Tetangga Baru

Aku pun pulih dengan cepat. Aku harus sehat agar aku bisa membalas dendam pada semua yang menghinaku. Motivasi untuk membalas dendam membuatku bangkit lebih cepat.

Aku menjual tanah yang Papa berikan. Uangnya kujadikan sebagai modal usaha. Aku perbesar bisnis showroom mobil milikku dan sebagian kuputar di pasar saham.

Ternyata aku memiliki kemampuan menganalisa saham dengan baik. Saham yang kubeli naik terus dan mendatangkan keuntungan yang besar.

Bisnis showroomku juga semakin besar. Aku menggaet perusahaan leasing dan beberapa bank untuk bekerja sama. Pembeli di showroom milikku semakin banyak karena aku memudahkan mereka membeli kendaraan dengan menyicil di leasing dan bank yang bekerja sama denganku.

Berawal dari satu buah showroom, lama kelamaan bisnisku semakin berkembang. Aku sudah membuka beberapa cabang. Aku membangun sendiri kerajaan bisnisku.

Tekadku untuk membalaskan dendam yang membuatku bisa sesukses sekarang. Dua tahun, aku butuh waktu dua tahun untuk bisa mengembalikan semua hutangku pada Papa.

Papa tersenyum bangga akan kehebatanku. Ya, aku bukan lagi laki-laki lemah. Aku si duda kuat. Akan kubalas Tara dan Damar!

****

Tara dan Damar seakan tak pernah puas membuatku sakit hati. Dengan sengaja mereka membeli rumah tepat di depan rumahku.

"Hi mantan suami!" sindir Tara saat mereka sedang pindahan rumah.

Aku yang sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca berita di portal berita online menengok ke arah asal suara.

Tara tersenyum meledek ke arahku. Perlahan Ia berjalan mendekat seraya memperhatikan mobil milikku yang terparkir di garasi.

"Udah punya duit ya sekarang buat beli mobil baru? Oh iya lupa, sekarang kan kamu duda yang enggak punya istri untuk dinafkahi?! Jadi wajar ya uangnya untuk membayar cicilan mobil baru?" sindirnya dengan pedas.

Aku mengangkat pandanganku dari I-pad yang kupegang. Berita tentang politik dan ekonomi yang kubaca tak lagi menarik.

Aku melihat penampilan Tara sekarang. Jujur saja, Tara jauh lebih cantik dibanding saat menikah denganku dulu. Tak lagi memakai daster yang kadang Ia jahit sendiri di bagian ketiak yang robek.

Tara mengenakan blouse warna cream dengan celana warna cokelat muda. Anting bulat besar menghiasi kedua telinganya. Lipstik yang Ia kenakan juga terlihat begitu menggoda di bibirnya yang seksi.

Kulipat kedua tanganku di dada. "Kenapa? Kangen ya sama mantan suami kamu yang tampan ini? Enggak bisa lepas dari pesona gantengnya? Sadar kalau selingkuhan yang kini sudah jadi suami kamu itu mukanya standar?"

Tara tersenyum sinis. "Ganteng tapi loyo! Untuk apa?"

Aku berjalan mendekat ke arah Tara. "Kata siapa aku loyo?" aku menurunkan suaraku setengah berbisik. "Aku bisa membuatmu menggelinjang kenikmatan sekarang. Kamu masih ingat kan kalau punyaku itu big. You know, big is better!"

Aku berniat meninggalkan Tara dan masuk ke dalam rumah. Namun aku memilih berhenti sejenak. "Selamat datang di komplek perumahan kami. Jangan lupa bayar uang sampah, eh lupa masa sampah bayar uang sampah? Ha....ha....ha...."

Kututup pintu rumahku, aku yakin Tara sangat emosi. Ia bahkan menendang pintu rumahku untuk meluapkan emosinya.

****

Aku kini sudah rapi dan wangi, aku siap ke showroom hari ini. Biasanya aku jarang ke showroom, cukup menerima laporan saja dari anak buahku.

Aku lebih suka di rumah sambil memperhatikan perubahan grafik harga saham. Namun tetangga depan rumah membuatku lebih memilih berada di luar dibanding di dalam rumah.

Aku memakai kaos warna hitam dibalik jas yang kukenakan. Sekarang aku lebih memperhatikan penampilan. Tak lagi terlihat seperti pemilik showroom kere kayak dulu.

Kunyalakan mobil Mini Cooper warna biru milikku. Aku suka mobil seperti ini. Rencananya aku mau membeli mobil sport namun garasi mobil di rumah hanya muat untuk satu mobil saja.

Meski tak melihat langsung, aku tahu ada dua pasang mata yang melihat ke arahku. Mereka pasti ingin tahu, semenyedihkan apa hidupku saat ini.

Sayangnya, aku malah lebih bahagia sekarang. Lebih bebas. Lebih liar lagi.

Aku mengeluarkan mobilku dari garasi dan harus berhenti karena menunggu truk besar pengangkut barang tetangga baruku selesai menurunkan kursi berukiran kayu jati turun.

"Hi tetangga baru! Kok langsung pergi sih? Enggak betah ya liat sepasang suami istri penuh cinta kayak kami berdua?" Damar menarik pinggang Tara mendekat lalu mencium bibir Tara dengan penuh hasrat membara.

Aku tersenyum sinis. "Memalukan! Aksi pasangan yang dilahirkan dari kumpul kebo ya mirip kayak kebo! Enggak tau malu!" sindirku.

Wajah Damar memerah, Ia rupanya cepat sekali tersulut emosi. "Tolong titip rumah saya ya! Nanti kalau jaganya bener, saya beliin martabak deh!"

Kulambaikan tanganku lalu menginjak pedal gas saat kursi jati yang diturunkan dari mobil sudah memasuki rumah. Kulambaikan tanganku sambil melihat dari spion kalau sepasang suami istri itu sedang bersungut kesal.

Senyum di wajahku menghilang. Shiiiittttt! kupukul stir mobilku. Laki bini sialan!

Kenapa mereka harus pindah ke depan rumah sih? Mau pamer? Mau nunjukkin betapa bahagianya mereka? Cih!

Aku tak bisa menyembunyikan kemarahan aku lebih lama lagi. Mereka pasti sengaja mau menghinaku. Sengaja mau menertawakanku.

Argghhh....

Moodku berubah jelek!

Kubelokkan mobilku memasuki sebuah showroom mobil yang terletak di pinggir jalan besar. Ya, show room ini milikku. Buah kesuksesanku.

Kedatanganku disambut hormat dengan security yang berjaga di depan. Layaknya seorang komandan yang dihormati ajudannya.

Aku turun dari mobil dengan kacamata sunglass yang kupakai. Menambah nilai plusku di mata orang lain.

Aku belajar arti pentingnya sebuah penampilan. Showroom lamaku jarang pembeli karena aku berpakaian layaknya penjaga toko, bukan pemilik showroom. Kini, penampilanku sudah seharusnya sebagai pemilik showroom.

Beberapa pembeli terlihat sedang melihat-lihat koleksi mobil di showroom. Aku berjalan melewati resepsionis yang menyambutku dengan senyumnya yang lebar.

"Pagi, Pak Agas." sapa para SPG mobil yang berdandan cantik dengan rok pendek diatas lutut.

"Pagi!" jawabku singkat.

Aku melihat mereka satu persatu. Sepertinya aku butuh hiburan karena habis menghadapi sepasang suami istri mengesalkan tadi.

"Ci! Bisa ikut saya?" tanyaku.

Senyum di wajah Cici mengembang mendengar namanya dipanggil.

"Siap, Pak."

Aku lalu pergi ke lantai atas, tempat ruanganku berada. Kubuka kunci ruangan yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.

"Masuklah!"

Aku mempersilahkan Cici masuk dan mengunci pintu ruanganku.

"Kamu butuh uang berapa buat jajan?" tanyaku.

"Tiga juta, Om."

Cici mengikutiku yang duduk di kursi kebesaranku.

"Tak masalah. Tapi saya enggak mau yang terlalu berlebihan. Just make me happy."

Cici duduk di pangkuanku dan memainkan tangannya di dadaku. "Siap, Om."

Tangan Cici dengan ahli hendak membuka kaosku namun aku tolak. "Just make me happy. You know kan caranya?"

Cici terlihat agak kecewa. Ini artinya aku tak mau menyentuh Cici. Aku hanya mau dipuaskan olehnya.

Cici lalu memasang senyum di wajahnya. Bayangan mendapat tiga juta dalam waktu instan membuatnya rela melakukan apapun.

Cici pun mulai berjongkok dan membuka resleting celanaku. Ia pun mulai memberikanku service.

Aku menikmati service yang Cici berikan. Slow tapi kadang fast. Aku mendesah puas sampai akhirnya aku tak kuat dan menyemburkan cairan hangat milikku. Cici sudah siap dengan tisu.

Nafasku masih tersengal. Lumayan kepuasan batin tanpa harus menikah! Untuk apa menikah kalau aku bisa mendapatkannya dari siapapun.

****

Untuk Agas si Duda Nackal yuk kasih like dan add favorit 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

ini nih yg diturunkan si Agas ke Bangor.Cassanova

2024-02-20

1

Reni Ajja Dech

Reni Ajja Dech

Benar GK tau maluuuuu

2023-12-04

0

siti yanti

siti yanti

tetangga baru yang pikaseubeuleun babang Agas neh

2023-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Perselingkuhan Tara
2 Perceraian
3 Tetangga Baru
4 Penawaran Service
5 Duda Nackal
6 DJ yang Terpesona
7 Tetangga Lucknut
8 Rasa Ingin Tahu
9 Si Gadis Polos
10 Vira Si Anak Mahasiswa
11 Tara Anggraini
12 Cobaan Rumah Tangga
13 Pemaksaan
14 Kedatangan Papa dan Mama
15 Cici yang Semakin Agresif
16 Dukungan Papa
17 Papa Si Pedas Lidah
18 Permintaan Tari
19 Baju Ganti Untuk Tari
20 Percakapan Di Bawah Langit Malam
21 Saran Papa
22 Setuju
23 Perjanjian
24 Si Polos yang Tak Mudah Dibohongi
25 Si Jadul
26 Si Gaptek Yang Pintar
27 Rasa Ingin Tahu Tara
28 Membujuk Mama
29 Menyambut Calon Suami Nackal Pulang
30 Om-om Gaje
31 Mixer Baru
32 Mama yang Jutek
33 My Wedding Day
34 Ternyata Ini Pengalaman Pertamanya
35 Istri Solehah
36 Malaikat Penolong Yang Sebenarnya
37 Kesempatan Dari Allah
38 Nama yang Hampir Sama
39 Aku Akan Merubah Om Agas
40 Usaha Tari
41 Kita Akhiri Semuanya
42 Aku Akan Mendukungmu
43 Merajut Mimpi Bersamamu
44 Syarat dari Tari
45 Kursus
46 Cerita Mbak Inah
47 Membuat Perang Makin Memanas
48 Tara Vs Tari
49 Ajakan Sholat
50 Lari Pagi
51 Melampiaskan Kekesalan
52 KDRT
53 Sepanjang Jalan Kenangan
54 Warung Seafood
55 Arti Bersyukur
56 Si Polos yang Cepat Tanggap
57 Mie Ayam Homemade
58 Pelukan Penyesalan
59 Menangis Tanpa Suara
60 Cita-cita Tari
61 Mengajak Si Polos Ke Diskotek
62 Aku adalah Buaya
63 Kamu Itu Belanda
64 Doa di Tengah Malam
65 Bukan Manusia Suci
66 Belajar Membuat Butter Cream
67 Mencari Kado
68 Memata-matai Istri Sendiri
69 Konflik Memanas
70 Musibah
71 Rumah Sakit
72 Berkata Jujur
73 Apa Kamu Punya Teman?
74 Pulang Kursus yang Menegangkan
75 Tempat Ternyaman
76 Menasehati Mama
77 Terpaan Fitnah
78 Sebuah Senyum
79 Akrab
80 Istri Vs Mantan
81 Permohonan Tara
82 Ajakan Poligami
83 Hadiah
84 Permintaan Tara
85 Sakit Malas
86 Mirip
87 Pusing
88 Rumah yang Gelap
89 Pengunduran Diri
90 Pertengkaran-1
91 Pertengkaran-2
92 Konsep Cafe Baru
93 Balada Sirup
94 Barbeque
95 Aku Bersyukur
96 Bad Dream
97 Resepsi Pernikahan Bastian
98 Membuka Ikatan yang Membelenggu
99 Mood Swing Lagi
100 Testpack
101 Aku Akan Menjadi Seorang Papa
102 Bak Seonggok Batu
103 Bukan Teh Ini Tapi Teh Itu
104 Abi
105 Pembukaan Cafe
106 Belajar Untuk Lebih Baik Lagi
107 Anak Mahasiswa Centil
108 Cafe di Hari Senin
109 Terus Belajar dan Belajar
110 Weekend
111 Trauma Masa Lalu
112 Iblis Berkedok Sahabat
113 Tari si Keras Kepala
114 Menginap di Cafe
115 Mimpi Buruk
116 Level Cinta Tertinggi
117 Andai Bisa Kembali ke Masa Lalu
118 Dukungan Sahabat
119 Awal Timbulnya Sebuah Keberanian
120 Kedatangan Vira
121 Bertemu Vira
122 Ketakutan Tari
123 Gombalan Mantan Duda Nackal
124 Teror
125 Merasa Takut
126 Bertemu Pak Menteri
127 Negosiasi
128 Dibuntuti
129 Babak Belur
130 Teror Baru
131 Permintaan Maaf
132 Agastya Wisesa Dilawan!
133 Dibalik Layar Usaha Agas-1
134 Dibalik Layar Usaha Agas-2
135 Dibalik Layar Usaha Agas-3
136 Permintaan Maaf-1
137 Permintaan Maaf-2
138 Maaf = Bayar Kompensasi
139 Kerukunan Antar Tetangga
140 Ngidam yang Aneh
141 Kedatangan Nyonya Besar
142 Memeriksa Cafe Baru
143 Jalan-jalan di Mall
144 Ngidam yang Aneh (Lagi)
145 Pulang Kampung Dadakan-1
146 Pulang Kampung Dadakan-2
147 Pulang Kampung Dadakan-3
148 Pembukaan Cafe Kembali
149 Meyakinkan Pelanggan Ala Mantan Duda Nackal
150 Kesibukan di Cafe
151 Investasi Masa Depan
152 Proses Melahirkan
153 Proses Melahirkan-2
154 Mencari Nama Anak
155 Wirata Agastya
156 Tamu yang Datang Menjenguk Wira
157 Kedatangan Mama di Rumah Sakit
158 Malam Pertama Menjadi Abi
159 Mamanya Mbak Tara
160 Kedatangan Oma
161 Membuktikan Tanpa Harus Melalui Tes DNA
162 Ulah Jahil Mama
163 Tanda Lahir
164 Abi Vs Wira
165 Acara Aqiqah
166 Menjaga Wira
167 Sehari Bersama Oma
168 Ijin Menambah Ilmu
169 Hamil... Lagi
170 My Boy
171 Ngeeng.... Ngeeng....
172 Wira Hilang!!
173 Si Pembuat Onar
174 Si Biang Keladi Datang
175 Melindungi Wira dari Pengaruh Buruk
176 I Love You
177 Boncap: Dan Terjadi Lagi
178 Boncap: Kisah Lama yang Terulang Kembali (End)
179 Bisnis Plus Plus
180 PERANGKAP CINTA CARMEN
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Perselingkuhan Tara
2
Perceraian
3
Tetangga Baru
4
Penawaran Service
5
Duda Nackal
6
DJ yang Terpesona
7
Tetangga Lucknut
8
Rasa Ingin Tahu
9
Si Gadis Polos
10
Vira Si Anak Mahasiswa
11
Tara Anggraini
12
Cobaan Rumah Tangga
13
Pemaksaan
14
Kedatangan Papa dan Mama
15
Cici yang Semakin Agresif
16
Dukungan Papa
17
Papa Si Pedas Lidah
18
Permintaan Tari
19
Baju Ganti Untuk Tari
20
Percakapan Di Bawah Langit Malam
21
Saran Papa
22
Setuju
23
Perjanjian
24
Si Polos yang Tak Mudah Dibohongi
25
Si Jadul
26
Si Gaptek Yang Pintar
27
Rasa Ingin Tahu Tara
28
Membujuk Mama
29
Menyambut Calon Suami Nackal Pulang
30
Om-om Gaje
31
Mixer Baru
32
Mama yang Jutek
33
My Wedding Day
34
Ternyata Ini Pengalaman Pertamanya
35
Istri Solehah
36
Malaikat Penolong Yang Sebenarnya
37
Kesempatan Dari Allah
38
Nama yang Hampir Sama
39
Aku Akan Merubah Om Agas
40
Usaha Tari
41
Kita Akhiri Semuanya
42
Aku Akan Mendukungmu
43
Merajut Mimpi Bersamamu
44
Syarat dari Tari
45
Kursus
46
Cerita Mbak Inah
47
Membuat Perang Makin Memanas
48
Tara Vs Tari
49
Ajakan Sholat
50
Lari Pagi
51
Melampiaskan Kekesalan
52
KDRT
53
Sepanjang Jalan Kenangan
54
Warung Seafood
55
Arti Bersyukur
56
Si Polos yang Cepat Tanggap
57
Mie Ayam Homemade
58
Pelukan Penyesalan
59
Menangis Tanpa Suara
60
Cita-cita Tari
61
Mengajak Si Polos Ke Diskotek
62
Aku adalah Buaya
63
Kamu Itu Belanda
64
Doa di Tengah Malam
65
Bukan Manusia Suci
66
Belajar Membuat Butter Cream
67
Mencari Kado
68
Memata-matai Istri Sendiri
69
Konflik Memanas
70
Musibah
71
Rumah Sakit
72
Berkata Jujur
73
Apa Kamu Punya Teman?
74
Pulang Kursus yang Menegangkan
75
Tempat Ternyaman
76
Menasehati Mama
77
Terpaan Fitnah
78
Sebuah Senyum
79
Akrab
80
Istri Vs Mantan
81
Permohonan Tara
82
Ajakan Poligami
83
Hadiah
84
Permintaan Tara
85
Sakit Malas
86
Mirip
87
Pusing
88
Rumah yang Gelap
89
Pengunduran Diri
90
Pertengkaran-1
91
Pertengkaran-2
92
Konsep Cafe Baru
93
Balada Sirup
94
Barbeque
95
Aku Bersyukur
96
Bad Dream
97
Resepsi Pernikahan Bastian
98
Membuka Ikatan yang Membelenggu
99
Mood Swing Lagi
100
Testpack
101
Aku Akan Menjadi Seorang Papa
102
Bak Seonggok Batu
103
Bukan Teh Ini Tapi Teh Itu
104
Abi
105
Pembukaan Cafe
106
Belajar Untuk Lebih Baik Lagi
107
Anak Mahasiswa Centil
108
Cafe di Hari Senin
109
Terus Belajar dan Belajar
110
Weekend
111
Trauma Masa Lalu
112
Iblis Berkedok Sahabat
113
Tari si Keras Kepala
114
Menginap di Cafe
115
Mimpi Buruk
116
Level Cinta Tertinggi
117
Andai Bisa Kembali ke Masa Lalu
118
Dukungan Sahabat
119
Awal Timbulnya Sebuah Keberanian
120
Kedatangan Vira
121
Bertemu Vira
122
Ketakutan Tari
123
Gombalan Mantan Duda Nackal
124
Teror
125
Merasa Takut
126
Bertemu Pak Menteri
127
Negosiasi
128
Dibuntuti
129
Babak Belur
130
Teror Baru
131
Permintaan Maaf
132
Agastya Wisesa Dilawan!
133
Dibalik Layar Usaha Agas-1
134
Dibalik Layar Usaha Agas-2
135
Dibalik Layar Usaha Agas-3
136
Permintaan Maaf-1
137
Permintaan Maaf-2
138
Maaf = Bayar Kompensasi
139
Kerukunan Antar Tetangga
140
Ngidam yang Aneh
141
Kedatangan Nyonya Besar
142
Memeriksa Cafe Baru
143
Jalan-jalan di Mall
144
Ngidam yang Aneh (Lagi)
145
Pulang Kampung Dadakan-1
146
Pulang Kampung Dadakan-2
147
Pulang Kampung Dadakan-3
148
Pembukaan Cafe Kembali
149
Meyakinkan Pelanggan Ala Mantan Duda Nackal
150
Kesibukan di Cafe
151
Investasi Masa Depan
152
Proses Melahirkan
153
Proses Melahirkan-2
154
Mencari Nama Anak
155
Wirata Agastya
156
Tamu yang Datang Menjenguk Wira
157
Kedatangan Mama di Rumah Sakit
158
Malam Pertama Menjadi Abi
159
Mamanya Mbak Tara
160
Kedatangan Oma
161
Membuktikan Tanpa Harus Melalui Tes DNA
162
Ulah Jahil Mama
163
Tanda Lahir
164
Abi Vs Wira
165
Acara Aqiqah
166
Menjaga Wira
167
Sehari Bersama Oma
168
Ijin Menambah Ilmu
169
Hamil... Lagi
170
My Boy
171
Ngeeng.... Ngeeng....
172
Wira Hilang!!
173
Si Pembuat Onar
174
Si Biang Keladi Datang
175
Melindungi Wira dari Pengaruh Buruk
176
I Love You
177
Boncap: Dan Terjadi Lagi
178
Boncap: Kisah Lama yang Terulang Kembali (End)
179
Bisnis Plus Plus
180
PERANGKAP CINTA CARMEN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!