Pintu kamar tempat Elvan di rawat terbuka dengan masuknya Ayu, dengan membawa tas yang berisi perlengkapan Elvan dan Bianca.
"Tidur." gumam Ayu.
Dengan berjalan pelan, Ayu memasukkan tas yang dibawanya kedalam lemari yang ada dalam kamar inap Elvan.
Bruk...
Ayu menjatuhkan bungkusan berisi peralatan mandi, hingga membuat Bianca tersentak dan terbangun dari tidurnya.
"Maaf, kau jadi terbangun," kata Ayu.
"Tidak apa-apa Mbak, sudah cukup tidurku," kata Bianca.
"Bian, malam ini aku akan menemanimu di sini. Aku sudah menyuruh Mang Urip untuk mengurus bebek-bebek mu," kata Ayu.
"Bian sendiri juga tidak apa-apa Mbak, Mbak sudah tidak jualan tadi. Jika malam ini mbak di sini, besok Mbak tidak akan jualan juga," kata Bianca.
"Aku ingin di sini, anakku sakit. Aku harus ikut menjaganya, jangan waktu dia sehat saja aku berada disampingnya. Waktu sakit, aku tidak ada di sisinya ," kata Ayu.
"Terima kasih," ucap Bianca.
"Cukup bilang terima kasih, nanti si terima kasih naik daun. Naik nanti bayarannya." gurau Ayu.
"Bagaimana? apa kata dokter?" tanya Ayu.
"Dokter belum datang lagi, mungkin besok mbak. Tapi tadi, darah Elvan diambil lagi. Untuk di periksa, semoga saja trombositnya sudah normal," kata Bianca.
"Apa tidak nangis dia diambil darahnya?" tanya Ayu.
"Elvan lagi tidur Mbak, mungkin suster yang mengambil darah Elvan tadi tidak sakit saat menyuntiknya. Sehingga Elvan tidak terbangun saat darahnya di ambil."
"Mana ada yang tidak sakit saat jarum menusuk kulit kita Bian, Mungkin Elvan tidak merasakannya karena sangat mengantuk," kata Ayu.
"Kau sudah makan siang? ini ada mbak bawa nasi dari rumah, sayurnya mbak beli di jalan."
Ayu membuka rantang yang di bawanya, dan membuka lauk pauk yang di belinya.
"Makan," Ayu menyerahkan satu rantang pada Bianca, dan untuknya sendiri.
"Habiskan, jangan nanti. Elvan sembuh, gantian kau yang di rawat di sini," ucap Ayu karena melihat Bianca makan dengan tidak bersemangat.
Bianca kembali melanjutkan makannya, sehingga nasi dan lauknya sudah pindah tempat dari rantang pindah kedalam perutnya.
"Nah.. begitu anak baik ," ucap Ayu.
"Anak baik apa Mbak."
"Oh iya, emak baik ya," ujar Ayu.
Setelah selesai makan dan membersihkan tempat makan, Ayu duduk di sofa disamping Bianca.
"Bian, boleh mbak bertanya?"
"Apa Mbak?" tanya Bianca.
"Kau ceritakan dulu, kau sangat mencintai penyumbang benih untuk mendapatkan Elvan. Apa kau tidak ada berkeinginan untuk mengatakan bahwa dia sudah punya putra?" tanya Ayu.
Bianca melihat kearah ranjang, melihat apakah Elvan terbangun apa tidak.
"Jangan khawatir, Elvan tidur dengan pulas itu." Ayu mengetahui, Bianca takut Elvan mendengar pembicaraan mereka.
"Dia sangat membenciku mbak Ayu, dia pasti tidak ingin tahu. Apakah hubungan ons kami itu menghasilkan anak apa tidak, kalau juga dia tahu keberadaan Elvan. Dia pasti tidak akan mengakuinya sebagai anaknya."
"Apa dia akan melakukan itu? dia dari keluarga yang bergerak dalam dunia pendidikan, apa pikirannya seperti itu?" Ayu tidak yakin dengan apa yang dikatakan Bianca.
"Dia benci Bian mbak, karena kekasihnya melihat apa yang kami lakukan."
"Kau juga, otakmu ada-ada saja. Pria yang di cintai mau menikah, kau mau minta kenang-kenangan bayi. Orang itu minta kenang-kenangan baju atau gambar, ini curi benih pria itu. Kau tahu Bian, jika di luar negeri. Kau itu harus bayar mahal untuk mendapatkan benih bayi unggulan." kata Ayu.
"Ayu hanya minta satu mbak Ayu, dia masih bisa menghasilkan benih untuk istrinya." balas Bianca.
"Kamu itu ya, aneh."
"Bagaimana jika kau bertemu dengannya, dan dia mengetahui bahwa kau mempunyai anak dari hubungan satu malam?" tanya Ayu.
"Kami tidak akan ketemu Mbak Ayu, walaupun dia mengetahui Elvan. Dia pasti tidak akan perduli, karena dia tidak mencintaiku. Cintanya hanya pada kekasihnya, mereka pasti sudah menikah. Walaupun Mas Joe, telah melakukan kesalahan. Karena ada cinta, mereka pasti tetap akan bersatu," kata Bianca.
"Mama." panggilan Elvan menghentikan perbincangan keduanya.
Mendengar suara Elvan memanggil, Bianca dan Ayu bergegas bangkit dari duduknya. Dan berjalan mendekati ranjang.
"Sayang! ada yang tidak enak?" tanya Bianca, yang setiap Elvan memanggilnya selalu panik. Karena takut Elvan tidak nyaman dengan jarum infus yang berada ditangannya.
"Elvan gantengnya budhe sudah bangun, lihat. Budhe bawa apa?" Ayu mengambil buah pisang, buah yang sangat disukai oleh Elvan.
"Budhe..!" Elvan mengambil pisang yang dipegang Ayu, dan sangat senang.
"Terima kasih.." senyum kecil terlihat dari bibir Elvan.
Melihat senyum Elvan, perasaan Bianca sedikit bahagia. Karena sejak masuk rumah sakit pagi tadi, Elvan tidak pernah menampilkan senyum dibibirnya. Kini, senyum itu kembali terukir indah terlihat di mata Bianca.
"Mau di makan El?" tanya Bianca.
Elvan menganggukkan kepalanya.
Bianca mengambil dari tangan Elvan.
"Mama cuci dulu ya," ucap Bianca.
Selagi menunggu pisangnya selesai di cuci, Ayu membawa Elvan berbincang-bincang.
"Bagaimana El, apa kepalanya tidak pusing lagi?" tanya Ayu.
"Tidak budhe, tadi budhe. El mimpi ada orang marah-marah pada Elvan, Elvan takut dan nangis." cerita Elvan.
"Kenapa takut El, itu hanya mimpi. Nanti kalau El mimpi lagi, bilang pada budhe ya. Biar budhe ikut mimpi dan masuk kedalam mimpi Elvan, biar budhe ajar orang yang marah-marah pada Elvan," ucap Ayu sembari menunjukkan mata besar melotot dan Ayu juga berkacak pinggang.
Melihat Ayu, Elvan tertawa lebar.
"Hei..! ada apa ini? apa ada yang lucu?" tanya Bianca setelah selesai mencuci pisang yang diinginkan Elvan.
"Mama Bianca, ini rahasia antara budhe dengan Elvan ganteng," ucap Ayu.
"Ihh..mama ditinggalkan, ngambek lah mama," ujar Bianca dengan menunjukkan raut wajah sedih.
"Mama, budhe Ayu mau marah pada orang yang telah marah-marah pada Elvan," ucap Elvan, karena tidak ingin melihat mamanya terlihat sedih.
"Elvan...!" seru Ayu dengan keras, membuat Elvan minta maaf karena telah membocorkan rahasia antara keduanya.
"Maaf budhe, Elvan mengatakan rahasianya. Elvan tidak mau membuat Mama bersedih."
"Tidak apa-apa El, budhe senang. Elvan tidak mau merahasiakan apapun pada Mama, semoga seterusnya Elvan menjadi anak yang baik seperti ini ya," ucap Ayu dan kemudian memberikan kecupan di pucuk kepala Elvan.
"Dibalik sakitnya Elvan, ternyata ada berkahnya," kata Bianca.
"Berkah dari mana Bian? anak sakit koq membawa berkah?" heran ayu mendengar perkataan Bianca.
"Mbak tidak perhatikan, El sudah Pasih mengucapkan kalimat yang ada huruf R," kata Bianca.
"Woo..si ganteng tidak jadi cadel lagi," ucap Ayu.
Elvan terlihat senang dan senyuman tercetak dibibirnya.
Saat melihat senyuman Elvan, Bianca melihat senyum Jonathan di wajah Elvan. Wajah Elvan bermata coklat dan rambut coklatnya membuat orang yang melihat, pasti bisa menebak. Elvan putra Jonathan Dwipangga.
"Aku harus melupakan dia." Bianca menepuk pipinya untuk menyadarkan dirinya untuk melupakan Jonathan.
"Karena Elvan rajin berlatih Lo budhe," timpal Bianca.
"Good boy," ucap Ayu.
🌞🌞
Bersambung 👉👉👉
Jangan lupa untuk menekan tombol like like like 🙏 terima kasih**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sulati Cus
Bpk sm anak satu server
2022-05-29
0
Bunga Syakila
kapan thor bianka jumpa jonathan
2022-04-15
0
Aida
aduh aku udah tua tapi belum bsa ngomong R 🤔🤔🤔 mungkin kurang berlatih ya 😁😁😁
2022-04-14
1