Pagi hari Bimo sudah siap dengan pakaian kerjanya yang menggunakan jas rapih lengkap dengan dasi. Hari ini dirinya akan menghadiri metting penting, yaitu metting persentasi untuk memenangkan tender pembangunan mall terbesar di kota S. Jika tender ini berhasil ia menangkan maka perusaan nya akan mendapat keuntungan besar dan dirinya juga akan di angkat menjadi CEO utama perusahaan Bagaskara Grub.
Bimo keluar dari kamar hotel, dirinya tidak melihat Daniel sang Asisten yang biasa menunggunya, namun pagi ini batang hidung Daniel saja tidak terlihat.
Bimo menunggu Daniel di lobby hotel yang terdapat sebuah cafe untuk menikmati sarapan pagi bagi pengunjung hotel.
"Maaf apa boleh saya duduk disini." seseorang datang dan meminta ijin untuk duduk dimeja yang sama.
Bimo mendongakkan kepalanya yang sebelumnya fokus pada gawai yang ia pegang.
Seorang gadis cantik dengan penampilan modis berdiri didepan mejanya.
"Hm..silahkan." Bimo kembali pada gawai nya untuk mempelajari materi metting hari ini.
Wanita itu duduk dengan menaruh nampan yang berisikan sarapan paginya, perempuan itu sesekali melirik ke arah Bimo yang sedang serius melihat gawai nya.
"Maaf sepertinya anda yang kemarin satu pesawat dengan saya." Ucap wanita itu yang mengingat wajah Bimo ketika menyenggol lengannya di pesawat.
"Anda bicara dengan saya?" Tanya Bimo yang mendengar wanita itu bicara namun dirinya tidak terlalu memperhatikan.
"Ya, ah mungkin anda salah dengar." Wanita itu tersenyum masam, sepertinya pria di depannya ini arogan dan sombong.
"Oh.." Bimo kembali fokus pada gawai nya, tak lama Daniel pun datang.
"Maaf tuan saya terlambat." Daniel nampak sudah rapi dengan jasnya.
"Ck. kau itu tumben sekali telat." Bimo mendengus kesal, karena biasanya Daniel yang menunggunya, dan sekarang malah dirinya yang menunggu.
"Ada panggilan alam yang tidak bisa saya hindari tuan." Daniel hanya nyengir melihat tatapan horor Bimo.
Wanita yang sejak tadi mengamati interaksi mereka ingin sekali tertawa ketika melihat wajah masam pria yang menurutnya arogan dan sombong.
"Kita berangkat sekarang." Bimo berdiri dan lebih dulu berjalan keluar hotel di ikuti Daniel yang menunduk memberi salam kepada wanita yang duduk satu meja dengan bosnya.
"Asistenya saja sopan, tapi bosnya sombong." Wanita itu hanya menatap sinis punggung Bimo yang semakin menjauh.
.
.
.
Di kantor Alena bekerja seperti biasa, dirinya sudah tahu jika bos menyebalkan yang sudah berani menciumnya pergi keluar kota untuk pekerjaan. Jadi Alena merasa lega dan leluasa karena tidak bertemu dengan bis menyebalkan baginya.
"Len, sumpah gue beruntung banget loe gak masuk kemarin." Gina bercerita dengan wajah berbinar.
"Beruntung apanya, memang lotre." Alena duduk di samping kursi yang diduduki Gina dengan membawa es cappucino kesukaannya.
"beeuhh..lebih dari itu Len, kamu mau tahu apa?" Ucap Gina dengan memainkan alisnya naik turun.
"Apa?" Alena hanya mengangkat sebelah alisnya untuk merespon.
"Gue bisa ketemu langsung sama pak wakil CEO kita..oh mau good ganteng banget sumpah njirr." Gina menangkup kedua pipinya sendiri karena merasa gemas mengingat wajah tampan atasannya itu.
"Ck. menyebalkan gitu di bilang tampan." Bagi Alena Bimo adalah bis yang paling menyebalkan dan seenaknya sendiri, apalagi kejadian dimana bosnya mencium bibirnya secara tiba-tiba membuat Alena sama sekali tidak respek.
"Mata kami Len perlu di periksa, masa gak bisa bedain cowok ganteng sama cowok sawo Mateng."
"Dih, mending gue kerja dari pada dengerin kamu ngehalu Mulu Gin." Alena beranjak dari kursinya ingin membersihkan ruangan bosnya.
"Awas ya kamu Len, tar kemakan omongan sendiri." Gina berteriak ketika Alena sudah berjalan keluar, dan hanya mendapati jempol kebawah Alena tanpa melihat kebelakang.
.
.
Alena memasuki ruangan kerja Bimo, dirinya berniat membersihkan ruangan bosnya itu karena kemarin dirinya tidak berangkat bekerja. Alena melihat meja kerja Bimo ada sebuah foto yang sama ketika dirinya lihat di kamar Bimo.
"Ternyata disini juga ada foto ini." Alena menyentuh bingkai foto itu, dan meletakkan kembali.
"Loe emang tampan, tapi sayang loe itu menyebalkan plus kurang ajar."
Alena mengerjakan pekerjaan nya dengan senang hati, karena untuk beberapa hari kedepan dirinya tidak akan bertemu dengan bos menyebalkan itu.
.
.
.
Metting pagi ini berjalan lancar, meskipun cukup alot dan susah untuk menentukan siapa yang berhak bertanggung jawab penuh untuk pembangunan proyek ini yaitu pemenang tender proyek yang cukup besar ini.
Senyum Bimo terus mengembang ketika para peserta yang mengikuti metting dan menyuarakan gagasan ataupun persentase hari ini memberinya selamat.
Ya, Bimo Bagaskara telah memenangkan tender yang besar pembangunan Mall di kota S. Bimo berhasil menyakinkan para investor dan juri dengan ide yang dirinya miliki, gagasan yang Bimo sampaikan membuat para petinggi ataupun juri cukup takjub dan karena itulah Bimo memenangkan tender ini.
"Daniel kita harus rayakan kemenangan kita." Bimo terus tersenyum karena hari ini adalah hari yang membahagiakan baginya.
"Tentu saja tuan, Pak Rendy pasti senang mendengar berita ini." Daniel pun ikut melengkungkan bibirnya, ikut senang atas kemenangan yang bosnya capai.
"Ya, kamu benar. papa pasti senang mendengar berita ini."
Bimo segera mengambil ponselnya di saku jasnya, dirinya tidak sabar memberi tahu papanya tentang kemenangannya.
"Halo Pah?" Sapa Bimo setelah sambungan telpon terhubung.
..."Bagaimana metting hari ini, semua lancar?" Rendy langsung menayangkan hasil metting Bimo....
"Lancar lah, bahkan Bimo yang memenangkan tender itu." Bimo tersenyum di balik ponsel yang berada di telinganya.
..."Kamu memang anak papa Bim, papa yakin kamu pasti memang, dan itu terbukti. maka papa akan penuhi janji papa untuk melepas jabatan papa dikantor." ...
"Papa yakin dengan Bimo?"
"Tentu saja kamu anak papa yang paling hebat."
Setelah beberapa menit sambungan telepon terputus.
"Nanti malam kita rayakan kemenangan kita Niel." Ucap Bimo setelah memasukan kembali ponselnya disaku jasnya.
"Baik tuan."
Mobil yang di kendarai Daniel melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel penginapan Bagaskara hotel.
Bimo tidak menyangka dirinya akan memenangkan tender besar ini, karena dirinya sebelumnya merasa tidak yakin dan pesimis, namun ketika bayangan Alena dengan wajah menyebalkan malah membuat Bimo bersemangat.
Bimo sampai di hotel jam lima sore, ketika keluar lift dirinya berpapasan dengan wanita tadi pagi yang duduk satu meja dengan nya.
Wanita itu tersenyum ketika keduanya berpapasan, namun hanya wajah datar dan dingin Bimo yang balas menyapa wanita itu.
"Ya Tuhan manusia terbuat dari apa dia itu." Wanita itu hanya menggeleng kepala, tidak habis pikir ada cowok dingin tujuh belas pintu seperti dia.
"Jangan sampai gue, ketemu lagi sama tu cowok kulkas, bisa mati kedinginan gue bisa-bisa."
.
.
Hay..author menyapa kalian...Jangan lupa tinggalkan jejak kalian..🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Chen Chen
g cocok sm alena mah bimo cck nya sm cew yg setara n selevel sm bimo.
hrsnya alena sm diki aja kan keluarga diki jg udah baik terima slena & adiknya.
bimo jodohin sm cew yg di lift aja lbh cocok.
2024-11-26
0
Bella Desiana
pasti rindu berat pk bimo dgn alena
2023-02-03
2
Fenty Izzi
siapa??
2022-11-16
1