Happy reading guys 🥰
Jangan lupa untuk mengklik tombol like like 🙏
👇👇👇
"Mama..!" seru Elvan dari dalam bus, saat melihat sang Mama. Para orang tua langsung mendekati bus, begitu bus yang membawa rombongan anak-anak taman kanak-kanak mendekati halaman sekolah.
"El..!" balas Bianca seraya melambaikan kedua tangannya.
Keduanya seperti baru berpisah lama, padahal mereka berdua hanya baru berpisah beberapa jam saja.
Begitu mobil bus berhenti, para orang tua menunggu anak-anak mereka didepan pintu.
Begitu juga dengan Bianca, raut wajah tidak sabar terhias di wajahnya. Bianca tidak pernah berpisah dengan Elvan lama.
"Mama..!" seru Elvan.
"El..!" seru Bianca, langsung menggendong sang putra dan mencium kedua pipinya.
"Mama..!" Elvan memeluk leher Bianca.
"Mama rindu," ujar Bianca.
"El juga rindu ma." balas Elvan.
"El senang?" tanya Bianca.
"Sangat senang Maa, El banyak melihat burung. Ada ular juga, tapi El tidak suka dengan ular Maa. El takut." Elvan sangat antusias menceritakan pengalamannya mengunjungi kebun binatang.
"Mama senang, El gembira."
"Sekarang, kita pulang. El pasti letihkan." Bianca menurunkan Elvan dari gendongannya.
"Bu, ini tas Elvan." Bu Tari memanggil Bianca, dengan membawa tas Elvan. Yang tidak di bawa Elvan turun dari dalam bus.
"El, kenapa tasnya tidak dibawa turun," ujar Bianca.
"Maaf Maa, lupa," sahut Elvan.
"Terima kasih Bu, Elvan lupa katanya," ucap Bianca sambil menerima tas yang diberikan Bu Tari padanya.
"Elvan terburu-buru Bu, iya Elvan. Sudah rindu dengan Mama ya?" tanya Bu Tari pada Elvan.
Elvan menganggukkan kepalanya.
🍂🍂🍂
"Paa, tadi istri Pak Hendrawan datang," kata Maya pada suaminya.
"Istri Pak Hendrawan, siapa?" tanya Budi, Papa Jonathan.
"Siapa lagi, ya Violin lah. Apa Pak Hendrawan ada istri lain selain Violin?" tanya Maya demi memicingkan matanya, menatap wajah suaminya. Yang asik membaca berita di ponselnya.
"Mana Papa tahu, Papa tidak kenal dengan istrinya," sahut Papa Jonathan, Budi.
"Papa tidak kenal dengan istri Pak Hendrawan, itu Paa yang anaknya cengeng. Waktu ada arisan di rumah kita dulu, yang anaknya nangis dengan berteriak-teriak seperti habis di siksa itu Paa." Maya menceritakan tentang putri Pak Hendrawan.
"Oh...anak yang mengobok-obok kolam ikan Papa itu ya, hingga ikan Papa pada mati. Mau apa mereka datang. Bukannya mereka tidak pernah datang lagi sejak kejadian itu?" tanya Papa Jonathan.
"Sepertinya mereka mau menjodohkan putrinya itu pada Jonathan Paa."
"Senang Mama kan? Jonathan sudah ada jodohnya, Mama tidak akan pusing lagi mencarikan jodoh untuk Jonathan, jodoh Jonathan sudah datang sendiri," kata Papa.
"Mama tidak sreg dengan putri Pak Hendrawan itu Paa, kesannya anaknya itu Mama tidak suka. Matanya itu, jelalatan kesana-kemari. Mencari Jonathan, Mama yakin ya Paa. Jonathan itu pasti tidak suka dengan putri jeng Violin," kata Maya.
"Kalau Mama tidak suka, batal punya mantu kita," kata Papa.
"Cari yang lain, Mama sebenarnya suka dengan Bianca. Putri Yudistira, tapi dia pergi meninggalkan rumah kepala sekolah. Sebenarnya, dia pergi kemana ya Paa?" Maya mengingat putri temannya, Yudistira dan Sania yang telah meninggalkan dunia ini. Meninggalkan Bianca sendiri.
"Kalau Bianca tidak ketemu juga, apa Jonathan harus lajang selamanya?" tanya Papa Jonathan pada sang istri.
"Biar saja lajang, asal jangan dengan Chelsea itu. Mama juga tidak sreg dengan Chelsea, Mama merasa ada yang ditutupi oleh Chelsea," kata Maya.
"Apa yang ditutupi Maa, perasaan Mama saja. Kalau Papa lihat, Chelsea anaknya baik. Pekerjaannya juga bagus, dia membangun usahanya sendiri. Tanpa dibantu oleh siapapun," kata Papa Jonathan.
"Mama curiga dengan Papa ini, kenapa sepertinya Papa mendukung Jonathan dengan Chelsea. Mama tidak perduli, dia itu pengusaha kuliner yang sukses. Feeling Mama itu. Chelsea itu tidak jujur..!" dengan kesal Maya meninggalkan sang suami yang seolah-olah memberikan dukungan kepada Jonathan dan Chelsea menjalin hubungan.
"Marah tuh.." gumam Budi, Papa Jonathan.
🍀🍀🍀
Hari berganti hari, hari ini. Bianca dan Ayu berangkat ke kota J, untuk ziarah ke makam kedua orang tuanya.
"Hanya ini bawaannya Bianca?" tanya Ayu, yang sedang mengikat tas yang berisi pakaian mereka selama berada satu hari di kota J.
"Iya mbak, itu baju Elvan saja yang banyak," kata Bianca.
"Kita seperti ingin mudik saja ya, seperti yang sering kita lihat didalam televisi. Saat ada perayaan besar, seperti kita ini," kata Ayu.
"Mbak, tasnya biar Bian pegang saja," kata Bianca.
"Maa, kita mau ketemu kakek dan nenek ya?" tanya Elvan.
"Iya," sahut Bianca.
"Sini mbak, biar tasnya Bian pegang." Bianca ingin mengambil tas yang diletakkan didepan, dekat kaki Ayu.
"Bagaimana mau pegang Bian, Elvan belum keluar dari kampung kita saja pasti sudah tidur. Sepertinya, kita sudah bisa untuk membeli mobil Bian. Elvan sudah semakin besar, tidak mungkin kita bonceng tiga. Uangmu banyak Bian, belilah mobil yang kecil. Untuk apa uangmu kau tabung saja,, nanti jamuran uangmu Bian" kata Ayu.
"Itu untuk masa depan Elvan mbak, untuk sekolah Elvan, lagi pula beli mobil juga tidak ada yang bisa bawa."
"Kau tidak bisa bawa mobil Bian?" tanya Ayu dengan heran, dia tidak mengira. Bianca yang besar di kota besar, tidsk bisa mengemudi mobil.
"Tidak bisa Mbak, Bian pernah belajar. Dan nabrak pagar sekolah, sejak itu Bianca takut megang stir mobil" kata Bianca.
"Trauma mu sangat aneh, ayo naik. Biar cepat kita sampai kota J," kata Ayu.
Bianca mengangkat Elvan naik keatas motor.
"Asih, jangan lupa ya. Pesanan telur asin Bu Drajat , antarkan."
"Iya mbak, Asih ingat," sahut Asih.
"Kunci pintu dan jendela, jangan lupa." Pesan Bianca lagi.
"Banyak sekali pesan mu Bian, tenang saja. Kampung kita aman, tidak akan ada yang mau maling mencuri," kata Ayu.
"Jaga-jaga mbak," kata Bianca.
☘️☘️☘️
Perjalanan tiga jam di tempuh Ayu dan Bianca, mereka sampai di kota J sudah sore.Karena mereka sering singgah untuk melepaskan lelah.
"Kita menginap di motel atau hotel Bian?" tanya Ayu.
"Motel saja Mbak," ucap Bianca, karena dia takut. Jika menginap di hotel, dia takut bertemu dengan orang yang dikenalnya.
"Ayu menghentikan motornya, didepan motel pertama sekali dijumpainya saat tiba di kota J. Karena Elvan yang tidur, membuat ayu dan Bianca tidak memilih-milih motel untuk mereka tidur malam ini.
Keesokan harinya, setelah sarapan pagi. Bianca, Elvan dan Ayu berangkat menuju pemakaman umum. Tempat kedua orangtuanya di makamkan.
"Begitu tiba di area pemakaman, Bianca langsung menuju tempat kedua orangtuanya di makamkan.
"Mana nenek dan kakeknya Maa?" tanya Elvan, yang heran di mana saat ini mereka berada.
"Sabar boy," ucap Ayu.
Bianca berjalan dengan cepat menuju makam kedua orang tuanya, kemudian. Bianca berhenti didepan dua pusara yang terawat.
"Ini, makam nenek dan kakek," kata Bianca.
"Mana nenek dan kakeknya?" tanya Elvan.
"Didalam sini." Ayu yang menjawab, karena Bianca sudah larut dalam kesedihannya.
Tidak ada terdengar suara tangisannya, tapi. Air mata sudah mengalir membasahi kedua pipinya.
Elvan merasa ikut sedih, setelah mendengar cerita Ayu mengenai kakek dan neneknya. Tangan kecil Elvan memeluk Bianca dari belakang.
Tidak jauh dari tempat mereka berada, sepasang mata memandang kearah mereka dengan merekam apa yang dilakukan Bianca.
"Paa, Ma. Ini Elvan, cucu Mama dan Papa. Maaf, Bianca salah," ucap Bianca dengan suara yang lirih.
Bersambung 👉👉👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
candra rahma
waduh ketahuan dah
2022-03-11
2
🍭ͪ ͩ𝐀𝐢𝐬𝐲𝐚𝐡👙B⃠ikini
bakal ketangkep gak tuh ya🤣🤣🤣
2022-03-01
0
Maryam
lanjut tor seruuu
2022-02-27
0