Agas
Kehidupan rumah tangga yang seperti apakah yang Tara jalani saat ini? Apakah Ia benar bahagia seperti yang Ia tunjukkan selama ini?
Rumahnya memang bagus. Perabotannya juga yang kelas atas semua. Namun saat masuk ke dalam rumahnya dan melihat vas bunga pecah berkeping-keping membuatku berpikir kalau telah terjadi KDRT dalam rumah tangganya.
Aku meski dibesarkan dengan didikan keras oleh Papa namun tak pernah sekalipun dalam kamusku untuk memukul seorang wanita. Ya, pernah sih saat melihat Tara berselingkuh dengan Damar. Itu lebih seperti aku ingin mencekiknya sampai Ia mati.
Namun saat kami berumah tangga, tak pernah sekalipun aku memukulnya. Berkata kasar atau membentaknya pun aku tak pernah. Aku tak mau mengkasari perempuan.
Hari ini aku melihat keadaan yang membuatku semakin yakin kalau telah terjadi tindakan KDRT. Tara mengelak namun dari caranya berdiri yang terkesan dipaksakan lalu saat Ia berakting seakan semuanya baik-baik saja aku semakin yakin kalau Ia tidak baik-baik saja.
Miris rasanya, mengorbankan pernikahan demi mendapatkan hal yang menyedihkan seperti itu. Benar sih wajahnya kini glowing dan terlihat lebih cantik karena perawatan mahal namun kalau tidak bahagia buat apa?
Ah sudahlah! Untuk apa aku memikirkan seseorang yang sudah tidak ada lagi di hidupku?
Kalau ditanya apa aku masih mencintai Tara? Jawabannya tentu saja. Tara wanita pertama yang membuat jantungku berdegup kencang. Tara yang dulu kukenal sangat layak untuk kucintai. Baik, lembut, rela berkorban demi masa depan kita bersama.
Entah apa yang membuat Tara berubah sampai akhirnya memutuskan untuk berselingkuh. Pasti ada andil aku juga, aku tahu itu. Tapi apa? Andai Tara mengatakan apa salahku sampai Ia berselingkuh pasti aku akan interospeksi diri dan memperbaiki kekuranganku. Aku tak yakin kalau alasan aku lemah adalah pemicu kami bercerai.
Aku baik-baik saja. Aku sering bersenang-senang dengan wanita lain dan semuanya justru ketagihan bermain denganku. Aku tak pernah pakai obat kuat atau semacamnya. Sungguh alasan yang dibuat-buat!
****
Papa dan Mama hari ini akan berkunjung ke rumahku. Papa dan Mama memutuskan tinggal di luar kota dengan uang yang ku bayar untuk uang ganti modal dari Papa.
Mereka memulai usaha dan berhasil. Papa memang punya otak bisnis yang cemerlang. Beda denganku yang baru sekarang ini otak bisnisnya berkembang.
Aku sudah memesan makanan untuk mereka dengan ojek online. Tak perlu repot bagi seorang duda macamku. Ada pesan online kenapa tidak dimanfaatkan?
Ponselku sejak tadi berbunyi. Rata-rata cewek yang sudah tidur denganku menghubungiku untuk menanyakan kapan mengajak mereka bersenang-senang lagi. Termasuk DJ yang waktu itu, Ia memaksa meminta nomor Hp-ku saat kami bertemu lagi. Sejak itu Ia sering meneleponku dan menggodaku.
Kalau Cici jangan ditanya. Ia selalu menyodorkan dirinya padaku. Gratis pun tak masalah asalkan denganku.
Ini yang aku hindari. Duda nackal harus menjaga jarak dengan perempuan yang agresif seperti itu. Akan ribet urusannya nanti.
"Kabar kamu gimana, Gas? Sehat?" tanya Mama saat baru turun dari taksi. Papa bilang mereka naik taksi saja dari bandara, jadi aku tak perlu menjemput.
"Baik, Ma. Mama gimana? Masih suka sakit enggak pinggangnya?" aku mengangkat tas koper Mama dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan tangannya yang menggandeng tanganku.
"Masih namun udah enggak kayak dulu lagi. Papa kamu tuh masih suka merokok! Kamu bilangin sana! Sekarang jadi makin sering batuk, ngerokoknya sih kuat banget!" keluh Mama.
"Rokok dan kopi itu tak bisa dilepaskan dari laki-laki. Selama masih bisa menikmati keduanya ya nikmati saja!" sahut Papa yang sudah duluan masuk ke dalam rumahku.
"Ya jangan sering-sering! Kita masih harus hidup panjang agar bisa melihat cucu kita. Memang kamu enggak mau menimang cucu dulu?" omeh Mama.
"Mau lah. Agas saja tuh yang masih betah jadi duda!" Papa kini melemparkan topik padaku. Bisa panjang ini urusannya kalau sudah ngomongin masalah cucu.
Istri saja aku tak punya. Kalau buat cucu sih enggak usah ditanya. Rajin aku mah. Malah aku buang-buang tuh calon menteri, calon presiden, calon pengusaha di tisu atau kon dom bekas ha...ha...ha...
"Duduk dulu Pa... Ma..."
Aku menaruh koper Mama di dalam kamar tamu. Membuatkan teh manis hangat dan menyediakan cemilan yang tadi aku beli di ojek online.
"Rumah depan sudah ganti pemiliknya ya Gas?" Papa memang orangnya sangat detail. Tetangga depan rumahku pun tak luput dari perhatiannya.
"Iya. Udah ganti yang baru." semoga saja Papa dan Mama tak bertemu kedua pasangan lucknut itu. Bisa-bisa aku juga disuruh pindah nanti.
Aku tak mau pindah dari lingkungan ini. Selain keamanannya terjamin, aku bebas membawa wanita manapun ke rumahku. Kalau di lingkungan lain pasti aku sudah digrebek dan digiring keliling kampung kali!
Mungin karena warga komplek rumahku kebanyakan warga negara asing atau pribumi yang menikah dengan bule. Jadi aturannya lebih longgar.
"Pasangan suami istri yang tinggal? Pribumi atau warga negara asing?" tanya Papa lagi.
"Pribumi. Suami istri. Entahlah. Agas tak peduli. Agas juga jarang di rumah sibuk di showroom." jawabku.
"Cemilan ini pasti beli!" Mama mengambil roti cinnamon yang kuhidangkan.
"Iyalah. Siapa yang bakalan bikin? Agas cuma bisa bikin mie dan telor ceplok aja! Mana bisa bikin kayak begini, Ma!"
"Cari dong istri yang jago masak dan membuat kue. Nanti kamu betah deh tinggal di rumah, showroom sudah ada yang mengurus. Kamu cari istri dan punya anak sana! Umur kamu sudah cukup, malah banyak yang seumuran kamu anaknya sudah tiga. Memangnya kamu enggak punya pacar apa?" Mama mulai menanyaiku layaknya seorang polisi.
"Belum." aku mengambil sepotong roti cinnamon dan mencicipinya.
"Ya carilah! Cari istri yang baik." ujar Mama.
"Carinya juga di tempat yang baik. Kalau nyarinya di tempat yang tak baik ya dapetnya juga tak baik." sahut Papa menimpali omongan Mama.
"Kalian tuh kompak banget ya? Kayaknya tujuan kalian datang kesini mau menyuruh Agas nikah ya?!"
"Bukan menyuruh, Gas. Segeralah menikah. Agar kamu ada yang mengurus. Tak baik menduda untuk waktu yang lama." ujar Mama. "Trauma kamu akan pernikahan harus dihilangkan. Kamu harus berpikir maju ke depan. Jangan kisah buruk masa lalu malah membelenggu langkah kamu!"
"Iya, Ma. Nanti Agas cari. Sekarang Agas masih sendiri dulu. Tau-tau Agas kabarin kalau Agas mau nikah deh!" kataku asal bicara.
****
Aku dan Papa pergi ke showroom untuk melihat keadaaan showroom milikku. Sementara Mama memilih di rumah dan memasak untuk kami makan malam nanti.
Cici sudah memberi kode padaku, namun aku tolak. Ada Papa. Kalau sampai ketahuan dan Papa menyuruhku menikahi Cici bisa habis aku!
Papa juga memeriksa laporan penjualanku. Aku pamit sebentar untuk ke toilet.
Aku baru saja menuntaskan hajatku saat aku mau keluar toilet, Cici mendorong tubuhku dan mengunci pintu toilet.
"Ci, mau apa?" tanyaku sambil melipat kedua tanganku di dada.
"Cici kangen sama Om." Cici maju dan mencium bibirku dengan penuh hasrat.
Aku sih senang-senang saja ada perempuan yang agresif denganku. Cici sudah membuka kancing kemejanya dan menarik tanganku untuk menjamahnya.
Aku yang lelaki normal dengan senang hati bisa memegang dua buah sintal milik Cici. Sentuhanku membuat Cici mengerang kenikmatan.
Cici melepaskan ciumannya dan mengarahkan buah sintalnya untuk kunikmati. Oke, sekali-kali bolehlah aku nikmati.
Cici mulai kembali mendesah. Aku tersenyum, ini belum aku kasih yang lain. Kalau aku kasih yang lain bisa lemas dia. Ha...ha...ha... duda nackal digoda...
***
Sabar ya.... Manusia juga butuh waktu untuk insyaf. Jangan kendor ya like, komen dan votenya! Ayo kalau votenya masuk 5 besar aku Up lagi hari ini 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Queen Mother
Nah betuh itu Pa, kasih nasehat terus si Agas, Pa. Biar dy ga salah jalan
2023-07-15
0
Yuli Purwa
duda nackal disuguhin sustakal (susu tanpa kaleng),,,, ya diembat lah ya 🤣🤣🤣
2023-05-28
0
Sus Susyla
si duda bukin dosa bae
2023-03-07
0