Tara Anggraini
Hidupku sebenarnya sudah lengkap. Aku sudah punya rumah meski masih mencicil. Aku punya mobil meski masih keluaran lama. Dan yang terpenting, aku punya suami yang sangat mencintaiku sepenuh hati.
Entah setan apa yang menguasaiku sampai aku berpikir kalau pernikahanku terasa hambar dan butuh variasi. Mungkin karena aku terbiasa menjadi seorang wanita karir. Terbiasa melihat dan bergaul dengan dunia luar.
Sebelum menikah dengan Agas, aku adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan dengan jabatan yang lumayan mumpuni. Bahkan, aku bisa membeli mobil sendiri di showroom milik Agas.
Itulah pertama kalinya kami bertemu. Aku terpesona dengan wajah tampan Agas dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sama sepertiku, Agas juga jatuh cinta pada pandangan pertama denganku.
Setelah transaksi jual-beli mobil kami lakukan, Agas tiba-tiba mengajak aku untuk minum kopi di kedai kopi dekat showroom miliknya. Jujur saja, saat itu aku tak bisa menolak pesona yang Agas berikan.
Aku merasa Agas adalah seorang pria yang sempurna. Tampan, Agas punya pekerjaan yang mapan, dan seorang lelaki yang kurasa sangat gentle.
Hal yang pertama Aku ingat tentang Agas adalah saat Ia membukakan pintu kedai untukku. Hal yang sepele sih, tapi di jaman sekarang sopan santun bagi seorang pria itu sudah mulai berkurang.
Agas menawariku minuman yang Ia rekomendasikan. Minuman yang cocok untuk para cewek, yang lebih suka rasa manis dibanding rasa pahitnya kopi. Itu menjadi nilai tambah untuk Agas di mataku.
Kami mengobrol dengan akrab meski baru saja kenal. Obrolan kami cukup mengasyikkan dan nyambung. Aku bisa tertawa dengan bebas dan aku bisa menjadi diriku yang sebenarnya.
Dari obrolan, Ia lalu meminta nomor hp-ku. Tentu saja aku berikan, siapa sih yang bisa menolak pesona gantengnya Agas? Setelah sikapnya yang begitu mengagumkan hari ini wajar kalau aku juga mau mengenal dia lebih dekat lagi.
Kami pun mulai akrab. Agas suka mengirimkan pesan-pesan yang berisi humor yang membuat aku tertawa.
Ia sering menanyakan kabarku, nanya sudah makan atau belum? Nanya aku lagi di mana? Lalu perhatian-perhatian kecil seperti jangan lupa makan, jangan tidur terlalu malam, jangan kebanyakan lembur dan banyak lagi...
Itu yang membuat aku merasa Agas itu adalah seorang pria yang membuat semua wanita berpikir: oh ini loh lelaki yang diinginkan oleh semua wanita yang ada di muka bumi ini.
Hubungan kami pun mengalami kemajuan. Agas menjemputku di tempat kerjaku.
Aku awalnya agak sangsi, kenapa pemilik showroom seperti dirinya justru malah memiliki mobil yang nggak up to date. Mobilnya seperti keluaran di atas 5 tahun yang lalu, tapi enggak masalah, toh fisiknya sudah mewakili segalanya.
Aku buta akan pesona yang Agas miliki. Aku jatuh cinta padanya dan aku ingin terus bersama dengannya. Agas pun demikian, tak perlu waktu lagi bagi kami untuk berlama-lama dalam proses pendekatan. Aku suka dan Agas juga suka. Kami pun berpacaran.
Saat berpacaran, Agas lebih perhatian lagi denganku. Ia mengantar jemputku, lalu memberikan bunga di hari-hari spesial. Memberikan coklat, surprise kue ulang tahun dan kado yang tidak mahal namun memiliki nilai dimataku.
Cintaku terhadap Agas membuatku mulai serakah, aku menginginkan Agas menjadi milikku. Aku mau hubungan kami lebih serius lagi dari sekedar berpacaran.
Saat itu Agas baru memulai bisnis baru miliknya. Penjualannya juga tidak begitu banyak, tapi aku nggak peduli. Aku mau dengan Agas dan aku mau hubungan kami naik ke jenjang yang lebih serius lagi.
Aku yang mengenalkan Agas pertama kali ke kedua orangtuaku, Agas akhirnya juga melakukan hal yang sama. Ia mengenalkanku ke kedua orangtuanya. Bahkan Ia bilang ke orangtuanya kalau Ia ingin berhubungan serius denganku.
Kedua orang tua Agas setuju, karena menurut mereka aku adalah calon menantu yang baik dan ideal. Aku punya pekerjaan yang mapan dan berasal dari keluarga yang lumayan berada. Ibaratnya, bibit, bebet dan bobotku sesuai untuk kriteria keluarga Agas.
Pernikahan yang kami idam-idamkan pun akhirnya berlangsung. Tidak terlalu mewah namun begitu indah dan banyak yang mendoakan kami berdua.
Kami adalah pasangan suami istri yang sangat bahagia, Agas mengeluarkan semua tabungannya untuk DP rumah yang akan kami tinggali. Ia membeli rumah meski harus mencicil selama 15 tahun. Tak masalah, aku bisa membantunya.
Lalu rumah tangga kami pun mulai digoncang badai. Agas menginginkan aku untuk berhenti bekerja dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Aku awalnya menolak. Sayang dengan karir yang sudah aku capai selama ini.
Kami pun mulai terlibat dalam pertengkaran kecil. Bagaimana Agas begitu menginginkan aku berada di rumah sementara aku nggak bisa karena aku sangat mencintai pekerjaanku.
Pertengkaran kami semakin meruncing manakala kami pergi ke arisan keluarga, aku mulai ditanya kapan aku hamil?
Kami baru menikah 2 bulan, sudah banyak yang bertanya apakah aku sudah isi atau belum? Apakah itu pantas? Menurut aku nggak deh!
Agas pun mulai terpengaruh dengan perkataan keluarganya. Ia beralasan, karena aku sibuk bekerja jadi aku susah untuk punya anak. Akhirnya, aku merelakan pekerjaan yang aku cintai dan menjadi seorang ibu rumah tangga seutuhnya.
Agas sangat bahagia karena aku menuruti perintahnya. Ternyata masalah kami tidak sampai disitu, showroom Agas mengalami penurunan penjualan.
Stok barang yang dijual di showroom mulai berkurang, dan untuk memodali nya lagi, Agas belum ada uang saat ini. Mau mengajukan pinjaman di Bank, prosesnya sulit dan tak semudah yang aku pikir.
Aku lalu menyumbangkan mobilku ke showroom miliknya. Hasil penjualannya aku berikan pada Agas untuk dijadikan modal. Meski tak besar, lumayan untuk pemasukan.
Rupanya Agas menganggap kalau Ia harus mengembalikan uang penjualan mobilku. Ia bekerja lebih keras lagi agar bisa mengembalikannya.
Saat itulah rumah tangga kami semakin terasa dingin. Agas sibuk bekerja siang dan malam, dan meninggalkan aku di rumah kesepian.
Aku yang terbiasa bekerja di kantor, mulai merasa kalau hidup aku tuh membosankan. Hanya membereskan rumah lalu masak dan hiburanku hanya TV saja. Benar-benar bosan.
Aku bisa aja minta uang ke Agas untuk jalan-jalan di mall, shopping, jajan, makan ini itu tapi tidak kulakukan. Aku tahu posisi Agas saat ini lagi nggak punya uang. Aku nggak mungkin menambah beban di pikirannya lagi. Bisa-bisa Ia nggak pulang karena sibuk bekerja.
Sepertinya Tuhan ingin menguji rumah tanggaku dengan badai yang lebih besar lagi. Saat itu aku dikenalkan dengan sahabat Agas yang bernama Damar.
Damar bertubuh kekar dan berwajah lumayan tampan meski masih gantengan Agas sih. Kelebihan Damar adalah Ia anak orang kaya. Permintaannya selalu dituruti oleh Maminya.
Damar ditugaskan oleh Maminya untuk belajar bekerja di perusahaan mulai dari tingkat yang rendah dulu. Ia tak boleh sampai ketahuan kalau dirinya adalah pemilik perusahaan.
Jadi, setiap hari Damar datang ke rumah kami untuk menitipkan motornya dan menunggu mobil jemputan kantor datang. Damar rutin melakukannya. Ia rajin bekerja juga ternyata.
Saat Agas pergi bekerja, tinggallah Damar dan aku berdua di rumah. Sambil menunggu mobil jemputan datang, Damar suka mengajakku mengobrol.
Damar biasa datang saat Agas sudah berangkat kerja. Ia teman mengobrol yang asyik dan aku pun mulai akrab dengannya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments
Nazhaam
feelingku aja, tari yg bakal jd istri, tp knp nmnya harus tari dan tata, apa ngk ada nm yg lain gitu
2023-05-31
1
Yuli Purwa
suka karena biasa ketemu dan ngobrol 😬😬😬
2023-05-27
0
Reina (ira anggraeni)
lagian di kasih celah buat selingkuh,,, kejadian dehhh akhirnya
2023-03-27
0