Part 14

Kampus Horror

Part 14

Bugh...! Suara dentum pintu mobil tertutup di rumah Ratna.

“Papa kok tumben sore gini sudah pulang?” Tanya Ratna yang sedang memberikan pupuk pada beberapa tanaman hias miliknya.

“Iya, kerjaan Papa sudah beres. Kamu nggak keluar?”

“Nggak, Pa. Lagi bokek.” Sahut Ratna datar tanpa menoleh ke arah Papanya karena kesibukannya dengan tanaman.

“Makanya jangan belanja melulu, uang jajan sebanyak gitu kok ngaku bokek?" sahut Robi seraya meninggalkan anak gadisnya karena enggan dimintai tambahan uang jajan.

Belum sampai Robi di pintu masuk, terdengar deru mobil putih di depan rumah Ratna.

Ratna dan Papanya bersiap menyambut orang yang akan turun dari mobil itu.

Stevina terlihat turun lebih dulu lalu diikuti yang lain.

Ratna berdiri dan berjalan ke depan.

“Hai! Kok kalian bisa ke rumah gue? Ada apa?” Sambut Ratna ceria dan ramah masih dengan tangan terselimutkan oleh selop tangan penuh dengan tanah.

“Mumpung lewat jadi mampir deh. Lo lagi ngapain?” Tanya Damar disela kaki yang melangkah menuju teras depan rumah Ratna.

“Nggak, gue nggak ngapain.”

Damar melihat Papa Ratna sedang duduk dengan pakaian lengkap serta sepatu.

“Halo, Om apa kabar?”

“Baik-baik. Silahkan-silahkan. Anggap aja rumah sendiri. Om tinggal dulu, ya. Supaya nggak ganggu anak muda yang mau ngobrol.”

“Nggak, Om. Nggak. Kita ke sini juga pengen ngobrol sama Om.” sahut Bagi mencegah Robi beranjak dari tempat duduknya.

“Ngobrol sama Om? Waaahh kalian perlu makan dulu kalau gitu. Karena kalau ngobrol sama Om pasti akan lama dan kalian jadi lapar!” Robi selalu bisa menjadi orang yang menyenangkan disetiap kesempatan.

Semua orang tertawa terbahak-bahak mendengar kelakar kecil dari Robi.

Setelah berbasa-basi berbincang kesana-ke mari, Bagi menyelipkan beberapa perbincangan tentang Omnya.

“Kalau dulu siapa yang lebih keren? Om Robi atau Om Deni?”

“Ya jelas Om, lah! Om kamu itu menang anak dekan doang!" sahut Robi yang disambut tawa terbahak-bahak dari pendengarnya. Untung saja rahasia ini sudah diketahui oleh Damar dan yang lain. Jika tidak, betapa terkejutnya mereka.

“Si Deni itu blo’onnya mendarah daging! Bahkan sampai ke dalam sum-sum tulangnya pun ada kandungan ke-blo’onannya. Coba lihat. Sampai sekarang belum juga menikah.”

“Memangnya Om Deni gimana waktu muda, Om?” Stevina mulai mengulik sedikit demi sedikit.

“Deni itu sebenernya play boy, tapi entah gimana kepleset sesuatu terus jadi berhenti melakoni jurus play boy-nya itu.” Robi menerawang terlihat kembali ke masa dulu. Wajahnya berubah sendu.

“Coba tanya dia, gimana kabar anak asrama yang lugu itu?”

Mereka saling pandang lalu kembali menatap Robi.

“Tiap hari itu anak sliwar-sliwer tanpa peduli apapun. Bahkan ditawari es teh pun nolak!”

“Padahal wajahnya cantik dan ayu banget.”

“Memangnya Om ketemu di mana?” Tanya Agia menimpali cerita Robi.

“Di kampus.”

“Satu angkatan?”

“Enggak. Lupa deh dia angkatan berapa. Yang pasti Om dan Deni sudah lulus waktu itu. Tapi kita main ke kampus karena acara ulang tahun kampus. Yah bisa dibilang nongkrongin adik tingkat yang bening-bening.”

“Saya setuju Om, tentang adik tingkat yang bening-bening!” Ungkap Damar mengundang gelak tawa dari yang lain. Kecuali Ratna.

“Deni tergila-gila sama anak itu. Om juga sih. Ah hampir semua orang yang melihatnya pasti deh melotot takjub!”

“Entah kapan, Om sudah lupa. Deni tiba-tiba berubah dan menghilang. Sekalinya dapet kabar, eh kakinya nggak bisa bergerak! Ngeri nggak tuh? Dosa apa tuh Si Deni?”

Yang lain terdiam saling berpandangan.

Tanpa menaruh curiga, Robi telah masuk tipu daya untuk menjadi nara sumber untuk menguak semua misteri yang sepertinya tak nampak ujung pangkal dan ujung akhir.

***

“Om Deni sekarang umur berapa, Bro?” Tanya Damar disela usahanya mencari bolpoin di dalam tasnya.

“Tahun lalu ulang tahunnya yang ke lima puluh tujuh. Berarti tahun ini lima puluh delapan.”

Agia menyerahkan sebuah pensil mekanik ke arah Damar yang masih belum menemukan sebuah alat tulis pun.

“Oke! Asih yang tahun 1986 berumur anggaplah sembilan belas tahun. Berarti tahun ini umur berapa?” Damar mulai membuat sebuah bagan dengan nama Asih sebagai bagian teratas.

Stevina menyentuh layar telepon genggamnya pada aplikasi kalkulator.

“Tiga puluh lima tahun.” Sebutnya cepat.

Damar segera menggores pensil pada kertas untuk menuliskan usia Asih. Kemudian Damar menarik garis ke bawah dengan nama Om Deni.

“Kalau umur Om Deni sekarang lima puluh delapan tahun. Berarti tahun 1986, umurnya berapa?”

Dengan cepat Stevina kembali menyentuh layar telepon genggamnya.

“Dua puluh tiga.”

“Berarti Om Deni empat tahun lebih tua dari Asih. Kesimpulannya Om Deni adalah mahasiswa Fakultas Sastra angkatan tahun 1981.”

“1982 dong, Kak. Kan beda empat tahun.”

“Jangan lupa kalau Asih ini adalah angkatan 1985, cuma dia hilangnya tahun 1986. Paham?”

Yang lain mengangguk mantap.

“Jadi semua mulai masuk akal ya. Anggaplah Om gue atau Om Robi penyebab hilangnya Asih, lalu Kakek gue berusaha menutupi semuanya. Lalu latar belakangnya apa?”

“Apa karena Asih hamil?” Sahut Agia ragu.

“Nah, ini lo belum cerita ke kita, Gi. Kenapa lo bisa bilang Asih hamil?” Tanya Stevina dengan alis bertaut.

“Oh iya gue lupa. Waktu gue ngelihat kakinya Om Deni, ternyata ada bayi yang bergelayut di sana. Dipeluknya dengan kuat kaki kiri Om Deni. Lalu gue pandang matanya bayi itu. Dia menghantui Om Deni karena sesuatu. Gue belum tahu. Yang pasti bayi itu meninggal dengan peristiwa yang sama dengan Asih. Yaitu jatuh dari atas. Jujur, gue nggak tau jatuhnya dari mana. Yang gue liat bayi itu jatuh. Udah gitu aja.”

Yang lain diam dengan pikirannya masing-masing di ruang tamu rumah Stevina.

***

Gimana para pembaca sekalian? Sampai di sini apakah sudah ada yang bisa menarik dan menyatukan benang merahnya?

————————————————————

Lanjutin nggak? Atau sudah pada bosan?

Mohon maaf untuk yang mulai bosan. Ini adalah karya pertama saya. Jadi masih sangat berantakan sekali. Alur juga masih kacau dan berantakan. Sekali lagi mohon maaf. Jika para pembaca mulai bosan, saya sudahi saja cerita bersambungnya. Saya tunggu responnya yaaaa... Terima kasih.

Salam sejahtera untuk semua.

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Fix lah deni pelakunya.. Apa malah kakeknya bagi ya.. 🤔🤔🤔asih jatuh sendiri apa ada yg dorong dia..

2023-04-25

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓶𝓼𝓱 𝓶𝓲𝓼𝓽𝓮𝓻𝓲😱😱😱😱😱😱

2022-10-11

0

MandaSeptriani

MandaSeptriani

klo asih dan om deni selisih 4th, sekarang usia om deni 58 jadi klo asih masih hidup usianya 54 dong bukan 35th kak🙄🤔

2022-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!