Part 7

Kampus Horror

Part 7

“Tari, Mama ada di rumah?” Tanya Tante Sarah dari luar gerbang rumah Tari.

Lagi ke warung Bu Ima, Tante. Baru aja berangkat.” Tari menjawab seraya membuka gerbang tidak terlalu lebar.

“Oh. Ini, Tante barusan masak semur daging. Semoga suka ya, Tari.”

“Makasi banyak ya, Tante. Selalu deh Tante repot bagi makanan ke kita. Sekali lagi, makasi banyak ya.” Tari menjawab dengan semringah.

"Ah.. Masak sama tetangga repot sih, Tari. Semoga kalian suka ya."

"Pasti suka, Tante! Masakan Tante kan emang selalu enak."

"Kamu emang bisa aja kalau muji Tante. Ya sudah, Tante balik dulu ya. Selamat menikmati."

"Hati-hati, Tante." Sahut Tari lalu melangkah masuk ke dalam setelah melihat Tante Sarah meinggalkan rumahnya.

“Tapi kalau kamu makan ini setelah dari pantai, rasanya mungkin jadi nggak enak, Tari."

Tante Sarah menambahkan kata-katanya dengan berbisik setelah berjalan meninggalkan rumah Tari. Namun, telinga Tari dapat menangkap ucapan Tante Sarah dengan sangat baik.

Tari berdiri kaku lalu memandang bungkusan semur daging yang kini digenggamnya.

Dengan kaki gemetar Tari melangkah menuju dapur dan meletakkan bungkusan itu di atas meja makan.

Sejurus kemudian Mamanya tiba bersama Kakak Iparnya, Mbak Ratih.

“Woi, melamun aja nih!" seru Mbak Ratih sambil menyolek pinggang Tari.

“Ma, Mbak. Sudah berapa kali Tante Sarah membawakan makanan untuk kita?” Tanya Tari tiba-tiba.

“Wah banyak kali. Mungkin lebih sering kita dikasi dari pada Mama yang masak. Mama sampai nggak enak lo dikasih makanan melulu sama Tante Sarah." Mama menyahut tanpa menoleh ke arah anaknya yang masih berdiri tegang.

“Tadi, Tari dikasi semur daging.” ujarnya singkat.

“Ya sudah makan dulu sana!” Mama menyuruh Tari sambil meletakkan beberapa sayuran di lemari pendingin.

“Kayaknya Tari sekarang tahu penyebab Tari sakit, Ma.”

“Maksud kamu?” Tiba-tiba Kak Surya muncul.

***

Setelah Mama, Kak Surya, dan Mbak Ratih duduk di meja makan, Tari mulai bercerita tentang pengalamannya bertemu mahasiswa baru bernama Agia.

Tanpa izin dari orang rumah, sepulang dari kampus Tari langsung menuju pantai sesuai anjuran dari Agia.

Walaupun sakit kepalanya belum hilang, namun ada rasa semangat yang muncul dari dalam diri untuk sembuh setelah ia selesai berendam di air laut.

Kemudian Tari melanjutkan ceritanya tentang perjumpaannya dengan Tante Sarah.

Mereka lalu mengaitkan segalanya dari awal hingga akhir.

Bahwa benar, Tante Sarah mulai sering memberikan banyak makanan sejak Papanya berhasil naik jabatan di perusahaan BUMN menjurus perminyakan, empat tahun lalu.

Sejak itu pula Tari mulai merasakan sakit pada kepalanya.

“Kurang baik rasanya kalau kita menuduh tanpa bukti tentang Tante Sarah. Tapi ada baiknya juga agar kita lebih waspada. Apalagi sekarang Ratih sedang mengandung." Kak Surya menengahi kengerian diantara mereka.

“Tari mau coba merayu Agia untuk memberitahukan pelakunya.” kata Tari cepat sambil merogoh sakunya untuk mengambil telepon genggam.

“Memang temanmu itu tahu siapa orangnya?” Mbak Ratih bertanya dengan antusias.

“Iya, Mbak. Tapi dia bilang mendingan Tari nggak tahu. Tapi setelah semua kejadian barusan, Tari ada ide untuk tahu siapa orang usil itu.” Tari beranjak menuju kamarnya seraya mengetik benda pipih itu dengan cepat.

***

Agia dan Stevina sedang menikmati semangkok Mi Ayam Bakso.

Mereka tidak bisa menunggu lebih lama kedatangan Damar dan Bagi. Jadi mereka memutuskan untuk mendahului memesan dua mangkok Mi Ayam Bakso.

Agia dan Bagi memang berjanji untuk bertemu di sebuah gerai Mi Ayam. Sesuai janji, mereka menyertakan Stevina dan Damar dalam penyelidikan berikutnya. Namun, karena Agia dan Stevina tiba lebih dulu, mereka memuthskan untuk memesan makanan terlebih dahulu. Rasa lapar yang mendominasi dibandingkan kesetiakawanan mereka.

Agia dan Stevina membahas tentang apa saja yang mereka perlukan untuk mengupas segala misteri menyeramkan yang terjadi beberapa waktu ini.

Agia memperhatikan telepon genggamnya yang bergetar.

[Halo, Agia. Gue Tari. Singkat aja nih. Gue nggak akan bertanya tentang siapa orangnya. Gue cuma mau tanya, apakah ada sesuatu dileher orang itu? Misalnya seperti tanda lahir gitu?]

Agia mengernyitkan kening saat membaca pesan dari Tari. Karena takjub ia tidak memperhatikan omongan Stevina.

“Tunggu sebentar, Stev. Gue balas chat Kak Tari dulu.” Agia menyetop Stevani berbicara dan segera membalas pesan dari Tari.

[Dari mana kakak tahu?]

[Besok gue cerita di kampus ya. Jadi bener dileher perempuan itu ada tanda lahirnya?]

[Iya, Kak. Benar.] Agia menjawab singkat dan juga heran. Tidak sabar rasanya Agia bertemu Tari besok di kampus.

"Kenapa Kak Tari, Gi?"

"Kemarin gue saranin Kak Tari untuk berobat sendiri, Stev. Terus barusan dia chat untuk konfirmasi orang yang sudah ngirimin dia penyakit. Kuasa Tuhan. Padahal gue enggak ada ngasi tahu dia orangnya siapa."

"Emang lo tahu siapa yang ngirim penyakit, Gi?"

Agia hanya mengangguk dan tersenyum mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

Tidak berapa lama Bagi dan Damar tiba.

Mereka memutuskan untuk berangkat hari Sabtu untuk mengunjungi senior yang dianggap kunci misteri kampus horror.

***

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Wah si sarah jangan2 ngincer bapaknya tari ya..

2023-04-25

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝓗𝓮𝓫𝓪𝓽 𝓐𝓺𝓲𝓪👍👍👍👍👍👍

2022-10-11

0

Else Widiawati

Else Widiawati

makin seruu, dan bikin penasarann yahh

2022-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!