Cici yang Semakin Agresif

"Om... Please..." Cici meminta aku berbuat lebih.

Aku sengaja bermain-main lebih lama dengan dua buah sintal miliknya sampai Ia sendiri yang membuka celanaku dan memainkan milikku.

"Please... Om...."

Wajahnya memintaku untuk melakukan lebih. No, aku tak mau. Prinsipku dengan tegas menolak wanita agresif seperti ini. Cici berbeda dengan wanita di club yang biasa berhubungan bebas. Aku tak mau merusaknya.

Aku melepaskan ciumanku dan Cici seakan tak rela. "Kamu tau aku tak mau kan? Mau kamu yang buat aku senang atau kita sudahi disini?"

"Om... Cici pengen... " wajahnya memerah penuh hasrat membara yang ingin disalurkan.

"Oke kalau enggak mau!" aku berniat memakai celanaku namun Cici mencegahnya.

"Mau..." tanpa disuruh Cici pun mulai melakukan tugasnya. Memberikanku service yang membuatku puas tanpa harus menidurinya.

****

Aku keluar dari toilet dengan wajah lega. Terang saja, hasratku sudah tersalurkan. Paling Cici yang kentang ha...ha...ha... Bodo amat!

Aku kembali membicarakan tentang laporan keuangan dan penjualan showroom.

"Bagus nih perkembangan bisnis kamu, Gas! Kenapa kamu lama banget sih di toiletnya?" Papa sedikit curiga denganku.

"Mules." jawaban paling masuk akal. Toilet itu adalah toilet khusus untukku. Tak ada karyawan yang berani menggunakannya. Cici tau betul itu dan Ia menggunakannya untuk memuaskanku.

"Minum obat kalau sampai diare. Periksa ke dokter kalau perlu!"

"Cuma panggilan alam aja kok, Pa. Bukan diare. Oh iya jadi gimana tadi, laporannya bagus kan? Rencananya Agas mau buat konsep showroom yang dekat dengan tempat perbelanjaan. Biar sekalian bisa mampir....."

Kami membicarakan masalah bisnis tanpa terasa sudah jam 12 waktunya makan siang. "Papa mau makan apa?"

"Sudah jam 12 ya? Cepat ya? Papa suka nih ngomongin bisnis sampai lupa waktu. Papa mau makan soto saja yang di seberang kantor kamu. Terakhir beli rasanya enak. Tolong pesankan buat Papa ya!"

Soto?

Tari dong?

Ya sudahlah, pesankan saja!

Aku menelepon karyawanku dan memintanya memesankan dua porsi dan diantar ke ruanganku.

"Pa, Agas ke bawah dulu ya. Mau ngeliatin kerja karyawan!" pamitku.

"Iya. Papa disini saja! Mau lihat berita!"

Kutinggalkan Papa sendirian di ruanganku. Aku keluar ruangan dan menuju ke tangga bawah.

Tanpa sengaja aku berpapasan dengan Tari yang rupanya juga sedang mengantarkan pesanan soto untuk karyawanku yang lain.

"Siang, Om!" sapanya sambil tersenyum.

"Siang. Tadi karyawan saya udah pesankan soto belum?" tanyaku.

"Udah. Ini Tari mau ambilkan!"

"Bagus." aku berjalan melewati Tari namun ucapan Tari menghentikan langkahku.

"Tadi enak, Om?"

Aku terdiam. "Enak apa maksud kamu?"

"Di toilet. "

"Toilet?" aku mengernyitkan keningku. Apa maksudnya?

"Sama Mbak Cici."

Deg... Tari melihatnya... lagi???

"Ehem!" aku berdehem untuk menetralisir keterkejutanku. "Terus?"

"Kenapa sih Om terus berbuat dosa? Enggak lebih baik menikah aja?" Tari mulai menyentilku dengan kata-katanya.

"Itu bukan urusan kamu!" aku berjalan meninggalkan Tari.

Entah kenapa nih cewek selalu aja ingin ikut campur urusanku! Apa masalahnya coba?

Apa demi aku membayari hutangnya makanya Ia melakukan itu?

Jangan harap!

Jangan pernah bermimpi untuk aku nikahi!

Pernikahan? Big no!

Aku kembali ke pekerjaanku. Memperhatikan bagaimana sales mobil menawarkan mobil kepada para calon pembeli.

Cici melirikku dan mengedipkan sebelah matanya tapi aku bersikap acuh. Bukan karena habis manis sepah dibuang, aku masih kesal dengan ulah Tari.

Kenapa Tari selalu memergokiku?

Merasa diacuhkan, Cici datang menghampiriku, bersamaan dengan Tari yang datang membawa dua mangkok soto pesananku.

Tari tersenyum penuh arti kepadaku. Reflek aku memberi jarak pada Cici.

"Kenapa sih Om?" tanya Cici dengan suara berbisik.

"Ingat, ini di tempat kerja!" kataku memperingati.

"Om, nanti malam jalan yuk! Ke Mall gitu." ajak Cici.

Mataku tak lepas memperhatikan Tari yang menaiki tangga menuju ruanganku.

"Aku sibuk. Tak bisa keluar rumah dulu." tolakku.

"Yah... Kapan sih kita bisa jalan ke Mall, Om? Cici kan juga pengen bisa menggandeng tangan Om dengan bebas?!" inilah kenapa aku tak mau berbuat lebih pada Cici. Sikap obsesifnya yang makin hari makin menjadi.

Aku juga tak bisa menolak Cici. Kemampuannya memuaskanku sungguh patut diapresiasi. Aku juga sih yang salah karena memberinya harapan.

"Besok deh kalau Om hari ini enggak bisa." Cici masih usaha membujukku.

"Enggak, Ci." Aku berbalik badan. "Aku ke ruangan dulu. Kalau ada masalah aku di atas ya!"

Menghindar adalah cara terbaik. Aku sampai tak memperhatikan apakah Tari sudah pergi atau belum.

Aku terkejut saat mendapati Tari sedang mengobrol akrab dengan Papa.

"Pa?" panggilku.

"Eh, kamu udah balik. Ini soto kamu! Papa lagi ngobrol sama Utari. Dia ternyata bukan penjualnya tapi hanya karyawan warung soto depan!" ujar Papa.

"Iya. Agas tau!" Aku duduk dan hendak memakan soto. Mataku melirik ke arah Tari yang tersenyum balik ke arahku.

"Papa tadi lagi nanya Tari udah lama kerja di warung soto, ternyata belum lama. Dia juga kerja di tempat lain. Ambil pekerjaan sebagai kuli cuci juga ya! Hebat kamu masih muda sudah bekerja keras!" puji Papa.

Aku mengernyitkan keningku. Jarang loh Papa seakrab ini dengan seseorang. Apalagi untuk orang yang baru saja dikenal.

"Ya itu kan hidupnya dia. Bagus dong! Pekerja keras!" kataku dengan sinisnya.

"Karena itu, cocok dia sama kamu, Gas! Sama-sama pekerja keras!" ujar Papa tiba-tiba.

Uhuk... uhuk... uhuk...

Aku jadi tersedak mendengar Papa ngomong seperti itu.

"Minum dulu, Om!" Tari dengan sigap mengambilkan minum dari atas meja kerjaku dan memberikannya padaku.

Kuminum air yang Ia berikan dan tak lama kemudian aku sudah tenang kembali.

"Kenapa kamu malah tersedak, Gas? Maksud Papa tuh dia cocok kalau jadi karyawan kamu! Pekerja keras begini pasti kalau diajari bisa menjual banyak mobil! Papa sih yakin dengan bibit kesuksesan yang ada dalam diri Tari!" Papa menjelaskan maksud perkataannya.

"Udah cukup sales di bawah, Pa. Bingung gajinya kalau kebanyakan karyawan!" kataku lagi dengan pedas.

Tari terlihat kecewa padaku. Kesempatan untuk bekerja di kantorku sudah aku gagalkan. Harapannya pun sirna. Ia akhirnya pamit karena harus kembali bekerja.

Aku mengajak Papa ke showroomku yang lain. Memberitahu Papa mengenai kemajuan showroomku yang membuat Papa tersenyum bangga.

Kami memutuskan pulang sebelum adzan maghrib berkumandang. Mama sudah masak di rumah. Kami harus makan malam bersama.

Baru saja kumasukkan mobilku ke garasi mobil saat Mama keluar dengan wajahnya yang marah.

"Kenapa Ma? Bukannya menyambut suami pulang dengan senyum, malah muka marah-marah begitu!" protes Papa sambil berjalan masuk ke ruang tamu. Aku mengikuti dalam diam. Aku tahu penyebab Mama seperti itu.

"Terang saja Mama marah. Papa tau enggak siapa yang tinggal di depan rumahnya Agas?" tanya Mama dengan penuh emosi.

Tuh kan aku udah duga. Mama pasti sudah tau kalau Tara tinggal di depan. Tak bisa menyembunyikan hal ini lebih lama lagi. Mereka pasti akan tau.

"Memangnya siapa?" tanya Papa seraya meminum teh manis hangat yang sudah Mama siapkan di atas meja ruang tamu.

"Tara. Mantan menantu kita yang sudah punya suami lagi! Ngapain coba mereka pindah kesini? Apa setelah diusir oleh keluarganya Tara jadi seperti itu?" kata Mama dengan ketus.

"Tunggu, Ma. Tara diusir? Sama keluarganya?"

****

Yah... Kemarin batal double Up karena enggak tembus 5 besar. Kalau hari ini tembus 3 besar aku double up gimana? bisa dong! Yuk Vote Om Agas ! yuk.... yuk...

Terpopuler

Comments

anonim

anonim

wahhhh kepergok ma Tari lagi om duda nackal nak enak ma Cici wkwkwk

2023-10-24

0

Queen Mother

Queen Mother

Iyaa klo perlu periksa ke dokter jiwa aja 🤣😂🤭

2023-07-15

0

Iaad Pudira

Iaad Pudira

agas-agas,,,,,tari mm kumal, tapi tari pasti diatasx yg di berikan neng cici

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Perselingkuhan Tara
2 Perceraian
3 Tetangga Baru
4 Penawaran Service
5 Duda Nackal
6 DJ yang Terpesona
7 Tetangga Lucknut
8 Rasa Ingin Tahu
9 Si Gadis Polos
10 Vira Si Anak Mahasiswa
11 Tara Anggraini
12 Cobaan Rumah Tangga
13 Pemaksaan
14 Kedatangan Papa dan Mama
15 Cici yang Semakin Agresif
16 Dukungan Papa
17 Papa Si Pedas Lidah
18 Permintaan Tari
19 Baju Ganti Untuk Tari
20 Percakapan Di Bawah Langit Malam
21 Saran Papa
22 Setuju
23 Perjanjian
24 Si Polos yang Tak Mudah Dibohongi
25 Si Jadul
26 Si Gaptek Yang Pintar
27 Rasa Ingin Tahu Tara
28 Membujuk Mama
29 Menyambut Calon Suami Nackal Pulang
30 Om-om Gaje
31 Mixer Baru
32 Mama yang Jutek
33 My Wedding Day
34 Ternyata Ini Pengalaman Pertamanya
35 Istri Solehah
36 Malaikat Penolong Yang Sebenarnya
37 Kesempatan Dari Allah
38 Nama yang Hampir Sama
39 Aku Akan Merubah Om Agas
40 Usaha Tari
41 Kita Akhiri Semuanya
42 Aku Akan Mendukungmu
43 Merajut Mimpi Bersamamu
44 Syarat dari Tari
45 Kursus
46 Cerita Mbak Inah
47 Membuat Perang Makin Memanas
48 Tara Vs Tari
49 Ajakan Sholat
50 Lari Pagi
51 Melampiaskan Kekesalan
52 KDRT
53 Sepanjang Jalan Kenangan
54 Warung Seafood
55 Arti Bersyukur
56 Si Polos yang Cepat Tanggap
57 Mie Ayam Homemade
58 Pelukan Penyesalan
59 Menangis Tanpa Suara
60 Cita-cita Tari
61 Mengajak Si Polos Ke Diskotek
62 Aku adalah Buaya
63 Kamu Itu Belanda
64 Doa di Tengah Malam
65 Bukan Manusia Suci
66 Belajar Membuat Butter Cream
67 Mencari Kado
68 Memata-matai Istri Sendiri
69 Konflik Memanas
70 Musibah
71 Rumah Sakit
72 Berkata Jujur
73 Apa Kamu Punya Teman?
74 Pulang Kursus yang Menegangkan
75 Tempat Ternyaman
76 Menasehati Mama
77 Terpaan Fitnah
78 Sebuah Senyum
79 Akrab
80 Istri Vs Mantan
81 Permohonan Tara
82 Ajakan Poligami
83 Hadiah
84 Permintaan Tara
85 Sakit Malas
86 Mirip
87 Pusing
88 Rumah yang Gelap
89 Pengunduran Diri
90 Pertengkaran-1
91 Pertengkaran-2
92 Konsep Cafe Baru
93 Balada Sirup
94 Barbeque
95 Aku Bersyukur
96 Bad Dream
97 Resepsi Pernikahan Bastian
98 Membuka Ikatan yang Membelenggu
99 Mood Swing Lagi
100 Testpack
101 Aku Akan Menjadi Seorang Papa
102 Bak Seonggok Batu
103 Bukan Teh Ini Tapi Teh Itu
104 Abi
105 Pembukaan Cafe
106 Belajar Untuk Lebih Baik Lagi
107 Anak Mahasiswa Centil
108 Cafe di Hari Senin
109 Terus Belajar dan Belajar
110 Weekend
111 Trauma Masa Lalu
112 Iblis Berkedok Sahabat
113 Tari si Keras Kepala
114 Menginap di Cafe
115 Mimpi Buruk
116 Level Cinta Tertinggi
117 Andai Bisa Kembali ke Masa Lalu
118 Dukungan Sahabat
119 Awal Timbulnya Sebuah Keberanian
120 Kedatangan Vira
121 Bertemu Vira
122 Ketakutan Tari
123 Gombalan Mantan Duda Nackal
124 Teror
125 Merasa Takut
126 Bertemu Pak Menteri
127 Negosiasi
128 Dibuntuti
129 Babak Belur
130 Teror Baru
131 Permintaan Maaf
132 Agastya Wisesa Dilawan!
133 Dibalik Layar Usaha Agas-1
134 Dibalik Layar Usaha Agas-2
135 Dibalik Layar Usaha Agas-3
136 Permintaan Maaf-1
137 Permintaan Maaf-2
138 Maaf = Bayar Kompensasi
139 Kerukunan Antar Tetangga
140 Ngidam yang Aneh
141 Kedatangan Nyonya Besar
142 Memeriksa Cafe Baru
143 Jalan-jalan di Mall
144 Ngidam yang Aneh (Lagi)
145 Pulang Kampung Dadakan-1
146 Pulang Kampung Dadakan-2
147 Pulang Kampung Dadakan-3
148 Pembukaan Cafe Kembali
149 Meyakinkan Pelanggan Ala Mantan Duda Nackal
150 Kesibukan di Cafe
151 Investasi Masa Depan
152 Proses Melahirkan
153 Proses Melahirkan-2
154 Mencari Nama Anak
155 Wirata Agastya
156 Tamu yang Datang Menjenguk Wira
157 Kedatangan Mama di Rumah Sakit
158 Malam Pertama Menjadi Abi
159 Mamanya Mbak Tara
160 Kedatangan Oma
161 Membuktikan Tanpa Harus Melalui Tes DNA
162 Ulah Jahil Mama
163 Tanda Lahir
164 Abi Vs Wira
165 Acara Aqiqah
166 Menjaga Wira
167 Sehari Bersama Oma
168 Ijin Menambah Ilmu
169 Hamil... Lagi
170 My Boy
171 Ngeeng.... Ngeeng....
172 Wira Hilang!!
173 Si Pembuat Onar
174 Si Biang Keladi Datang
175 Melindungi Wira dari Pengaruh Buruk
176 I Love You
177 Boncap: Dan Terjadi Lagi
178 Boncap: Kisah Lama yang Terulang Kembali (End)
179 Bisnis Plus Plus
180 PERANGKAP CINTA CARMEN
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Perselingkuhan Tara
2
Perceraian
3
Tetangga Baru
4
Penawaran Service
5
Duda Nackal
6
DJ yang Terpesona
7
Tetangga Lucknut
8
Rasa Ingin Tahu
9
Si Gadis Polos
10
Vira Si Anak Mahasiswa
11
Tara Anggraini
12
Cobaan Rumah Tangga
13
Pemaksaan
14
Kedatangan Papa dan Mama
15
Cici yang Semakin Agresif
16
Dukungan Papa
17
Papa Si Pedas Lidah
18
Permintaan Tari
19
Baju Ganti Untuk Tari
20
Percakapan Di Bawah Langit Malam
21
Saran Papa
22
Setuju
23
Perjanjian
24
Si Polos yang Tak Mudah Dibohongi
25
Si Jadul
26
Si Gaptek Yang Pintar
27
Rasa Ingin Tahu Tara
28
Membujuk Mama
29
Menyambut Calon Suami Nackal Pulang
30
Om-om Gaje
31
Mixer Baru
32
Mama yang Jutek
33
My Wedding Day
34
Ternyata Ini Pengalaman Pertamanya
35
Istri Solehah
36
Malaikat Penolong Yang Sebenarnya
37
Kesempatan Dari Allah
38
Nama yang Hampir Sama
39
Aku Akan Merubah Om Agas
40
Usaha Tari
41
Kita Akhiri Semuanya
42
Aku Akan Mendukungmu
43
Merajut Mimpi Bersamamu
44
Syarat dari Tari
45
Kursus
46
Cerita Mbak Inah
47
Membuat Perang Makin Memanas
48
Tara Vs Tari
49
Ajakan Sholat
50
Lari Pagi
51
Melampiaskan Kekesalan
52
KDRT
53
Sepanjang Jalan Kenangan
54
Warung Seafood
55
Arti Bersyukur
56
Si Polos yang Cepat Tanggap
57
Mie Ayam Homemade
58
Pelukan Penyesalan
59
Menangis Tanpa Suara
60
Cita-cita Tari
61
Mengajak Si Polos Ke Diskotek
62
Aku adalah Buaya
63
Kamu Itu Belanda
64
Doa di Tengah Malam
65
Bukan Manusia Suci
66
Belajar Membuat Butter Cream
67
Mencari Kado
68
Memata-matai Istri Sendiri
69
Konflik Memanas
70
Musibah
71
Rumah Sakit
72
Berkata Jujur
73
Apa Kamu Punya Teman?
74
Pulang Kursus yang Menegangkan
75
Tempat Ternyaman
76
Menasehati Mama
77
Terpaan Fitnah
78
Sebuah Senyum
79
Akrab
80
Istri Vs Mantan
81
Permohonan Tara
82
Ajakan Poligami
83
Hadiah
84
Permintaan Tara
85
Sakit Malas
86
Mirip
87
Pusing
88
Rumah yang Gelap
89
Pengunduran Diri
90
Pertengkaran-1
91
Pertengkaran-2
92
Konsep Cafe Baru
93
Balada Sirup
94
Barbeque
95
Aku Bersyukur
96
Bad Dream
97
Resepsi Pernikahan Bastian
98
Membuka Ikatan yang Membelenggu
99
Mood Swing Lagi
100
Testpack
101
Aku Akan Menjadi Seorang Papa
102
Bak Seonggok Batu
103
Bukan Teh Ini Tapi Teh Itu
104
Abi
105
Pembukaan Cafe
106
Belajar Untuk Lebih Baik Lagi
107
Anak Mahasiswa Centil
108
Cafe di Hari Senin
109
Terus Belajar dan Belajar
110
Weekend
111
Trauma Masa Lalu
112
Iblis Berkedok Sahabat
113
Tari si Keras Kepala
114
Menginap di Cafe
115
Mimpi Buruk
116
Level Cinta Tertinggi
117
Andai Bisa Kembali ke Masa Lalu
118
Dukungan Sahabat
119
Awal Timbulnya Sebuah Keberanian
120
Kedatangan Vira
121
Bertemu Vira
122
Ketakutan Tari
123
Gombalan Mantan Duda Nackal
124
Teror
125
Merasa Takut
126
Bertemu Pak Menteri
127
Negosiasi
128
Dibuntuti
129
Babak Belur
130
Teror Baru
131
Permintaan Maaf
132
Agastya Wisesa Dilawan!
133
Dibalik Layar Usaha Agas-1
134
Dibalik Layar Usaha Agas-2
135
Dibalik Layar Usaha Agas-3
136
Permintaan Maaf-1
137
Permintaan Maaf-2
138
Maaf = Bayar Kompensasi
139
Kerukunan Antar Tetangga
140
Ngidam yang Aneh
141
Kedatangan Nyonya Besar
142
Memeriksa Cafe Baru
143
Jalan-jalan di Mall
144
Ngidam yang Aneh (Lagi)
145
Pulang Kampung Dadakan-1
146
Pulang Kampung Dadakan-2
147
Pulang Kampung Dadakan-3
148
Pembukaan Cafe Kembali
149
Meyakinkan Pelanggan Ala Mantan Duda Nackal
150
Kesibukan di Cafe
151
Investasi Masa Depan
152
Proses Melahirkan
153
Proses Melahirkan-2
154
Mencari Nama Anak
155
Wirata Agastya
156
Tamu yang Datang Menjenguk Wira
157
Kedatangan Mama di Rumah Sakit
158
Malam Pertama Menjadi Abi
159
Mamanya Mbak Tara
160
Kedatangan Oma
161
Membuktikan Tanpa Harus Melalui Tes DNA
162
Ulah Jahil Mama
163
Tanda Lahir
164
Abi Vs Wira
165
Acara Aqiqah
166
Menjaga Wira
167
Sehari Bersama Oma
168
Ijin Menambah Ilmu
169
Hamil... Lagi
170
My Boy
171
Ngeeng.... Ngeeng....
172
Wira Hilang!!
173
Si Pembuat Onar
174
Si Biang Keladi Datang
175
Melindungi Wira dari Pengaruh Buruk
176
I Love You
177
Boncap: Dan Terjadi Lagi
178
Boncap: Kisah Lama yang Terulang Kembali (End)
179
Bisnis Plus Plus
180
PERANGKAP CINTA CARMEN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!