Part 17

Kampus Horror

Part 17

"Kamu tamat kuliah kapan?"

"Kalau tidak ada halangan, dua tahun lagi tamat, Pak."

"Kamu mau menikah dengan saya?"

Asih memandang lawan bicaranya takjub. Seorang dosen melamar tanpa tedeng aling-aling kepada dirinya yang bukan siapa-siapa ini.

"Sungguh tak pantas rasanya saya menjadi pendamping, Bapak." Sahut Asih seraya menundukkan kepala malu.

"Siapa yang memutuskan pantas atau tidaknya seseorang menjadi pasangan saya?"

Asih tidak menjawab.

"Apa kamu sudah punya pacar?"

Asih tidak tahu tentang statusnya kekasih atau bukan. Hampir setiap hari dirinya menghabiskan waktu bersama dengan Kak Deni. Namun, Kak Deni tidak pernah mengatakan apapun.

Dirinya telah jatuh hati kepada Kak Deni. Namun, dirinya juga terhanyut oleh perhatian dari Pak Andi.

"Saya pamit dulu, Pak." Dengan cepat Asih meninggalkan perpustakaan Fakultas Pariwisata dan berjalan pulang menuju asrama.

***

Asih menoleh ke belakang. Terus saja ia merasa seperti ada yang mengikuti.

***

"Kenapa Kak Den nggak malu pergi dengan saya?"

"Untuk apa malu?"

"Saya orang miskin dan tidak punya siapa-siapa, Kak."

"Selama kamu masih menghirup oksigen, itu bukan masalah buat saya."

Asih terdiam memandang Deni.

"Kecuali kamu menghirup api, baru saya takut." Ucapnya seraya mencuil ujung hidung Asih.

Deni dan Asih saling menatap. Gejolak pria dan wanita dalam tubuh mereka bergelora. Dengan sadar, Asih menyerahkan dirinya dalam cinta untuk Deni.

Asih tidak pulang ke asrama malam itu.

***

"Mereka bermalam, Pak."

"Keterlaluan, Deni!"

Dira Nugraha mengepalkan tangannya erat menahan amarah.

***

"Kak, Kak Den yakin nggak akan tinggalin saya?"

"Saya janji. Kamu percaya dengan saya. Setelah ini saya akan menikahi kamu. Apapun yang terjadi."

Janji manis melambungkan angan dan hayal di benak Asih.

Jalinan cinta kasih di antara mereka kian erat tanpa batas.

Perpustakaan bukan lagi tujuan Asih seusai kuliah. Deni datang menjemput ke asrama setiap hari. Tak dibiarkannya detik dan menit memisahkan dirinya dengan Asih.

Bahkan, Asih tak lagi bekerja di warung Si Mbah.

"Akan ujian, Mbah. Saya harus fokus belajar," Begitu alasan yang diberikan Asih.

Dengan berat hati Mbah merelakan Asih mengejar masa depannya.

***

Akhir pekan dihabiskan Deni dan Asih di villa milik keluarga Deni.

Villa di tengah sawah yang sangat asri membuat kedua sejoli itu tak beranjak sesentipun dari peraduan.

Udara sejuk dan segar tanpa polusi tak menghentikan kegiatan panas mereka di tengah kamar. Berebut menghirup oksigen.

Hingga seseorang datang menggedor pintu depan dengan keras dan kasar.

Dengan malas dan hentakan kasar Deni beranjak menggunakan pakaiannya.

Sinar jingga menerobos jendela besar di hadapan Asih yang menggapai pakaian berserakan di lantai.

"Kamu mau apa sebenarnya? Mempermalukan keluarga?!"

Asih mendengar suara keras di luar sana. Degup jantung bertalu-talu saat mengintip Deni terlihat menunduk dihadapan seseorang. Namun wajahnya tak terlihat karena membelakangi posisi Asih.

"Bukannya nurut sama orang tua, malah tidur dengan perempuan nggak jelas!" Seru seorang wanita keras dengan nada marah bercampur kecewa.

"Sekarang kamu pulang!" Pria itu berucap dengan pelan namun sangat menakutkan sebelum meninggalkan villa.

Deni diam tanpa kata.

"Tolong jangan membuat Bapak kamu malu sebagai seorang Dira Nugraha, Den." Ibunya kini pergi mengikuti langkah suaminya.

Asih terkejut gemetar mendengar nama Dira Nugraha disebut.

***

"Masuklah. Nanti aku datang lagi." Ucap Deni sendu.

Asih hanya mengangguk lemah dan membuka pintu mobil Deni. Perlahan Asih berjalan memasuki gerbang asrama.

***

Setelah kejadian itu Kak Deni menghilang. Aku tak tahu harus mencarinya kemana. Rumahnya aku tak tahu di mana. Tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang ini.

Kemarin aku mengunjungi bidan desa untuk memeriksakan kondisiku yang memburuk. Terasa demam dan lelah. Namun aku tidak demam. Ditambah haid tidak kunjung datang membuatku sangat khawatir.

Ibu Bidan memandangku heran. Entahlah, apa mungkin karena aku datang seorang diri? Aku katakan bahwa aku tidak memiliki kerabat di sini.

Berbagai macam pertanyaan diutarakan oleh Ibu Bidan, seperti usia, pekerjaan, bahkan nama suami.

Nama siapa yang harus aku sebutkan? Kuputuskan untuk menyebut nama Deni saja. Walaupun aku tidak yakin jika Kak Deni kini bersedia menjadikan aku istrinya.

Ibu Bidan mengukur suhu tubuh dan tekanan darahku. Semua normal.

Terakhir Ibu Bidan juga menanyakan tanggal haid terakhirku.

Lalu Ibu Bidan meletakkan sebuah alat mirip stetoskop yang terbuat dari kayu di atas perutku. Kemudian beliau merendahkan telinganya seolah mendengarkan sesuatu yang berada di dalam perutku.

"Selamat, Bu. Kandungannya sehat. Sekarang sudah masuk minggu keenam."

***

Terpopuler

Comments

Bambang Setyo

Bambang Setyo

Kakeknya bagi ternyata orang sombong.. Memandang orang dari statusnya saja..

2023-04-25

0

Putri Seven Manalu

Putri Seven Manalu

.

2022-06-02

0

ASAL OYEG 77

ASAL OYEG 77

usia kandungan memasuki minggu keenam....sudah berapa lama asih dan dani berhubungan ....hmmm

2022-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!