Hari sudah mulai petang Bimo keluar dari rumah Allan atau Oma nya yaitu Lili ketika pukul sembilan malam. Dirinya yang terjebak makan malam bersama keluarga membuatnya tak berkutik, meskipun rasanya ingin menolak dan segera pergi untuk kerumah sakit menjenguk Alena, namun dirinya tidak bisa melakukan itu, Bimo sangat menghargai Oma Lili.
Sebagai cucu pertama Bimo memang jarang sekali berkunjung kerumah Oma Lili, dirinya yang biasa sendiri dan menghabiskan waktu hanya untuk bekerja membuat Bimo terbiasa menyendiri.
Entah mungkin hatinya belum ada keinginan untuk tinggal bersama kedua orang tuanya, padahal Leina ibu Bimo sudah meminta putra semata wayang nya itu untuk pulang dan tinggal bersama.
Namun yang namanya Bimo Bagaskara, pria dingin dan cuek bahkan sulit untuk berdekatan dengan orang asing nampak acuh, tidak menghiraukan permintaan sang ibu.
Leina sudah kerap kali meminta Bimo untuk tinggal, dengan alasan yang sama yaitu ingin mendiri setiap Bimo menolak.
.
.
Mobil hitam mewah melaju dijalan raya dengan kecepatan di atas rata-rata meskipun sudah malam hatinya belum tenang jika belum melihat keadaan Alena sendiri.
Bimo melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Alena di rawat. jika bertanya dari mana dia tahu rumah sakit tempat Alena di rawat? jawabnya karena Bimo melihat surat yang dikirim dari rumah sakit ke HRD.
Tiga puluh menit Bimo sampai di parkiran rumah sakit, dirinya segera turun dan menanyakan kepada resepsionis ruangan atas nama Alena di rawat.
Bimo menaiki lift ke lantai tiga dimana ruangan Alena berada dilantai tiga, merasa tadi pagi dirinya sudah berada di ruangan ini seketika ingatan Bimo kembali mengingat ucapan Yuda.
Dada Bimo berdebar ketika melihat nomor ruangan yang diberi tahu bagian resepsionis sama dengan ruangan tadi pagi yang Yuda masuki.
"Ya Tuhan jangan bilang yang Yuda tabrak Alena." Bimo mengusap wajahnya kasar.
Menetralkan degub jantung nya Bimo meraih handel pintu dan mendorongnya pelan.
Deg
Jantungnya seperti berhenti berdetak melihat Alena terbaring lemah di ranjang dengan wajah pucat. Tangan Bimo mengepal erat memejamkan mata sejenak demi mengurangi rasa sesak didadanya.
Entah perasan apa yang ia rasakan yang jelas Bimo merasa marah dan kasihan.
Langkahnya berjalan perlahan masuk kedalam, melihat di sofa ada Alisa dan seorang perempuan yang pernah menyapa dirinya beberapa Minggu lalu.
Tidak ada tunangan Alena, Bimo ingat jika Yuda pernah bilang tunangan Alena akan selalu menunggu nya setiap malam.
Tanpa menimbulkan suara Bimo berjalan mendekati ranjang Alena yang masih setia memejamkan mata, dirinya duduk di kursi samping ranjang Alena.
"Ale..?" Bimo memanggil Alena lirih entah mengapa dadanya terasa ngilu melihat keadaan Alena yang tak sadarkan diri.
Bimo menggenggam tangan Alena yang tanpa jarum infus. "Gue belum minta maaf soal kejadian tempo lalu, gue salah Ale yang gak bisa nahan diri." Bimo menatap wajah Alena sendu.
Cukup lama Bimo diam hanya menatap wajah Alena yang masih setia terpejam. "Ale loe masih banyak hutang sama gue, loe masih punya waktu dua bulan buat jadi pembantu di Apartemen gue." Entahlah Bimo hanya ingin bicara yang bisa memancing gadis itu kesal setiap dirinya berkata menyebalkan.
"Meskipun loe koma berbulan-bulan hutang loe gak bakalan lunas Ale, gue bakalan hitung jika loe bangun dan bekerja jadi pembantu gue." Bimo menghirup napas dalam, udara di ruangan seakan tidak cukup hanya untuk nya bernafas.
Jam menunjukan pukul dua malam Mirna yang yang terbangun tidurnya merasa kaget karena ada seorang pria yang sedang duduk menunggu Alena.
Setahu Mirna tadi Diki pamit dan bilang tidak akan kembali karena ada kepentingan yang mendesak, sehingga membuat Diki berat hati meninggalkan Alena bersama Mirna malam ini.
Mirna mendekati pria yang sedang berbicara pada Alena yang tidur, entah apa yang pria itu bicarakan namun Mirna bisa melihat jika Alena masih memejamkan mata.
Tangan Mirna terulur menyentuh bahu pria itu. "Maaf anda siapa?"
Bimo yang merasa bahunya di sentuh menoleh dan tersenyum ternyata Mirna bangun. "Maaf kalau saya mengganggu tidur anda nyonya."
"Anda yang waktu itu datang ke kontrakan Alena?" Mirna masih mengingat wajah Bimo yang pernah mendatangi kontrakan Alena.
"Iya Bu, saya teman Alena sekaligus atasan tempatnya bekerja." Bimo memperkenalkan diri kepada Mirna.
Mirna hanya mengangguk. "Sudah sangat malam kenapa anda tidak pulang?" Mirna melihat jam di dinding yang memang sudah jam dua dini hari. Mirna tidak tahu kapan atasan Alena ini masuk.
"Jika boleh saya ingin menemani Alena malam ini, lagian juga sebentar lagi pagi."
Mirna hanya mengernyit kan keningnya, jika hanya atasan kenapa rela menunggu bawahan yang hanya karyawan cleaning servis di kantornya. Apa dia tidak tahu jika Alena sudah mempunyai tunangan.
Melihat raut wajah bingung Mirna, dirinya berbicara lagi. "Nanti subuh saya janji akan pulang, hanya malam ini saya disini kebetulan tunangan Alena tidak ada." Bimo seperti tahu apa yang dipikirkan oleh Mirna, mengingat dirinya adalah sebagai atasan dan Alena yang sudah mempunyai tunangan membuat Mirna mungkin berpikiran aneh.
"Baiklah kalau begitu saya kembali menemani Alisa." Akhirnya Mirna mau mengerti alasanya.
Bimo hanya mengangguk dirinya merasa lega, mungkin esok tidak bisa menjaga Alena seperti sekarang, karena pasti tunangan Alena yang akan menemani.
"Bangun Ale, gue kangen marahin loe di kantor." Bimo berbisik di samping telinga Alena. "Jujur gue kangen loe yang galak dan menyebalkan." Bimo mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Alena.
"Malam ini gue tungguin loe, semoga besok loe bangun Ale-Ale."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Ita rahmawati
knp hrus terjadi lg,,cinta bertepuk sebelah tanganmu bimo,,mncintai tp tk bisa memiliki 😔😔😭😭
2023-10-22
0
Bella Desiana
jadi mewek aku bacanya...
bimo udh ada hati dgn mu alena
2023-02-03
1
Rini Aprillinda
Mantap Si Bemo sayang lepas dari floridina yang harga nya 3000an kini kepentok dengan ale ale yang harga nya cuma 1000an.good job.
2022-12-12
1