat wajah Alena yang lucu karena cemberut.
"Bapak ada perlu apa kesini?" Menghindari topik Alena pun bertanya.
"Saya gak boleh masuk?" tanya Bimo tanpa menjawab pertanyaan Alena.
"Saya tanya, bapak jawab dulu Napa?" Alena kesal karena Bimo mengerjainya.
"Nanti saya jawab, sekarang saya lapar..mau minta makan." Jawab Bimo santai, dirinya kembali nyelonong masuk melihat Alena lengah.
"Ehh pak, belum boleh masuk ihh...minta makan ya sama ibu bapak, bapak kan orang kaya minta makan kok sama bawahan di kantor." Alena terus berucap meskipun Bimo tetap berjalan mencari meja makan di kontrakan yang kecil itu, dan di sebelah ruang tamu ada tv dan anak perempuan sedang duduk lesehan dengan menu makanan ala kadarnya.
"Jangan berisik ale-ale, saya lapar tidak akan kenyang mendengar ocehan mu." Bimo melepas sepatu dan kaos kaki nya lalu ikut duduk disamping gadis kecil.
Alena ingin kembali berucap namun tertahan karena Bimo mengajak adik nya bicara. "Hai..gadis cantik siapa nama mu?" Bimo menyapa dengan ramah, berbeda ketika berbicara dengan Alena. dan sekarang Alena sedang menye-menye meledek Bimo.
"Alisa kak." Ucap Alisa.
"Alisa Kelas berapa?"
"Alisa, kelas satu SD kak."
"Alisa makan apa?"
"Nasi goreng buatan Kak Lena." Lena adalah panggilan Alena dari kedua orang tuanya.
"Boleh kakak ikut makan?"
"Tapi udah gak ada lagi pak, mendingan bapak pergi aja deh, beli sana direstoran." Alena langsung menyambar perkataan Bimo dan duduk di samping Alisa. karena Bimo duduk didepan Alisa.
"Beneran Alis udah gak ada lagi buat kakak." Bimo bertanya dengan wajah dibuat kecewa.
"Masih kok, di belakang masih iya kan kak Lena." skak Matt, Bimo tersenyum simpul, sedangkan Alena memupuk jidat karena adiknya tidak bisa diajak kompromi.
"Jadi kakak boleh ikut makan disini?" tanya Bimo lagi dengan senyum jahil meledek Alena yang sedang mode garang menatapnya.
"Boleh kak, Biar Alisa yang ambilkan." Gadis itu sudah ingin berdiri namun dicegah oleh Alena. "Biar kak Lena aja Lis." Alena berdiri dengan menatap tajam Bimo yang menampilkan wajah kemenangan.
"Kalo aja bukan bos, udah aku siram pake air bekas cucian." Alena ngedumel sambil menyiapkan nasi goreng ke dalam piring serta ia kasih pelengkap seperti tomat dan mentimun.
"Kakak teman kak Lena?" Alisa bertanya dengan mulut mengunyah.
"Hm, ya kenalin nama kakak Bimo."
"Kakak tampan, gak kayak pacar kak Lena jelek." Ucap gadis itu polos tanpa beban.
"Memang kak Lena punya pacar?" Tanya Bimo penasaran, karena bisa dibuat bahan ledekan jika bertemu Alena.
"He'um." Gadis itu mengangguk pasti.
"Kalo lagi makan jangan ngomong terus Alis." Alena datang dari dapur membawa sepiring nasi goreng, dan segelas besar teh hangat.
"Kalo gak enak, gak usah dimakan pak, beli aja direstoran, masa gak mampu." Lagi-lagi mulut pedas Alena berkomentar.
"Yang penting gak buat saya sakit perut Ale." Bimo menatap Alena mengintimidasi.
"Kalo saya bikin bapak sakit, saya yang rugi bakalan dipecat, menganggur gak bisa bayar kontrakan dan tebus motor saya, Belum bayar sekolah Alisa belum bayar hutang mobil bapak." Alena bicara tanpa henti.
Bimo tidak memperdulikan ocehan Alena, dirinya sedang menikmati nasi goreng yang sangat enak di lidahnya.
Alena hanya geleng kepala melihat cara makan Bimo yang seperti orang tidak makan seharian.
"Bapak makan kaya orang gak makan seharian." Alena mencibir, setelah Bimo menghabiskan porsi nasi goreng nya den menegak teh hangat hingga setengah gelas.
"Makanan saya sudah di serap sama pekerjaan, jadi wajar kalo saya lapar." Ucap Bimo santai.
"Alisa sudah makannya." tanya Bimo yang melihat gadis itu merapikan sendok di piring nya.
"Sudah kak."
"Alisa mau apa?" Tanya Bimo, yang melihat gadis kecil itu membawa piringnya dan piring bekas Alisa sendiri.
"Disini tidak ada pelayan yang bisa disuruh untuk mencuci piring, jadi kami terbiasa mencuci bekas makan kami sendiri setelah selesai." Alena ikut berdiri menaruh piring kotor kebelakang.
Bimo tertegun, gadis kecil seperti Alisa sudah bisa mandiri, Emezing.
"Gue aja, yang umurnya udah seperempat abad belum pernah cuci piring." Bimo hanya menatap kagum gadis kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Ita rahmawati
ya gk bisa disamain bim,tiap org punya masanya sendiri² 😁
2023-10-22
0
yahniez
jelas beda lah bimo.lu kan org kaya,mana munkin sama ama org miskin😊
2023-01-28
1
Aidah Djafar
Alena ❤️ Alis mndiri 👍
masalah hidup yang harus menjadi mandiri dan dewasa sebelum waktunya 👌
terlebih Alena sebagai seorang kakak sekaligus sebagai ortu untuk adiknya Alisa 🤔❤️
2022-12-26
1