Alena sudah terbiasa menghadapi sifat menyebalkan bos nya itu, jika sehari saja tidak menyebalkan mungkin bosnya itu akan mati penasaran.
Alena mengingat kejadian di pantry tempo hari, ketika dirinya tertangkap basah sedang membicarakan bos menyebalkan nya itu.
Alena yang awalnya takut kena marah dan berakhir dipecat, namun untungnya hal itu tidak menjadi kenyataan. Bimo hanya menghukumnya dengan seharian Alena harus stanbay di ruangan bosnya itu untuk menata buku yang berada di rak yang mamang sudah rapi dan Alena disuruh menata sesuai dengan warna sampul buku. Sungguh sangat menguras emosi jiwa bukan.
“Halo..” Alena menjawab telpon dari tetanggany yang dititipi adiknya.
“Apa? Alis demam.” Ucap Alena panik ketika mendengar kabar bahwa Alisa sedang sakit. “Baik Bu, Lena akan segera pulang.”
Alena buru-buru menata barang bawaan nya dan mengganti baju kerjanya. Ia berjalan memasuki lift menuju ruang kepala OB.
“Maaf Bu apa saya boleh masuk.” Alena meminta ijin ketika pintu sedikit terbuka dan didalam kepala bagianya sedang ada tamu.
“Masuk Alena.” Ucap Wati kepala bagian.
Alena masuk dengan wajah sedikit takut, karena dirinya belum sebulan bekerja namun sudah mau meminta ijin bolos.
“Ada apa Alena?” Tanya Wati yang melihat Alena nampak bingung.
“Em..anu Bu, saya mau minta ijin pulang, karena adik saya sedang sakit.” Ucap Alina menatap kepala bagian itu dengan wajah sendu.
“Memang nya tidak ada orang lain, selain kamu yang mengurus adikmu?”
“Emm..saya hanya berdua saja dengan adik saya Bu, kedua orang tua saya sudah meninggal.” Ucap Alena dengan menunduk.
Wati hanya menghela napas, dirinya juga seorang ibu, maka tahu bagaiman perasaan Alena mendengar kabar adik nya sakit. “Baik lah hari ini saja kamu saya beri ijin.”
“beneran? Makasih banyak Bu.” Alena menjabat tangan Wati dan segera keluar dari ruangan itu untuk segera pulang.
Sesampainya di kontrakan Alena segera masuk setelah membayar ojek yang ia tumpangi. “Alis?” Alena masuk ke kamar melihat Alisa yang berbaring dengan Kompressan di keningnya.
“Kamu sudah pulang Lena?” tanya perempuan bernama Mirna, tetangga Alena.
“Sudah Bu, Alis kenapa?” tanya Alena khawatir.
“Sepulang sekolah badanya sudah demam, tapi tadi sudah ibu bawa periksa ke klinik, tidak apa-apa hanya kelahan.” Ucap Mirna dengan tenang, karena Mirna tahu jika Alena pasti sangat khawatir tentang Alisa.
“Syukurlah, terima kasih ibu mau merawat Alis.” Alena berucap tulus, Bu Mirna adalah tetangga yang baik untuk nya dan Alisa, jika dirinya bekerja maka Alisa diajak dirumah Bu Mirna.
“Tidak apa-apa Lena, ibu juga senang bisa membantu kalian.” Mirna tersenyum dan mengelus kepala Alena. “Yasudah kalau begitu ibu pulang dulu ya.”
Mirna keluar setelah pamit dengan Alena. Mirna hanya kasihan melihat Alena yang baru lulus sekolah sudah langsung bekerja untuk biaya hidup mereka berdua, Mirna memang kurang mampu dalam materi, namun dirinya bisa membantu dengan tenaga, contohnya menemani Alisa jika ditinggal Alena bekerja.
“Dek, kenapa kamu bisa demam begini.” Alena mengelus kepala Alisa.
“Ya tuhan, sembuhkan lah adik hamba dari penyakitnya.” Alena menitikkan air mata, jika bisa, lebih baik dirinya saja yang merasakan sakit dari pada Alisa yang masih kecil.
Melihat Alisa yang hanya demam saja sudah membuat hati Alena teriris. “Kakak akan bekerja keras untuk bahagia-in kamu Alis.”
.
.
Di Kantor, seorang pria dibuat kesal setengah mati, Bimo menunggu gadis yang sudah membuat mobilnya lecet dan kini dirinya ingin meminta pertanggung jawaban dengan ganti rugi, tapi gadis itu malah tidak masuk kerja.
Bimo mengambil KTP gadis itu dilaci meja kerjanya, dan melihat dimana alamat rumah gadis itu.
"Alena Andhini." Gumam Bimo membaca nama gadis itu.
Selama beberapa hari berinteraksi dengan gadis itu, namun Bimo tidak pernah tahu siapa nama gadis itu, dan sekarang dirinya baru tahu setelah membaca nama yang tertera di tanda pengenal Alena yang pernah ia minta.
"Ok, gue akan samperin rumah loe." Bimo tersenyum menyeringai, dirinya punya cara untuk membuat gadis itu tidak bisa kabur lagi.
tok..tok..tok..
"Masuk."
"Waktunya kita bertemu klien pak." Ucap Daniel di ambang pintu.
"Oke." Bimo berdiri dari kursi nya dan menyambar jas yang Ia letakkan di sandaran kursi.
mereka berdua berjalan beriringan masuk kedalam lift.
"Kita akan bertemu di mana?"
"Di Hotel Xx pak kebetulan tuan Felik sedang menginap disana." Ucap Daniel.
kini keduanya keluar dari benda kotak itu dan berjalan menuju mobil yang sudah terparkir didepan gedung.
Sejak keluar lift ekor mata Bimo melirik ke setiap sudut tempat, entah apa yang dia cari.
"Mari pak." Daniel membukakan pintu mobil.
"Hm."
Mobil Bergerak keluar dari area perkantoran, pandangan Bimo mengarah pada jalan, tak sengaja pas melewati gerobak penjual chiken Bimo melihat Alena yang sedang membeli chiken. "Perempuan itu." bahkan Bimo sampai memutar tubuhnya untuk memastikan.
"Ada apa pak?" Tanya Daniel yang melihat aksi Bimo.
"Ehem..tidak apa-apa." 'Kenapa berkeliaran di jalan,bukanya berkerja' pikir Bimo yang entah mengapa malah melihat Alena berkeliaran di jalan panas-panas begini.
Tanpa Bimo sadari secara tidak langsung dirinya sudah berinteraksi dengan seorang wanita bahkan setiap hari Bimo selalu membuat ulah pada Alena, meskipun menurut Bimo itu hanya membuat gadis itu kesal.
.
.
"Loh, kamu disini?" Tanya Alena pada laki-laki yang sedang duduk di teras kontrakan nya.
"Ya, Kamu dari mana Al." Tanya Diki kekasih Alena.
"Aku dari beliin makanan kesukaan Alisa mas." Ucap Alena memperlihatkan bungkusan plastik.
"Aku kira kamu kerja, makanya aku kesini mau temenin Alisa, tapi dari tadi aku panggil gak ada sahutan." Ucap Diki mengikuti langkah Alena masuk rumah.
"Alisa sedang istirahat, badan nya demam, makanya aku ijin gak kerja." Kini keduanya duduk di sofa yang sama.
"Kenapa gak hubungi aku, kita bisa bawa Alisa kerumah sakit." Ucap Diki menatap Alena.
"Hanya demam, dan sudah berobat ke klinik, Mas tidak bekerja?" Tanya Alena, karena biasanya Diki di jam segini masih di kantornya.
"Lagi senggang, lagian mas juga kangen sama kamu." Diki menatap wajah Alena lekat, wajah kekasihnya yang sudah satu tahun ia pacari, karena Diki sudah lama kenal Alena dan keluarganya, bahkan Alena sangat di sayangi oleh kedua orang tua Diki.
Diki adalah pria berusia 26tahun, pria dewasa yang tertarik dan mencintai Alena yang cantik dan ceria, awalnya Diki hanya menganggap Alena sebagai adik, namun lama-kelamaan Diki merasakan sesuatu yang berbeda pada perasaan nya.
Dan Alena juga menyukai sifat Diki yang dewasa dan penyanyang, meskipun ketampanan Diki di atas Rata-rata, tapi jika di bandingkan Bimo masih kalah jauh.
Alena merasa ada yang melindungi ketika bersama Diki. Diki memiliki kesamaan sifat dengan ayah nya cinta pertama Alena, dan Alena ingin memiliki pasangan yang menyanyangi keluarga seperti ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 392 Episodes
Comments
Ita rahmawati
wah udh punya cwo alwnanya ternyta ,pantes gk ngelirik bimo blas,,tipe setia 🤗🤗
2023-10-22
1
Aidah Djafar
Alena gadis kuat 👍❤️
2022-12-26
1
Namu김
Diki calon sad boy gak sih wkkww
2022-12-23
1